Industri Kreatif Akani Jadi Tumpuan Ekonomi Indonesia Masa Depan

• Friday, 28 Feb 2020 - 22:56 WIB

JAKARTA - Industri kreatif diyakini bakal menjadi tumpuan perekonomian Indonesia di masa depan. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari stakeholders terkait, atau yang biasa disebut dengan unsur Pentahelix A-B-C-G-M (Academics, Business, Community, Government, Media).

Ketua Umum ICCN Fiki Satari mengatakan, ekonomi kreatif yang kalau diturunkan lagi produknya banyak berkaitan dengan UMKM seperti fesyen, kuliner, kriya, film dan animasi, ini terus menunjukkan perkembangan. Bahkan pada 2019 mampu memberikan kontribusi PDB sekitar 8% atau sekitar Rp1.200 triliun. "Dan ini akan terus bertambah di masa depan. Ekonomi kreatif itu, kan, dasarnya ide dan gagasan yang dituangkan dalam kreativitas nyata, dan ini butuh dukungan semua pihak untuk bisa tumbuh," kata Fiki di sela acara Grand Launching Vokraf, platform pendidikan online yang berfokus pada peningkatan kemampuan talenta industri kreatif, di Jakarta, Jum'at (28/2/2020).

Acara persembahan Vokraf dan ICCN yang dikemas sebagai konferensi bertema “2045: Collaboration to ignite creative industry” ini turut dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, dan CEO GDP Venture Martin Hartono. Fiki Satari yang kini juga berperan sebagai Staf Khusus Menkop dan UKM menjelaskan, ICCN adalah simpul organisasi yang berkomitmen untuk memajukan 10 Prinsip Kota Kreatif, komitmen untuk memajukan kota-kota kreatif di Indonesia. Caranya, dengan melakukan riset dan pengembangan untuk menumbuhkan pembangunan ekonomi, dengan mewujudkan ide/gagasan yang kreatif dan inovatif, serta ditopang oleh kelengkapan infrastruktur kelembagaan. Semua bekerja sama dalam keterlibatan Pentahelix serta adanya dukungan infrastruktur yang berkualitas dan modern.

Fasilitasi dan Proteksi
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengatakan, pertumbuhan industri kreatif harus didukung, serta dibarengi dengan proteksi khususnya terhadap masuknya permodalan dari luar negeri. "Para pelaku ekonomi kreatif atau industri kreatif, dalam 10-15 tahun mendatang akan menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan, karena itu kami di DPR terus memberikan fasilitasi sekaligus proteksi. Khususnya masuknya perusahaan transnasional, mereka harusnya berkantor di Indonesia dan menjadi Wajib Pajak," ujarnya.

Syaiful Huda pun menjelaskan, DPR bersama eksekutif baru saja meluncurkan UU 24/2019 yang intinya mendorong tumbuh kembangnya ekonomi kreatif. "Kami akan terus terbuka mengikuti perkembangan dan dinamika industri kreatif ini, dan peluncuran Vokraf ini saya kira merupakan langkah yang bagus untuk perkembangan industri kreatif di tanah air," katanya. 

Vokraf dikembangkan oleh tiga anak muda alumni ITB, yaitu Fina Silmi, Mahatma, dan Dwi Grahantino. Vokraf menempatkan diri sebagai learning platform yang diharapkan bisa menjadi rujukan bagi anak-anak muda Indonesia belajar kemampuan yang dibutuhkan di dunia kreatif. CEO Vokraf Fina Silmi menambahkan, sejauh ini sudah memiliki 4 rencana pembelajaran, yaitu Copywriter, Graphic Designer, 3D Animator, dan YouTube Content Creator. Vokraf juga menjalin kerja sama dengan The Little Giantz, salah satu perusahaan animasi di Indonesia.

Di Indonesia saat ini sudah banyak memiliki platform belajar yang memanfaatkan teknologi digital dan secara online. Ruangguru sudah mulai dengan Skill Academy, ada juga Udemy yang sudah masuk ke pasar Indonesia, Hacktiv8 yang mulai meluncurkan Kode.id, HarukaEdu yang meluncurkan Pintaria, Dicoding, dan layanan semacamnya. Potensi industri kreatif ini sebenarnya masih sangat besar, mengingat belum ada pemain yang mendominasi. Hanya saja untuk memastikan layanannya bermanfaat, kualitas pembelajaran dan sistemnya harus didesain dengan baik. Peran ini yang coba dimaksimalkan oleh Vokraf. “Sejak diluncurkan, kami mendapatkan feedback positif dari pengguna. Mereka menemukan konten yang dibutuhkan. Sudah ada early paid users dan growth. Itu berdasarkan data. Tetapi yang paling penting, kenapa kami optimis bisa tumbuh menjadi besar adalah karena tim kami yang passionate, kompak, dan sangat gigih. Tim kami ingin memberikan yang terbaik untuk talent yang ingin masuk ke industri kreatif, dan kami juga ingin membantu perusahaan-perusahaan industri kreatif supaya grow dengan adanya supply talent yang skillnya memenuhi,” tambah Fina.

Dalam kesempatan ini, Menaker Ida Fauziyah menyambut positif hadirnya Vokraf sebagai bagian penting dari industri kreatif. Selain dibutuhkan oleh anak-anak muda sekarang, Vokraf juga bisa menjadi penyeimbang ekonomi di Indonesia lebih baik lagi. "Semua murid Vokraf bisa menggunakan kesempatan dengan baik, dan teruslah maju. Jangan berhenti belajar. Bersama Vokraf, saya yakin, kalian akan mendapat masa depan yang lebih baik," kata Ida Fauziyah.

Menparekraf Wishnutama juga menekankan betul, sangat penting memahami keseluruhan “game” dari ekonomi kreatif. Tidak hanya fokus pada akhirnya saja, hanya ingin menjadi “Entrepreneur”, tetapi harus memahami berbagai elemen penggerak industri kreatif, termasuk mengenai bayar pajak dan ketenagakerjaannya. Dari segi bisnis dan karier, CEO GDP Venture Martin Hartono pun menyampaikan, kini masih banyak sekali tantangan dalam industri kreatif, dan salah satu yang terbesar adalah SDM. Seperti kurangnya Scriptwriters & Editors berskala internasional. Kurangnya keahlian pada posisi-posisi tersebut dapat sangat terbantu dengan adanya edukasi khusus industri kreatif dari Vokraf. (ANP)