Penanggulangan TBC Sebaiknya menjadi Prioritas Nasional

• Tuesday, 24 Dec 2019 - 21:48 WIB

Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus mendorong pengurangan angka kematian akibat TBC hingga 90 persen dengan milestone di tahun 2035 mendatang. Serta mengurangi 80 persen angka insiden TBC dibandingkan 2015 lalu.

Dokter Spesialis Paru RS Islam Jakarta Dr. dr. Erlina Burhan, Sp.P (K) mengatakan, penyakit Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh strain mikrobakteria. Pada umumnya Mycobacterium tuberculosis (MTb atau MTbc). “Setiap orang bisa terpapar TBC, penyakit menular ini mematikan dan menyerang paru-paru,” ungkap Erlina Burhan dalam diskusi PP Aisyiyah dengan tema penanggulangan TB/HIV untuk Masyarakat Indonesia yang Sehat di Jakarta, Senin (23/12)

Erlina menerangkan, semua orang berisiko terkena TBC. Apalagi, mereka yang memiliki imun yang rendah. 

Sistem imun berfungsi melakukan kontrol terhadap kuman. Salah satunya fungsi kontrol kuman TBC. Hingga saat ini, menurut Erlina belum ada alternatif untuk menyembuhkan TBC selain mengkonsumsi obat TBC selama enam bulan tanpa henti.

Erlina menjelaskan ada usaha singkat dari para peneliti untuk mempersingkat durasi pengobatannya, dengan mengkonsumi nutrisi untuk penyembuhan yang lebih optimal. “Penelitian pengobatan rutin TBC 2 bulan masih belum rampung, jadi saat ini masih menggunakan pengobatan selama 6 bulan,” katanya.

Lebih jauh, Erlina mengungkapkan, beberapa gejala untuk mengenali seseorang terpapar TBC di antaranya batuk tidak berkesudahan dan timbul sesak nafas atau nyeri dada secara sistematik atau secara umum.

Selain badan akan lemas dan tidak bersemangat, penderita TBC juga mengalami penurunan berat badan dan nafsu makan yang berkurang. “Tubuh penderita TBC terlihat tidak fit dan kerap berkeringat di malam hari,” ungkapnya.

Data dari WHO pada 2018 terdapat 10 juta penderita penyakit TBC. 5,7 jutanya merupakan penderita dari laki-laki, 3,2 juta dari penderita perempuan, dan anak sebanyak 1,1 juta. Ada 1,5 juta orang meninggal karena TBC, dimana 251 ribu orang yang meninggal karena TB adalah orang dengan HIV.

Menanggapi hal itu Anggota Komisi IX DPR RI, Putih Sari menuturkan, masalah TBC menjadi masalah global. Perlu dukungan yang mainstreaming untuk mengatasinya. Untuk itu, menurutnya dibutuhkan kebijakan penanggulangan secara signifikan dengan prioritas nasional dari kementerian/ lembaga.

Putih mengakui, anggaran untuk penanggulangan TBC masih perlu ditingkatkan. “Selama ini anggaran penanggulangan TBC bukan dari anggaran nasional saja, tapi juga didukung dari negara lain yang konsen menanggani masalah TBC,” katanya. (Akm)