Prahara Karena Sapi

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Jakarta - Kasus terungkapnya suap daging sapi impor yang melibatkam mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq mengundang komentar dari para kader PKS bahwa penangkapan itu karena adanya konspirasi. PKS menyebutkan ada upaya konspirasi untuk melemahkan partai mereka. Namun Ketua DPP PKS Sohibul Iman berpendapat politik sendiri adalah konspirasi sehingga bukan hal yang luar biasa selama tidak menunjuk pihak tertentu.

Sohibul menyampaikan hal ini dalam diskusi 'Prahara karena Sapi' di Warung Daun, Cikini Jakarta Pusat, Sabtu (2/2/2013).

Sohibul dalam diskusi tersebut juga menyambut baik pidato Ketua Umum PKS yang baru yaitu Anis Matta. Menurutnya, pidato Anis terkait konspirasi adalah sah karena tidak menunjuk pihak mana pun.

Sohibul juga menilai pidato Anis Matta kemarin malam yang berapi-api utk mengajak kesadaran ilahiah para kader PKS, yang merupakan sebuah ajakan tobat, tidak hanya ketika ada kejadian hibul luar biasa.

Sohibul Iman menyampaikan dengan adanya kasus ini merupakan tugas dari PKS untuk berbenah. "Saya sepakat pekerjaan rumah (PR) kita bukan pada partai politiknya saja, namun sistem politik itu sendiri , yg mana terletak pada penegakan hukum  yg bersih dari bias - bias kepentingan. Ini merupakan pekerjaan rumah kita bersama dan berharap, dalam jangka waktu yg tdk terlalu panjang untuk bisa dituntaskan " tutur Sohibul Iman. Sehingga sistem politik kita tertata lebih kondusif dan baik.

Dalam acara Polemik itu juga, pengamat politik Islam Edi Sudrajat mengatakan adanya beberapa kedekatan dan kesamaan antara PKS dn PAN, yang  memungkinkan nantinya banyak kader PKS beralih ke PAN. Apalagi setelah adanya kasus yg tengah menimpa PKS saat ini. Kesamaan kedua partai ini menurut Edi adalah pemilihnya sama - sama dari kalangan masyarakat menengah , dan merupakan masyarakat islam yg modernis baik yg berbasis Muhammadiyah , NU dsb. Kesamaan ketiga adalah pemilih PKS dan PAN ini cenderung dari kota.

Edi Sudrajat juga menilai belakangan partai islam sejak tahun 2009 mengalami sedikit pergeseran dimana hanya ada 30 persen partai Islam . "Partai Islam kini hanya menjadi partai follower karena rata-rata tidak ada peningkatan bahkan beberapa partai islam turun parah. Dibeberapa banyak survey yang dilakukan di LSI peminatnya peminatnya hanya 2,5 smpai 3 %. Ada kecenderungan kemiripan antagonistis PKS dan PAN,  yaitu  jika PAN naik maka PKS turun begitupun sebaliknya.

Edi Sudrajat menilai partai - partai agama kini kurang mendapatkan tempat pemilih di Indonesia, dikarenakan tidak ada daya tarik , yang menjadikan lama kelamaan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia beranggapan partai agama sama saja dengan partai nasionalis lainnya. (HML/MKS)