Masih Ada Desa Terisolir, Masa Tanggap Bencana Bogor Diperpanjang

• Wednesday, 15 Jan 2020 - 19:22 WIB
Foto/Ilustrasi/SINDOnews

BOGOR - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menggelar rapat yang dihadiri oleh seluruh stakeholder baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun daerah. Rapat itu menelurkan kesepakatan untuk memperpanjang tanggap darurat bencana di Kabupaten Bogor selama 14 hari kedepan.

"Perpanjangan ini akan disarankan kepada IC (Incident Commander) dalam Dandim 0621 Letkol Inf Harry Eko Sutrisno dan Bupati Bogor Ade Yasin dengan masa waktu maksimal 14 hari kerja terhitung mulai hari ini," ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor Burhanudin di Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu (15/1/2020).

Dia menambahkan, alasan diperpanjangnya masa Tanggap Darurat bencana, karena masih ada beberapa Kampung di Desa Cileuksa, Sukajaya, Kabupaten Bogor yang masih belum terjangkau untuk dilakukan pemulihan maupun pengiriman pasokan bantuan logistik.

"Tak hanya di Sukajaya tapi ada beberapa Kecamatan seperti di Bojongkulur, Gunung Putri (korban banjir), karena harus membersihkan lumpur secara terus menerus," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, khusus lokasi bencana banjir bandang dan longsor di Sukajaya, hingga saat ini masih dalam proses pembukaan akses jalan agar bisa dilalui kendaraan roda empat.

"Saat ini sudah bisa masuk, tapi khusus mobil offroad atau kendaraan roda empat jenis 4WD (four wheel drive). Jujur saat ini untuk roda dua sudah bisa masuk ke Desa Cileuksa dan Cisarua yang sempat terisolir," ungkapnya.

Dia menambahkan secara keseluruhan distribusi logistik sudah masuk ke desa-desa terisolir yang jumlahnya mencapai 11 desa di Sukajaya, Nanggung, Cigudeg dan Jasinga.

"Tapi untuk Sukajaya, dalam hal ini Cileuksa dan Cisarua yang baru dibuka itu logistik baru sampai ke Kantor Desa nya saja. Sedangkan untuk distribusi ke Kampung-kampungnya masih terkendala karena banyak titik longsoran," ujarnya.

Dia menyebutkan, selama masa perpanjangan waktu tanggap darurat ini, pihaknya akan fokus pada pembukaan atau normalisasi akses jalan maupun infrastruktur lainnya.

"Terutama infrastruktur dan pendataan (korban yang mengungsi, rumah rusak hingga lahan perkebunan maupun sawah milik masyarakat) terdampak longsor," ungkapnya.

Bahkan, pihaknya, melalui dinas terkait menyanggupi melakukan pendataan terhadap 4000 an rumah yang rusak. "Untuk mengetahui kategori rumah ringan, sedang dan berat itu membutuhkan waktu satu Minggu. Khususnya yang ada di empat kecamatan (Sukajaya, Cigudeg, Nanggung, dan Jasinga)," tuturnya.

Hingga saat ini, pihaknya masih mempertimbangkan penambahan alat berat dalam rangka mempercepat pemulihan daerah yang terkena longsor ini. "Setahu saya hingga saat ini masih ada 17 alat berat dikerahkan di lokasi," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Bogor Yani Hasan menjelaskan saat ini pihaknya berterimakasih kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang telah dan masih mengerahkan personel dan alat beratnya serta TNI dan BNPB yang mengerahkan helikopternya.

"Saat ini kita juga akan lengkapi tenda secara komplit. Sehingga bisa memfasilitasi masyarakat yang mengungsi dan belum kembali ke rumahnya karena rusak ataupun terancam longsor," katanya.

Terkait paska bencana, pihaknya tak hanya akan menyelenggarakan hunian sementara (huntara) berupa pembangunan fisik saja. Tapi, Pemkab juga menyarankan atau mengupayakan untuk memindahkan pengungsi ke gedung atau rumah-rumah kontrakan.

"Misalnya tadi pagi saya sudah lapor Bupati agar para pengungsi dipindahkan ke tempat pengajian dengan cara mengontrak gedung tersebut. Seperti majelis-majelis taklim. Sambil berjalan mereka kita data," ujarnya.

Terkait dengan masih banyaknya pengungsi yang menghuni bangunan sekolah, sisi lain peserta didik juga tak selamanya diliburkan, pihaknya segera mendirikan tenda darurat di sekitar bangunan sekolah.

"Sehingga anak-anak atau siswa korban longsor bisa tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), kalaupun harus tetap digedung sekolah SD/SMP, kita akan membuat sekat. Khawatir terjadi penularan penyakit dari pengungsi ke anak-anak yang sedang belajar," pungkasnya.

(mhd)

(Sumber : Sindo.com )