Berpisah Dengan SBY

Tuesday, 30 Nov 1999 - 00:00 WIB

Jakarta - Banyak kalangan memberi nilai plus minus kepada kinerja SBY memimpin pemerintahan selama 10 tahun.

Wartawan senior Budiarto Shambazy memberi nilai 6 bagi presiden SBY dari sisi perilaku bernegara.

"Nilai 6 (enam) kalau di rapor itu angka rata-rata, jadi kelakuan SBY buruk, karena suka curhat, kurang tegas, suka bolos (jalan jalan ke luar negeri) jika ada masalah di dalam negeri, kalau kebersihan nilainya 10 lah, perfect!", Kata Shambazy pada diskusi Polemik bertema "BERPISAH DENGAN SBY, di Warung Daun, Cikini, Sabtu (18/10).

Sementara menurut Shambazy dari sisi pemberantasan korupsi, pada masa awal pemerintahan 5 tahun pertama cukup baik, namun pada masa pemerintahan 5 thn terakhir memasuki periode buruk.

"Saya kira soal korupsi sangat ironis, 7 fungsionaris Partai demokrat terlibat korupsi,bahkan bisa menjadi sembilan yakni soetan bhatoegana dan jero wacik jika dinyatakan terlibat oleh KPK, jadi ketua umumnya ngapain aja?" Ketus Shambazy.

Untuk di akhir kepemimpinannya, di sisi komunikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengubah cara berkomunikasi dengan lebih banyak muncul di media sosial, termasuk Youtube.

Cara itu dinilainya tidak tepat. Apalagi SBY cenderung mengurangi komunikasi langsung dengan wartawan.

Menurut Shambazy, SBY seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan mencurahkan keluh kesahnya kepada watawan saat jumpa pers. Cara seperti itu dianggapnya lebih elegan ketimbang melalui medsos (media sosial).

Sementara itu RAMADHAN POHAN (Wasekjen Partai Demokrat) berpendapat, dari sisi subjektivitas dirinya memberi nilai 8 buat presiden SBY yang juga ketua umumnya.

Menurut Ramadhan, SBY tidak pernah lari dari masalah, bahkan pendiri partai demokrat tersebut selalu menjunjung tinggi kinerja dari aparat hukum seperti kejakgung, kepolisian,TNI/polri bahkan KPK.

"Saya angkat topi ke beliau (SBY) tidak mau intervensi soal kasus hukum yang menyangkut keluarga dekat sekalipun, dia langsung memetakan persoalan spt masalah banjir,Tsunami di Aceh, dan lain-lain", ujar Pohan.

Pendapat senada dilontarkan IMELDA SARI (Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi), yang menegaskan banyaknya pemimpin dunia yang mengapresiasi kinerja SBY selama memimpin.

"Bahkan sekjen PBB Ban ki Moon dan presiden AS Barack obama menyampaikan respek nya kepada SBY di hadapan sidang umum PBB atas keberhasilannya mengawal proses berdemokrasi"ujar Imelda.

Kedepan untuk pemerintahan Jokowi-JK, imelda menyatakan, saat ini RI sudah masuk menjadi negara menengah,banyak sekali agenda internasional yang harus dihadiri presiden terpilih spt KTT APEC,Asean summit,serta G-20, yang mengharuskan Presiden menyampaikan sikap Indonesia terhadap persoalan internasional.

"Bagaimana kita bisa Survive menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015, terutama melindungi ekonomi rakyat di sektor UKM"pungkas Imelda.

Ramadhan Pohan menyatakan, PR berat bagi Jokowi-JK adalah bagaimana menata hubungan politik yang baik bersama parlemen, mengingat Jokowi bukanlah penentu di PDI-P maupun di KIH/koalisi Indonesia hebat.

Bahkan Wartawan senior, Budiarto Shambazy menyatakan, Presiden Jokowi akan lebih banyak menghadapi tantangan ketimbang peluang selama menjadi kepala pemerintahan. Dibutuhkan kerja keras Jokowi-JK untuk menghadapi tantangan tersebut.

"20 hari paska pelantikan,peluang nya makin kecil untuk improvisasi bagi jokowi jika berhadapan dengan kekuatan parlemen,tapi saya yakin dia bisa"kata Shambazy.

Apapun penilaian berbagai kalangan terhadap kinerja SBY sepanjang kurun waktu 10 tahun,tetap kita beri apresiasi, terimakasih SBY. Selamat bekerja Jokowi-JK. "Merah putih untuk menjadi Indonesia hebat".

 

 

(ARS/MKS)