Kisah Inspiratif Helga Angelina, Pendiri Restoran Sehat Burgreens yang Masuk Majalah Forbes

Dimas Andhika Fikri • Monday, 16 Dec 2019 - 14:24 WIB

Jakarta - Inspirasi memang bisa datang kapan saja dan di mana saja. Seperti yang dialami Helga Angelinaselaku Founder dan CEO Burgreens saat pertama kali merintis bisnis di bidang kuliner.

Dalam acara bertajuk 'Women Is Me' hasil kolaborasi Okezone.com, MeTube.id, dan Bank BTN, Helga Angelina menjelaskan bahwa ide awal untuk mendirikan 'Burgreens' didapatnya secara tidak sengaja. Kala itu, ia sedang asyik bermain sepeda dengan sang suami di Amsterdam, Belanda.

frame frameborder="0" height="1" id="google_ads_iframe_/7108725/Desktop-Detail-Parallax_0" name="google_ads_iframe_/7108725/Desktop-Detail-Parallax_0" scrolling="no" title="3rd party ad content" width="1">

Seperti diketahui, Burgreens sendiri merupakan restoran yang menjual makanan sehat berbahan organik dan kini telah memiliki 10 cabang sejak dirintis enam tahun lalu.

"Nama 'Burgreens' itu aku dapatkan tidak sengaja saat main sepeda di Amsterdam sama pacar yang sekarang sudah jadi suami. Tapi konsepnya memang berdasarkan pengalaman pribadi," tutur Helga Angelina, saat menjadi pembicara di acara Women Is Me, Kuningan City, Jakarta Selatan, Jumat 13 Desember 2019.

Helga Angelina

Pengalaman pribadi yang dimaksud Helga berkaitan dengan sejumlah isu kesehatan yang ia alami saat remaja, seperti sinus, asma, dan alergi terhadap 20 jenis bahan makanan. Alhasil, ia pun terpaksa mengonsumsi beragam obat yang direkomendasikan oleh dokter.

Sayangnya, hal tersebut justru menimbulkan efek samping. Helga sempat mengalami pembengkakan pada bagian liver. Tak putus asa, Helga kemudian rutin mencari berbagai informasi dan membaca buku seputar food combining.

"Aku baca beberapa buku soal food combining, dan dibuku-buku itu disebutkan bahwa tubuh manusia bisa menyembuhkan dirinya sendiri asal diberikan asupan nutrisi yang baik. Pada usia 15 tahun saya mulai menerapkan pola makan nabati yang benar-benar alami seperti nasi merah sampai jus buah dan sayuran," kenangnya.

Komitmen dan kerja keras Helga akhirnya membuahkan hasil. Setelah dua tahun menerapkan pola makan nabati, ia dinyatakan sembuh total tanpa mengonsumsi obat-obatan.

"Mamaku yang dokter, tadinya menentang. Tapi setelah lihat aku sembuh, dia dan keluarga mulai mengubah pola makan, meski belum 100% plant based. Dari pengalaman ini pula aku sudah ada passion untuk menerapkan pola makan dan hidup sehat," beber Helga Angelina.

Selepas SMA, Helga memutuskan untuk meneruskan jenjang pendidikannya di Amsterdam, Belanda. Di negara inilah ia bertemu rekan bisnis sekaligus sang calon suami, Max Mandias.

frame frameborder="0" height="1" id="google_ads_iframe_/7108725/Desktop-Detail-Parallax_0" name="google_ads_iframe_/7108725/Desktop-Detail-Parallax_0" scrolling="no" title="3rd party ad content" width="1">

Ada sebuah kejadian unik yang membuatnya semakin yakin merintis bisnis di bidang food and beverages bersama pasangannya.

"Waktu masih pacaran di Belanda, Max itu sering dan memang hobi masak. Selama pacaran kita sering masak bareng bikin makanan vegan. Nah, pas kita lagi makan, temen-teman kos suka minta, dan ternyata mereka benar-benar menikmati," ungkap Helga.

"Dari situ kita sadar bahwa orang lebih tertarik menyantap makanan nabati, kalau diolah secara menarik dan 'seru'," timpalnya.

Helga Angelina

Berawal dari pengalaman tersebut, Helga dan Max akhirnya memutuskan balik ke Indonesia untuk merintis bisnis kuliner berkonsep makanan sehat. Bisnis inilah yang kemudian mereka beri nama 'Burgreens'.

"Tadinya kita udah full time job di Belanda. Terus kita memutuskan keluar dan balik ke Indonesia untuk jalanin Burgreens dengan modal nekat dan berbekal uang tabungan. Waktu itu sampai tabungan kami hanya tersisa Rp500 rb saja," kata Helga.

Promosi di media sosial dan dari mulut ke mulut

 

frame frameborder="0" height="1" id="google_ads_iframe_/7108725/Desktop-Detail-Parallax_0" name="google_ads_iframe_/7108725/Desktop-Detail-Parallax_0" scrolling="no" title="3rd party ad content" width="1">

Setibanya di Indonesia, Helga langsung menghubungi salah temannya untuk bekerjasama membesarkan Burgreens. Pucuk dicita ulam pun tiba, teman Helga ternyata menyambut baik niat tersebut. Ia menyediakan tempat khusus di rumahnya yang kemudian digunakan sebagai restoran pertama Burgreens di kawasan Rempoa.

"Ya awalnya buka kecil-kecilan di rumah teman. Awal-awal buka toko berdua sama suami doang. Lokasinya lucu, kayak kantor dan ada taman. Tapi lokasinya susah ditemukan. Jadi kami memanfaatkan instagram dan word of mouth sebagai senjata utama untuk berpromosi," jelas Helga.

Meski pada saat itu, tren makanan sehat belum banyak peminatnya, respons kostumer ternyata sangat besar. Helga memiliki banyak pelanggan setia, hingga akhirnya setahun kemudian bisa membuka cabang kedua di kawasan Tebet.

Helga Angelina

Di tahun ke-3, kesempatan emas itu akhirnya datang juga. Helga menerima tawaran investor dari sejumlah orang, karena menilai bahwa bisnis makanan sehat ini akan terus berkembang dalam beberapa tahun mendatang.

Setelah melewati diskusi panjang dengan sang suami, keduanya sepakat menerima investasi individual dari salah satu rekan bisnis mereka. Burgreens pun akhirnya melebarkan sayap hingga memiliki 10 cabang yang tersebar di beberapa titik Ibu Kota Jakarta.

"Karena bisnis kami sudah mulai merambah ranah premium dan masuk mal juga, kami mulai belajar bagaimana cara membangun manajemen internal yang baik, serta membentuk sistem dan SOP yang lebih profesional," papar Helga.

Setelah enam tahun menjalani bisnis ini, kerja keras Helga dan Max diganjar oleh sebuah prestasi yang sangat membanggakan. Berkat Burgreens, Helga masuk masuk dalam daftar 30 under 30 Asia versi Forbes Magazines, pada 2016 lalu.

"Waktu masuk Forbes 30, aku sebetulnya kurang percaya diri, sampai aku kira ini scam (penipuan). Tapi ternyata mereka melihat produk kami memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang," tandasnya.

 

(sumber:okezone.com)