Tanah di Permukiman Retak akibat Letusan Gunung Taal Filipina, Lahar Bisa Keluar dari Bawah

• Friday, 17 Jan 2020 - 15:09 WIB
Tanah di permukiman warga retak akibat letusan Gunung Taal, Filipina (Foto: AFP)

MANILA - Dampak gempa vulkanik dari letusan Gunung TaalFilipina, menyebabkan retakan permukaan tanah di permukiman warga. Ratusan kali gempa terjadi sejak Gunung Taal meletus pada Minggu (12/1/2020) sampai saat ini.

Perintah evakuasi pun diperluas ke warga yang wilayahnya mengalami retakan tanah dan hujan abu vulkanik. Retakan terpantau di permukiman beberapa kota terdekat.

Kepala Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina, Renato Solidum mengatakan, retakan itu bisa jadi sebagai pertanda bahwa lahar akan keluar dari bawah tanah.

Meskipun aktivitas gunung terpantau melemah pada Kamis (16/1/2020), Taal masih menyimpan ancaman berbahaya yakni letusan eksplosif.

Tiga kota terdekat dengan gunung berjarak 65 kilometer dari Manila itu berada dalam pengawasan ketat kepolisian. Petugas mencegah warga yang hendak kembali ke rumah.

Saat ini lebih dari 44.000 warga mengungsi di pusat-pusat evakuasi. Namun ada ribuan warga yang menolak meninggalkan rumah mereka.

Banyak warga yang nekat tak mau meninggalkan rumah atau kembali saat gumpalan asap hitam membumbung beberapa kilometer di atas kawah dan melontarkan bebatuan panas.

"Letusan eksplosif berbahaya mungkin terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari," demikian pernyataan Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina, dikutip dari Bloomberg.

Dijelaskan, aktivitas seismik yang intensif menandakan intrusi magmatik terus menerus dari bawah permukiman yang dapat menyebabkan aktivitas erupsi lebih lanjut.

Sejauh ini seorang perempuan berusia 65 tahun meninggal akibat penyebab tak langsung. Dia mengalami serangan jantung saat dievakuasi dari Kota Talisay, Senin (13/1/2020).

Sementara itu data departemen pertanian mengungkap, kerusakan lahan pertanian akibat letusan, termasuk sawah, jagung, kopi, cokelat dan pisang, mencapai 577,59 juta peso atau sekitar Rp156 miliar.

Selain itu kematian ikan massal diperkirakan terjadi di danau sekitar gunung karena terpapar gas beracun sulfur dioksida.

 

Editor : Anton Suhartono

( Sumber : iNews.Id )