Siapkah Indonesia Menghadapi Gelombang Revolusi Industri 4.0?

• Thursday, 12 Dec 2019 - 12:03 WIB

Jakarta - Revolusi industri keempat merupakan perpaduan sistem teknologi fisik, digital, dan biologis yang mengubah cara hidup manusia. Revolusi industri keempat hadir dengan teknologi yang disruptif seperti kecerdasan buatan, internet of things (IoT), rekayasa genetika, kendaraan otonom, big data dan cloud computing, neuroteknologi, dan 3D printing. Teknologi-teknologi tersebut memiliki kemampuan untuk mengubah sistem sosial, ekonomi, dan politik, serta seringkali hadir dengan cara yang tidak terduga. Untuk membahas lebih lanjut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan Dialog Publik “ Revolusi Industri 4.0: Siapkah Indonesia?” pada Kamis, 12 Desember 2019 di Jakarta.

Kepala Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek dan Inovasi LIPI, Dudi Hidayat menjelaskan revolusi industri ini berkembang dan mendisrupsi dengan kecepatan tinggi serta lingkup sektor dan geografis yang lebih luas dibandingkan revolusi industri generasi sebelumnya.

“Inovasi teknologi yang terjadi dalam revolusi industri keempat ini berdampak signifikan pada berbagai sektor dan jenis pekerjaan yang ada saat ini,” terang Dudi.

Dudi menjelaskan, perubahan yang dibawa revolusi industri 4.0 antara negara berkembang dan negara maju sangat berbeda.

“Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki realitas ekonomi sendiri serta kondisi sosial dan politik yang berbeda sehingga perlu solusi yang sesuai dan tepat,” ujar Dudi. Ia menjelaskan, banyak sektor memiliki peluang untuk diganti oleh robot dan ini akan menandai hilangnya banyak pekerjaan yang dilakukan manusia.

“Meningkatnya ketimpangan dan stagnasi pendapatan juga merupakan masalah sosial,” katanya.

Peneliti Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek dan Inovasi LIPI Purnama Alamsyah menjelaskan, revolusi industri keempat juga dapat memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM).

“UKM merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. UKM menyumbang 99 persen dari seluruh bisnis yang ada, mempekerjakan 89 persen angkatan kerja sektor swasta, dan berkontribusi 57 persen pada Produk Domestik Bruto,” jelasnya.

Alamsyah menjelaskan, UKM juga menjadi sumber penting inovasi. “Kehadiran pasar digital dan layanan online memungkinkan untuk memberdayakan UKM agar melakukan transaksi dengan cara yang tidak terbayangkan dalam beberapa tahun yang lalu, pasar digital menghubungkan mereka ke pasar yang lebih luas, bukan hanya dengan konsumen lokal,” sebut Purnama.

Dirinya menjelaskan, setidaknya ada 11 faktor kunci yang perlu diperhatikan sebagai penentu kesiapan Indonesia dalam menghadapi revolusi industri keempat yaitu manusia, kelembagaan, teknologi, infrastruktur, modal keuangan, keamanan siber, litbang dan inovasi, budaya, pasar, struktur industri, dan kepentingan politik dan ekonomi.

“Beberapa upaya yang harus diperhatikan pemerintah antara lain meningkatkan konektivitas digital ke seluruh wilayah Indonesia, mendigitalisasi seluruh layanan publik, mereformasi sistem pendidikan dan pelatihan yang merespons kebutuhan revolusi industri keempat, literasi digital, dan peningkatan anggaran penelitian dan pengembangan,” tutupnya. (ANP)