Kunci Sukses Isoman: Tidak Panik dan Lingkungan yang Suportif

MUS • Tuesday, 27 Jul 2021 - 19:32 WIB

Jakarta – Awal bulan ini angka kasus terkonfirmasi positif covid-19 mencapai rekor tertinggi karena cluster keluarga. Banyak yang terpapar karena salah satu anggota keluarga masih beraktivitas di luar. Kondisi rumah sakit yang penuh, memaksa sebagian pasien terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah. 

“Sekeluarga positif covid-19, saya merasa udah gak kuat karena setiap pagi dan malam tidak bisa bangun dari tempat tidur. Saya coba pergi ke rumah sakit tapi ternyata rumah sakit penuh di Bandung. Saya akhirnya pulang dan isolasi mandiri saja di rumah sekeluarga,” ungkap salah satu penyintas covid-19, Hery Alamsyah, pada Trijaya Hot Topic Petang, Selasa (27/07/2021).

Selama isolasi mandiri, Herry mengonsumsi suplemen, vitamin C, dan obat herbal. Untuk menghindari rasa takut dan stress, ia sekeluarga berhenti menonton televisi dan membuka social media.

“Supaya tidak khawatir dan takut saya sementara waktu tidak menonton TV dan tidak buka sosmed dulu. Buka HP cuma untuk keperluan penting aja,” pungkas Herry. 

Penyintas lainnya, Zikri Hakim, juga terpaksa menjalani isoman dengan kondisi yang cukup parah, karena tidak mendapat tempat di rumah sakit sekitaran Bogor.

“Saya isolasi mandiri selama 14 hari. Waktu di pertengahan saya merasa gak kuat pengen ke rumah sakit tapi tidak bisa karena penuh. Saya hanya lapor ke dinas kesehatan setempat dan dari sana dilakukan pemantauan dan suplai obat,” kata Zikri. 

Ia mengakui, faktor lingkungan dan keluarga sangat membantu dalam proses pemulihan. Tetangga sekitar membantu menyuplai makanan serta keluarga yang tidak henti memberikan support agar tetap kuat menjalani cobaan. 

“Alhamdulillah, saya tidak dikucilkan oleh tetangga. Mereka hampir setiap hari memberikan makanan kepada keluarga saya, keluarga juga kasih support,” jelas Zikri. (Ann)