UMK Naik Perusahaan Hijrah, Khofifah Tak Berdaya

• Thursday, 21 Nov 2019 - 12:17 WIB

Surabaya - Kenaikan UMK yang tinggi khususnya di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan dan Mojokerto memicu eksodus perusahaan meninggalkan wilayah tersebut. Johson Simanjuntak dari Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Timur (Apindo) menyatakan  perusahaan-perusahaan tersebut memilih meninggalkan Jawa Timur  menuju Jawa Tengah, dengan pertimbangan upah yang lebih murah, situasi yang kondusif bagi pekerja dan  dukungan infrastruktur yang baik. 

"Dengan kenaikan UMK yang lumayan tinggi, para pengusaha pasti akan merasa berat dan mencoba mencari solusi. Dan relokasi ke Jawa Tengah menjadi pilihannya," ujar Johnson Simanjuntak. Kondisi yang ada saat ini menjadi ancaman serius bagi masa depan ekonomi Jawa Timur. Johnson menambahkan, jika kondisi ini dibiarkan dan terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan masa depan ekonomi dan usaha di Jawa Timur menjadi suram dan kalah bersaing dengan provinsi lain. 

Sejauh ini Pemprov Jawa Timur telah berusaha untuk merayu para pengusaha agar tidak merelokasi usahanya keluar Jatim. Sayangnya rayuan Gubernur Jatim, Khofifah Indarparawansa tidak mempan. Khofifah sempat menyatakan bahwa Pemprov Jatim telah mengajukan insentif bagi perusahaan padat karya, agar beban biaya produksi bisa sedikit lebih ringan. Namun sampai saat ini usulan tersebut belum dijawab  pemerintah pusat. 

"Kita sudah sampaikan bahwa di zona industri ring 1 Jatim  untuk industri padat karya butuh insentif, jika tidak ada insentif akan banyak industri yang relokasi industrinya," ujar Gubernur wanita tersebut. 

Khofifah juga mengaku telah mendatangi perusahaan-perusahaan yang akan relokasi tersebut. Rata-rata perusahaan tersebut tetap bersikukuh pindah usaha keluar dari Jawa Timur. Naiknya UMK tidak hanya memicu eksodus perusahaan, tapi juga PHK. Johson Simanjuntak mengatakan, untuk efisiensi akan banyak perusahaan melakukan rasionalisasi karyawan dengan mesin. Kondisi ini akan berimbas pada pengurangan karyawan dan akan menambah angka pengangguran di Jawa Timur, yang saat ini telah mencapai lebih dari 830 ribu orang. 

"Ini akan menjadi tantangan kita, karenanya kita akan diskusikan dengan berbagai instansi termasuk pemerintah, agar ada solusinya," ujar Johnson Simanjuntak kepada MNC Trijaya Surabaya. (Hermawan)