Situasi Timur Tengah Memanas, SBY Singgung Kecemasan Terjadi Perang Dunia

• Wednesday, 8 Jan 2020 - 10:26 WIB
Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

JAKARTA - Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, memanasnya geopolitik di Timur Tengah bisa merobek keamanan internasional yang telah rapuh. Banyak yang mencemaskan perkembangan di Timur Tengah setelah serangan udara Amerika Serikat dan menawaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani.

Dia menuturkan, kecemasan itu muncul karena banyaknya negara yang melibatkan diri dengan kepentingan yang berbeda-beda terhadap situasi terbaru di Timur Tengah.

"Pasca tewasnya Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh serangan udara Amerika Serikat beberapa hari lalu, siang dan malam saya mengikuti pemberitaan media internasional. Saya ikuti aksi-aksi politik, sosial dan militer di banyak negara yang punya kaitan dan kepentingan dengan Timur Tengah," ujar SBY yang diunggah ke media sosial, Selasa (7/1/2020).

Menurutnya, wajar jika banyak pihak yang mengkhawatirkan akan kembali terjadi perang dunia setelah melihat perkembangan di Timur Tengah. Dia berharap kekhawatiran itu tidak terjadi.

"Kalau situasi makin memburuk dan belasan negara melibatkan diri, apalagi pada posisi yang berhadap-hadapan memang keadaan sungguh menakutkan. Itulah sebabnya sebagian dari kita mulai bertanya, jangan-jangan perang dunia yang kita takutkan terjadi lagi. Akankah kesitu?" ucapnya.

Dia menceritakan, penyebab terjadinya perang antarnegara, atau yang melibatkan banyak negara, berbeda-beda. Pemicu meletusnya peperangan juga macam-macam.

Perang dunia ke-1, yang menyebabkan korban jiwa 40 juta orang disebabkan oleh terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria di Sarajevo pada bulan Juni 1914. Peristiwa yang menyulut peperangan besar ini sering disebut sebagai kecelakaan sejarah (unexpected accident).

Sementara, perang dunia ke-2 yang terjadi di mandala Pasifik dipicu oleh serangan pendadakan angkatan udara Jepang terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, 7 Desember 1941. Keseluruhan korban perang dunia ke-2 di mandala Eropa dan mandala Pasifik berjumlah 70-85 juta jiwa.

"Para ahli sejarah mengatakan, Jepang menyerang Amerika Serikat itu kesalahan. Diibaratkan Jepang sebagai membangunkan macan tidur. Kesalahan itu strategic miscalculation yang dilakukan oleh para politisi dan jenderal-jenderal militer Jepang," katanya.

Menurutnya, kejadian miskalkulasi ini, atau salah hitung kerap menjadi faktor yang mendorong terjadinya peperangan. Termasuk kejadian di lapangan, yang tak terduga, seperti yang terjadi di Sarajevo tahun 1914 dulu.

"Dari kacamata ini, sejarah tengah menunggu apakah politisi dan jenderal Amerika Serikat dan Iran melakukan miskalkulasi, sehingga mendorong perang terbuka di antara mereka. Di luar itu, apakah juga tiba-tiba terjadi peristiwa di lapangan, entah di Irak, di Iran, ataupun di tempat di mana aset dan satuan-satuan militer Amerika Serikat berada," katanya.

 

Editor : Kurnia Illahi

(Sumber: Inews.id)