Manuver di Laut China Selatan, China Siap 'Konfrontasi Tak Terduga'

Muhaimin • Tuesday, 17 Dec 2019 - 11:00 WIB

BEIJING - China telah merampungkan latihan militer dengan beberapa pesawat tempur dan pengintai di Laut China Selatan. Beijing menyatakan siap menghadapi "konfrontasi tak terduga" dengan meningkatkan manuvernya di kawasan sengketa tersebut.

PLA Daily, media militer China pada hari Minggu melaporkan bahwa unit penerbangan Angkatan Laut di bawah Komando Teater Selatan telah menyelesaikan latihan pengintaian peringatan dini (early warning reconnaissance) yang lama di mana para peserta mengidentifikasi lebih dari 10 jenis sinyal radio "musuh".

"Berbeda dari latihan yang dilakukan tahun lalu pada pengintaian peringatan dini, latihan ini jauh lebih lama dalam rentang waktu, dimasukkan ke dalam mode konfrontasi sejak awal dan memiliki penekanan pada pelatihan malam hari," kata Yan Liang, komandan sebuah divisi militer yang tidak disebutkan dalam laporan tersebut.

"(Latihan semacam ini) terus-menerus menantang batas personel dan peralatan kami, dan membantu memperkuat kemampuan tempur darurat pasukan," ujarnya, seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa (17/12/2019).

Latihan itu diadakan sejak pertengahan November dan melibatkan dua kelompok pesawat tempur. Dalam latihan itu, batch pertama pesawat berbagi intelijen dengan yang kedua, yang kemudian dikirim untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang sekelompok target di laut.

Seorang perwira yang tidak disebutkan namanya dari divisi yang sama mengatakan Angkatan Udara China telah mengubah pendekatannya dari pasif menjadi proaktif. “Sekarang 'difficulty' dan 'intelligence' telah menjadi kata-kata yang lebih sering dalam latihan kami...dan kami telah membuat rencana terperinci untuk menghindari risiko dan bahaya di setiap latihan,” kata perwira tersebut.

Pakar militer yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming, mengatakan latihan itu sangat kontras dengan latihan sebelumnya, ketika pesawat tempur diberitahu sebelumnya tentang "rival-rival" dan "bahaya" yang bisa mereka harapkan.

"Ini adalah perubahan yang diperlukan untuk Angkatan Udara China yang telah menyelesaikan tahap awal modernisasi, yang membutuhkan kemampuan tempur yang ditingkatkan dalam situasi konfrontasi yang dekat dengan kenyataan," kata Zhou.

China mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan, sebuah jalur perairan yang kaya sumber daya yang juga diklaim oleh beberapa negara Asia lainnya.

South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, sebuah kelompok think tank yang berafiliasi dengan Universitas Peking, mengatakan Amerika Serikat (AS) telah mengadakan setidaknya 85 latihan militer bersama dengan sekutunya di wilayah Indo-Pasifik pada tahun 2019 ketika berusaha untuk melawan kebangkitan militer Beijing, khususnya di Laut China Selatan.

"Melalui latihan-latihan ini, AS meningkatkan interoperabilitasnya dengan negara lain dan membuat kehadiran militer yang lebih kuat untuk menahan kebangkitan China sebagai kekuatan maritim," katanya.

"Amerika kemungkinan akan melakukan lebih banyak latihan kemampuan tempur inti untuk menangani ancaman keamanan regional yang dirasakan," ujarnya.

China dan AS, dua ekonomi terbesar di dunia, telah terkunci dalam perang dagang pahit sejak awal 2018, yang telah memicu ketegangan termasuk dalam sektor militer.

Kedua negara mencapai kesepakatan "fase satu" untuk menyelesaikan kebuntuan pada hari Jumat pekan lalu, yang mengirimkan sinyal positif ke pasar saham di seluruh dunia. Namun, kesepakatan itu telah meninggalkan pertanyaan tentang seberapa jauh kesepakatan itu dapat mengurangi ketegangan yang lebih luas.

 

(sumber:sindonews.com)