Pertumbuhan Industri Asuransi Diprediksi 5 Persen

• Saturday, 22 Feb 2020 - 00:10 WIB

JAKARTA - Kasus gagal bayar Asuransi Jiwasraya dinilai tidak berdampak sistemik terhadap industri asuransi.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal menyebutkan, kasus Jiwasraya hanya memberikan pengaruh 0,19 persen ke industri asuransi.

"Industri asuransi tumbuh 8 persen year on year (yoy) dan aset 5,91 persen. Kalau dibilang ini kasus sistemik, tidak, Jiwasraya dari total aset 1,6 persen dari industri asuransi atau 0,19 persen dari seluruh industri keuangan. Jadi, sangat kecil," ujar Fithra dalam diskusi Prudential Journalist Masterclass 2020 di Jakarta, Jumat (21/2/2020).

Untuk itu, meski di tahun ini pertumbuhannya agak melambat, tapi asuransi jiwa secara industri masih aman dan secara portofolio juga masih baik.

Pasalnya dari sisi rasio kecukupan modal (Risk Based Capital/RBC) yakni 345 persen untuk asuransi umum dan 789 persen untuk asuransi jiwa. Persentase tersebut jauh diatas batas aman yakni 120 persen.

Sedangkan, Jiwasraya bermasalah karena RBC sudah minus 800 persen dan butuh Rp 32 triliun agar sesuai standar 120 persen. "Jiwasraya bisa kolaps karena minus 800 persen butuh Rp 32 triliun untuk 120 persen," jelasnya.

Perlunya Pembentukan LPP

Lembaga Penjamin Polis (LPP) Asuransi dinilai mendesak untuk dibentuk tahun ini untuk melindungi masyarakat pemegang polis.

"Lembaga ini mendesak untuk dibentuk karena coveragedari asuransi terhadap populasi tidak besar, tapi jika ini membesar maka harus di-cover juga karena kalau tidak ada maka sedikit gejolak bisa menjadi resiko sistemik," kata Ekonom Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal.

Ia menyebutkan, asuransi umum akan tumbuh 5 persen hingga 6 persen, sedangkan asuransi jiwa 3 persen hingga 4 persen. Sehingga secara total industri hanya akan tumbuh 5 persen.

"Tumbuh sih tumbuh, tapi dibanding tahun lalu kecenderungannya melambat karena ada shock dari Jiwasraya dan Asabri," ujar Fithra.

Kasus ini, tambah Fithra juga akan membuat adanya potensi displacement, artinya konsumen akan mengalihkan preminya ke perusahaan asuransi yang memiliki aset besar dan terpercaya, serta RBC yang tinggi.
"Prediksi saya mereka akan beralih ke top tier karena ingin menghindari resiko gagal bayar. Kemarin dari diskusi-diskusi mungkin 40 persen mereka switching terutama yang dari low tier. Mereka akan pindah sekalipun dari pelat merah," ujar Fithra.

Fokus Bisnis Prudential Indonesia

Tahun ini, Prudential Indonesia memasuki usia ke 25 tahun. Berbisnis di produk asuransi konvensional dan syariah, perusahaan terus melakukan edukasi kepada masyarakat demi meningkatnya literasi keuangan di negeri ini. Perusahaan pun terus mengembangkan aktivitas pemasarannya. Salah satu kampanye yang mereka lakukan sejak tahun lalu adalah kampanye We DO.

“Kampanye ini selanjutnya kami turunkan ke dalam empat fokus, yaitu We Do Health, We Do Wealth, We Do Technology dan We Do Good,” ujar Luskito Hambali, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia di Jakarta, Jumat (21/2/2020)

Melalui We Do Wealth, Prudential memberikan solusi dan membantu konsumen dalam proses perencanaan keuangan. Tujuannya, agar konsumen dapat meningkatkan kesejahteraan mereka di masa depan. Dalam mewujudkan hal ini, teknologi menjadi instrumen kunci. Khususnya, dalam mewujudkan beragam inovasi yang tepat sasaran bagi kebutuhan pelanggan yang dinamis. 

“Di Prudential Indonesia, kami telah mengintegrasikan inisiatif-inisiatif digital ke dalam strategi perusahaan. Hal ini sejalan dengan semangat We Do Technology,” lanjut Luskito.

Ekosistem digital ini pun telah dibangun sejak tahun lalu. Tak sendirian, Prudential juga menggandeng pemain terkemuka di bidang teknologi. “Sebentar lagi, kami akan memperkenalkan aplikasi Pulse by Prudential. Aplikasi ini dapat digunakan oleh pelanggan maupun masyarakat umum,” tambah Luskito. 

Tak hanya berkonsentrasi pada inovasi teknologi, praktik tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) sesuai peraturan perundangan-undangan juga dijunjung tinggi oleh perusahaan. Komitmen tersebut akan dijaga ke dalam seluruh proses bisnis dan interaksi perusahaan dengan pelanggan, regulator, mitra bisnis, praktisi media, dan stakeholder lainnya. 

“Untuk para rekan-rekan jurnalis, kami menggelar sesi Prudential Indonesia Journalist Masterclass 2020. Program ini berisi informasi mengenai outlook ekonomi makro Indonesia, hingga sharing mengenai cara memahami laporan keuangan perusahaan asuransi. Program inilah yang sejalan dengan semangat We Do Good kami,” tutup Luskito. (ANP)