Imlek dan Kiprah Tionghoa Kini

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Diskriminasi kelompok mayoritas atas kelompok minoritas dan eklusifitas kesukuan hanya akan mengerdilkan keindonesiaan bangsa Indonesia. Hal itu juga tidak sesuai dengan semangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang telah lama diwariskan the founding father.

 

Demikian benang merah dalam talkshow Polemik Sindo Radio yang dihadiri Mantan Kedubes RI untuk China Mayjend TNI (Purn) Sudrajat, Ketua Yayasan Solidaritas Nusa Bangsa Esther Yusuf, Hermawi Taslim dari Komunitas Glodok dan Sejarawan JJ Rizal bertema  Imlek dan Peran Tionghoa yang digelar di Warung Daun Cikini Jakarta, Sabtu (21/1/2012).

 

”Saya kira pembauran ini perlu dan setiap orang boleh mempunyai kesempatan yang sama asal berbuat yang terbaik bagi negeri ini,”kata Sudrajat.

 

”Friksi-friksi eklusifitas harus dibuang karena apa? Kalau kita mengatakan tidak diskriminasi dan kita jangan mendiskriminasi orang lain, jadi kuncinya itu,”terangnya.

 

Sedangkan Sejarawan JJ Rizal melihat eklusifitas keturunan Tionghoa tidak terlepas dari sejarah yang terjadi pada masa lalu. ”Itu buatan historis, dibuat oleh pemerintah kolonial dan dibuat oleh pemerintah Orde Baru,”jelas Rizal.

 

”Artinya kalau sekarang masih ada ekslusifitas, dia masuk dalam jebakan sejarah dan ini akan menjadi kambing hitam kalau ada masalah-masalah nasional,”tandasnya.

 

Ekslusifitas ini menjadi bumerang ketika terjadi kekerasan terhadap etnis Tionghoa yang pernah terjadi saat runtuhnya Orde Baru. Apalagi kasus kekerasan ini sangat merugikan bagi keturunan Tionghoa seperti yang pernah dirasakan Hermawi Taslim. Ia  tidak menginginkan kasus kekerasan terhadap etnis Tionghoa yang pernah terjadi pada masa lalu kembali terjadi di Indonesia.

 

”Memang harus ada kemauan politik yang kuat dari para pemimpin, pemimpin kita harus tegas,”kata Hermawi.