Korea Utara Sebut AS Bodoh karena Gelar Pertemuan DK PBB demi Bahas Rudal Balistiknya

Nathania Riris Michico • Friday, 13 Dec 2019 - 11:09 WIB
Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong Un saat berjalan di perbatasan antara Korut dan Korsel, di zona demiliterisasi. (FOTO: AFP/File / Brendan Smialowski)

WASHINGTON - Kementerian luar negeri Korea Utara (Korut) mengkritik Amerika Serikat (AS) "bodoh" karena menggelar pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB. AS menggelar pertemuan itu guna membahas risiko 'provokasi' Korut, menyusul meningkatnya kekhawatiran soal roket jarak pendek yang ditembakkan dari negara terisolasi itu.

AS menggunakan pertemuan itu untuk memperingatkan konsekuensi bagi Korut jika menindaklanjuti program rudalnya. Merespons hal itu, Korut menyebut akan menyiapkan "hadiah Natal" yang tidak menyenangkan jika AS tidak segera menyatakan solusi baru terkait denuklirisasi.

"Dengan mengatur pertemuan itu, AS melakukan hal bodoh yang akan menjadi bumerang bagi mereka, dan dengan tegas membantu kami membuat keputusan yang pasti tentang cara memilih," kata juru bicara kementerian luar negeri Korut, dalam pernyataan yang dibawa oleh kantor berita resmi KCNA, Jumat (13/12/2019).

Trump tiga kali bertemu dengan pemimpin Kim Jong Un untuk membahas program nuklir Korut, namun negara itu tak kunjung mendapat kesepakatan komprehensif terkait keringanan sanksi.

"AS berbicara tentang dialog, kapan pun dia membuka mulutnya, tetapi terlalu wajar bahwa AS tidak memiliki apa pun untuk dihadirkan di hadapan kami meskipun dialog mungkin terbuka," ujar juru bicara itu.

"Tidak ada ruginya lagi dan kami siap mengambil tindakan balasan yang sesuai dengan apa yang dipilih AS."

Di DK PBB, Duta Besar AS Kelly Craft menyuarakan keprihatinan bahwa Korut mengindikasikan akan menguji coba rudal balistik antarbenua.

"Yang dirancang untuk menyerang Amerika Serikat dengan senjata nuklir," katanya.

Namun dia mengatakan AS, yang menggunakan kursi kepresidenannya di DK PBB untuk mengadakan pertemuan itu, ingin bekerja sama mencapai kesepakatan.

Craft menegaskan: "Biarkan saya membuatnya jelas: Amerika Serikat dan Dewan Keamanan memiliki tujuan -bukan batas waktu."