Pemerintah akhirnya batal mencabut subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun masalah tidak selesai sampai disini. Jutaan rakyat
Pengamat Ekonomi UI yang juga anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), Nina Sapti Triaswati mengatakan, sebagian rakyat Indonesia dirugikan karena tidak jadi naiknya harga BBM.
“Sebagian besar rakyat
Menurutnya, subsidi BBM yang jelas telah menguntungkan orang kaya, dan bukan rakyat miskin. Sehingga pihaknya mendesak pemerintah agar memberlakukan insentif pajak bagi orang-orang kaya, sebagai kompensasi mereka menikmati subsidi BBM. Kemudian mengenakan pajak lebih besar bagi pemilik mobil.
“Semakin mahal mobilnya, maka pajak yang harus dibayarkan per tahun, akan semakin besar” katanya.
Sementara itu, Direktur Pengusahaan PT Perusahaan Gas Negara, Jobi Triananda Hasjim, mengatakan, bahwa harga gas yang berkisar Rp. 3100 per liter, masih jauh lebih murah 40 persen dibandingkan bensin bersubsidi sekalipun. Sehingga gas menjadi alternative pemerintah agar masyarakat beralih dari BBM ke gas. PGN tahun ini, akan segera membangun 33 staisun pengisan bahan baker gas (SPBG) di wilayah
“Kita akan terus berusaha menambah SPBG, maka pemerintah tidak memaksa rakyat untuk beralih dari BBM ke gas, karena hokum ekonomi akan terjadi, membeli yang lebih murah” tegasnya
Namun Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengaku prihatin. Karena wacana bahan bakar gas, sudah sejak tahun 1987 dibicarakan. Namun hingga kini tidak lebih hanya 20 SPBG yang berdiri.
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Demokrat, Achsanul Kosasi mengakui, target subsidi BBM tahun ini sebesar 40 juta kilo liter dipastikan akan segera habis. Agar pemerintah tidak melanggar konstitusi, maka harus ada pengajuan tambahan kuota subsidi BBM melalui revisi APBN-P. DPR kini terus menunggu pengajuan yang akan dilakukan oleh pemerintah.