Polisi Balada dan Nestapa

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Jakarta - Dalam kurun sepekan 2 anggota kepolisan menjadi korban penembakkan oleh orang tidak dikenal. Kejadian pertama menimpa Aipda (anumerta) Sukardi yang tewas ditembak di depan Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 10 september yang lalu dan yang kedua, aksi pencurian disertai penembakan yang menimpa Briptu Ruslan anggota Satuan Sabhara Mabes Polri di Perumahan Bhakti Abri, Cimanggis, Depok, Jumat (13/09/2013) malam. Ruslan ditembak dan motornya dibawa lari oleh pencuri saat tengah mencuci di sebuah pencucian motor.
   

Berangkat Dari situ Ketua komisi 3 DPR RI, Gede Pasek Suardika dalam diskusi polemik sindo trijaya fm bertema "Polisi Balada dan Nestapa" di Warung Daun, Cikini Raya Nomor 26, Jakarta Pusat, Sabtu (14/9) mengatakan, ada 3 kategori pelaku yang diduga melakukan penembakkan terhadap anggota kepolisian, diantaranya Pertama, pelaku adalah mereka yang biasa melakukan tindak pidana atau kejahatan sehingga menargetkan polisi sebagai sasaran, misalnya bandar narkoba atau terorisme. Dimana mereka ini menjadi musuh polisi karena memang polisi bertugas memberantas kejahatan. kemudian yang kedua pesaing bisnis dari polisi tersebut,  sehingga ada upaya untuk menyingkirkan dari saingan bisnisnya, hal ini bisa saja merasa terganggu karena eksistensinya. Dan yang ketiga , mereka yang selama ini menjadi korban kekerasan dari oknum anggota kepolisian sehingga memiliki motif untuk balas dendam.
   

Menurutnya, Salah satu cara untuk mengurangi tindak kekerasan yang menimpa anggota kepolisian adalah dengan membenahi struktur internal kepolisan. Terutama, dengan mengurangi kesenjangan ekonomi antara bawahan dan atasan, sehingga mereka yang di level bawah tidak perlu sibuk-sibuk cari sidejob. Dan yang di atas jangan sibuk untuk meningkatkan pendapatannya dengan cari sidejob juga.
   

Sementara itu Anggota Kompolnas Adrianus Meliala mengatakan, Sikap polisi yang kurang waspada dan cenderung terbuka dengan masyarakat dinilai membuat polisi rentan terhadap serangan. Bahkan Kompolnas memperkirakan serangan bisa saja menyasar kepada  puncak tertinggi Polri. menurutnya, Jika dibandingkan dengan negara lain, Amerika serikat juga menjadi negara yang paling banyak polisinya tewas. Namun, ada efek jera yaitu hukuman setimpal yang dikenakan kepada pelaku sehingga angka pembunuhan polisi bisa ditekan. Dengan demikian bila ada seseorang yang melakukan pembunuhan terhadap anggota Polri harus diberi hukuman yang maksimal, hukuman mati misalnya sehingga Otoritas tidak mudah digoyang.     
   

Sementara terkait pekerjaan sampingan (Side Job) yang dilakukan anggota kepolisian di luar tugas seperti pengawalan keamanan dalam posisi dilematis. Menurutnya hal tersebut masih dalam perdebatan sehingga disatu sisi bisa dianggap benar, tetapi disatu sisi menjadi sesuatu yang salah. Namun pihaknya tidak mau mengambil sikap tegas atas kerjaan sampingan yang dilakukan anggota kepolisian dengan menggunakan kewenangannya sebagai anggota Polri.
     

Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar menilai dengan adanya rentetan penembakan terhadap anggota kepolisian kondisi Indonesia saat ini dalam keadaan darurat. menurutnya Dalam rangka menghadapi darurat kepolisian tersebut Polri bisa menurunkan Brimob atau bekerja sama dengan aparat TNI untuk menjaga keamanan hingga benar-benar kondusif, karena sampai saat ini dirinya mengaku, tidak pernah melihat adanya patroli yang ketat dengan menurunkan Brimob dan kekuatan lainnya yang dilakukan kepolisian setelah terjadi peristiwa penembakan. Bambang menyarankan agar kepolisian dapat bekerja sama dengan TNI dalam menjaga keamanan saat ini. Tetapi kerja sama dengan TNI tidak dilakukan dalam waktu lama cukup sampai kondisi kembali efektif.
   

Menanggapi hal tersebut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Ronny F Sompie mengatakan, ketiga komponen itu kemungkinan bisa saja menjadi musuh polisi, Meski begitu,  kepolisian di Indonesia tidak menganggap masyarakat sebagai seorang musuh. Polisi berupaya memperbaiki pola kinerja, bagaimana bertindak yang baik dalam melaksanakan tugas di lapangan. Dan terkait maraknya tindak kekerasan yang menimpa anggota kepolisian, menurutnya ada dua faktor yang melatarbelakanginya, yang Pertama, minimnya pemberdayaan anggota kepolisian oleh hukum, maksudnya, hukuman terhadap pelaku tindak kekerasan pada anggota kepolisian masih rendah, dan yang kedua  adalah penganggaran. Dimana pihak kepolisian yang memiliki peralatan paling lengkap dan siap tempur adalah Densus 88 dan Brimob. Kondisi tersebut berbeda dengan anggota kepolisian, seperti polisi lalu lintas, yang tidak dilengkapi peralatan seperti itu. Minimnya anggaran kepolisian juga mengakibatkan rendahnya uang asuransi yang diterima anggota kepolisian dan rendahnya jatah BBM kendaraan dinas.
   

Sementara itu, Ronny F Sompie memastikan, pekerjaan sampingan (side job) yang dilakukan anggota polri tidak melanggar aturan. Dimana Pimpinan tidak melarang anggota polri yang menambah kesejahteraan seperti side job. Menurutnya Undang-undang kepolisian atau peraturan lain di Polri pun tidak melarang bila ada anggota Polri yang mencari pekerjaan tambahan di luar kedinasan Polri. Namun, Ronny menekankan agar anggota bersangkutan melapor kepada pimpinannya.  Dengan demikian, personil yang melaksanakan side job yang menyangkut resiko nyawa, tetap bekerja sesuai standar pengawalan.
   

Menanggapi keluhan pihak kepolisian yang menyatakan minimnya anggaran kepolisian, Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardika menilai solusi masalah bukanlah penambahan anggaran, melainkan pengefisienan anggaran. Jadi pengadaan yang lebih besar bisa diganti dengan skala prioritas. Namun terlepas dari masalah anggaran, Pasek mengajak masyarakat memberikan dukungan polisi agar mentalnya kembali seperti semula. Pasek juga meminta kesenjangan polisi diperhatikan, sehingga mereka yang di level bawah tidak perlu sibuk-sibuk cari side job dan yang di atas juga tidak sibuk meningkatkan pendapatan dengan cara side job juga.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Ronny F Sompie menyatakan polisi akan introspeksi diri setelah serentetan aksi penembakan yang mengarah ke korpsnya. Ronny menegaskan Polisi tidak akan resisten terhadap evaluasi dan teguran. Polisi akan memperbaiki diri dan kultur pelayanan akan ditingkatkan dan tindak lanjuti. Namun demikian, Polri menyatakan akan tetap bekerja profesional termasuk cara-cara menangkap kelompok-kelompok yang diduga meresahkan masyarakat, Karena sudah ada ketetapan prosedur yang mengatur cara kerja polisi.

(Tito Suhandoyo/MKS)