Tsunami Demokrat

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Jakarta - Sebanyak 250 kader Partai Demokrat dikabarkan hengkang dari partai binaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Jika tidak diantisipasi dari dini akan berimbas ke berbagai daerah.

Berangkat dari situ, Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Andalas, Saldi Isra  dalam diskusi Polemik Sindo Radio Network dengan tema "Tsunami Demokrat" di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, nomor 26, Jakarta Pusat, Sabtu (16/2) mengatakan, bahwa Rapat pimpinan Nasional partai demokrat yang digelar pada 17 Februari merupakan momentum yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan partai yang berlambang mercy itu.

Namun jika rapimnas ini tidak mampu menemukan jalan keluar, Partai demokrat tidak akan mampu mempertahankan supermasinya pada pemilu 2014.  Saldi menilai, Partai Demokrat memang sedang dilanda persoalan sulit, hal ini karena adanya matahari kembar didalamnya. Dua pemimpin di partai tersebut, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Dewan Pembina dan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang memiliki pengaruh  besar. Menurutnya, SBY dan Anas memiliki daya tarik-menarik kekuasaan yang kuat. Untuk itu jika ingin selamat, salah satu matahari kembar itu harus dipadamkan, meski itu sangat sulit.

Pengamat politik, Hanta Yudha HR juga memiliki pendapat yang sama, kapal Partai Demokrat dipimpin oleh dua nahkoda yang sama yaitu SBY dan Anas. Namun keduanya mengarahkan kapal dengan beda tujuan sehingga berisiko menabrak karang. Masing-masing pimpinan ini mempunyai agenda politik secara internal maupun eksternal yang berbeda. Menurutnya, Demokrat tidak dapat menepis adanya dua kubu di internal partai atau disebutnya sebagai dua matahari kembar. Hal ini pun semakin jelas terlihat dari beberapa acara yang tidak dihadiri Anas. Kemudian konsolidasi internal di kubu Anas dalam beberapa pertemuan. Dugaan publik adanya dua kubu ini pun makin terlihat jelas setelah beberapa politisi Demokrat meminta Anas untuk mengundurkan diri. Ditambah pernyataan SBY yang meminta Anas untuk fokus pada dugaan kasus hukumnya di KPK. 

Sementara itu terkait beredarnya isyu digelarnya rapimnas pada 17 Februari, untuk menggulingkan Ketua Dewan Pembina dan Anas Urbaningrum, Hanta menilai tidak akan bisa karena  bukan konstitusinya, ini pun bila berpegang dalam anggaran dasar partai demokrat pasal 101, tentang rapat rapimnas yang dapat memiliki kewenangan untuk membahas, mengambil keputusan strategis dan politis. Namun yang menjadi wilayah kongres luar biasa itu tidak bisa diputuskan di rapat rapimnas .

Menanggapi pernyataan keduanya, Wakil Sekretaris Jendral Partai Demokrat, Saan Mustopa menegaskan, tidak ada matahari kembar di tubuh Partai Demokrat. Menurutnya, adanya dua tokoh sentralistik di tubuh partai karena Demokrat masih membutuhkan sosok SBY. Menurutnya, Demokrat bisa memenangi dua pemilu berturut-turut adalah karena ketokohan SBY.  Selain itu Tindakan SBY yang mengambil alih kendali Partai Demokrat adalah karena situasi yang membutuhkan Ketua Dewan Pembina itu turun tangan. Sehingga, Rapimnas  pada 17 Februari, memastikan tidak ada perebutan pengaruh antara Anas Urbaningrum dan SBY karena rapat tersebut didesain untuk melakukan konsolidasi internal, mengembalikan kepercayaan masyarakat serta  menyelamatkan partai bukan memperburuk. Saan mustapa juga memastikan tidak ada aksi walk out dari kubu Anas.

Pada sesi kesimpulan, Saldi Isra meminta kepada jajaran partai demokrat untuk segera bisa menyelesaikan masalah yang menimpa di dalam tubuh Partai Demokrat, agar mereka yang memilii kedudukan serta jabatan publik, diantaranya di eksekutif dan DPR bisa berkonsentrasi terhadap pekerjaannya masing-masing. Kemudian masalah ini tidak menjadi ajang politik bumi hangus, karena tidak positif utuk perkembangan demokrasi di indonesia, dan ini juga merupakan pelajaran semua partai agar  hati-hati membingkai konstitusi partainya dengan membangun kutub-kutub kekuasaan dengan kewenangan  yang relatif seimbang, karena dapat menjadi bom waktu partai politik pada saat tertentu.

Sementara itu, Hanta Yudha HR menyatakan, ada hikmah yang dapat diambil Partai Demokrat. Hanta menilai bila Partai Demokrat dapat melewati ujian ini, akan ada dua kemungkinan. yang pertama, partai akan hidup semakin panjang karena semakin matang, terlembaga dan bisa mengantisipasi ujian tersebut dikemudian hari. Disisi lainnya, ujian ini bisa saja dapat menenggelamkan kapal yang sedang berlabuh diantara dua karang yang sekarang sedang karam, dan itu harus di antisipasi. hanta menyarankan kepada Partai Demokrat untuk kembali pada misi dan visi awal yang menjadi jantung kekuatan direktoralnya, yaitu bahwa Partai Demokrat bersih dari korupsi pada 2009, dan itu harus di recovery dan diselamatkan secara total tetapi berbasis konstitusi, jadi semuanya harus dilakukan secara hati-hati.

Menanggapi pernyataan tersebut , Saan Mustopa menyatakan Partai Demokrat akan tetap berusaha keras untuk melewati ujian ini degan baik, dan ini menurutnya merupakan proses dari pematangan dan pendewasaan politik. Saan menambahkan, ujian ini akan menjadi sebuah pelajaran kedepannya agar Partai Demokrat tetap solid dan kuat, karena masih ada pekerjaan yang harus dilakukan, yang mengacu kepada pakta integritas. (TTS/MKS)