Dorong Inovasi Alkes Buatan Lokal, Menteri Kesehatan: Implant Traumatik Inovasi BPPT Berkualitas Tinggi

• Friday, 13 Dec 2019 - 22:20 WIB

SIDOARJO - Teknologi dan Inovasi saat ini sangat dibutuhkan negara untuk diimplementasikan ke dalam berbagai sektor. Satu diantaranya adalah sektor kesehatan, yang menjadi perhatian pemerintah karena kebutuhan untuk bidang satu ini sangat tinggi.

Di era revolusi industri 4.0, pemerintah terus mendorong agar teknologi bisa diserap oleh semua sektor untuk memajukan perekonomian bangsa sebagai negara yang berdaya saing. Seluruh kementerian kini mulai concern menerapkan teknologi dan inovasi dalam tiap program prioritasnya, seperti yang dilakukan Kementerian Kesehatan.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto baru saja mengunjungi salah satu industri dalam negeri, yang melakukan produksi implan traumatik inovasi BPPT yakni, PT Zenith Allmart Precisindo di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (13/12/2019). Saat mengunjungi industri tersebut, Terawan didampingi oleh Sekretaris Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dadan Moh Nurjaman dan Direktur Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT, Mahendra Anggaravidya.

Menkes Terawan pun memuji implan traumatik inovasi BPPT yang telah  diproduksi industri dalam negeri itu. "Ini produk dalam negeri, kalau bukan kita yang membanggakan produk dalam negeri, lalu siapa?," ujar Terawan, dalam kesempatan tersebut.

Produk ini dinilai memiliki kualitas tinggi, oleh karena itu Terawan menyatakan akan mendorong pemanfaatan produk karya anak bangsa ini agar bisa masuk ke industri farmasi tanah air. "Saya akan mendorong pemanfaatannya, terutama di dalam wilayah yang menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan," tegas Menkes Terawan.

Terawan pun kembali memuji produksi implan itu karena dikerjakan secara detail. Sehingga Terawan meyakini bahwa produk implan traumatik inovasi BPPT yang diproduksi PT Zenith Allmart Precisindo ini mampu menjawab tantangan industri farmasi dalam negeri. "Saya melihat mereka quality controlnya dengan handmade, itu artinya layak, itu artinya dipercaya, bahan-bahannya juga saya lihat bagus," kata Terawan. Terawan juga menyatakan produk Alat Kesehatan (Alkes) dalam negeri harus di dorong investasinya, dan harus mampu meningkatkan profit bisis di industri farmasi, khususnya Alkes.

Sementara itu, sebagai lembaga kaji terap teknologi, BPPT terus berkomitmen untuk membantu mewujudkan program pemerintah melalui penerapan inovasi dan teknologi. Kali ini, BPPT mengambil peran dalam memajukan industri farmasi tanah air agar memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi.

Bermitra dengan PT Zenith Allmart Precisindo sejak beberapa tahun lalu, BPPT berupaya melakukan hilirisasi teknologi material Biocompatible untuk memproduksi alat kesehatan implan traumatik tipe Stainless Steel (SS) 316L. Kepala BPPT Hammam Riza sebelumnya mengatakan bahwa sejak 2013 silam, Pusat Teknologi Material BPPT telah melakukan Inovasi Material Biocompatible untuk industri Alkes. "Inovasi ini dilakukan melalui pengembangan material bahan baku Stainless Steel 316L (SS 316L) dan teknologi produksi implan orthopedi yang memenuhi standard material medis (medical grade material) ASTM F 138 / ISO 5832-1 dan juga ASTM F 139," kata Hammam.

SS 316L merupakan implan traumatik jenis medical grade yang diyakini memiliki harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan implan yang ditawarkan industrial grade. "Selama ini Indonesia hanya impor alat kesehatan, itu yang selalu diandalkan. Sehingga BPPT merasa perlu untuk mendorong inovasi diterapkan ke industri farmasi tanah air agar memiliki TKDN yang tinggi," jelas Hammam.

Produk ini diharapkan bisa menekan angka impor Alkes, karena selain menghasilkan prototipe produk dengan harga yang relatif murah dari produk impor. Inovasi ini juga setara dengan produk impor dan dapat didesain menyesuaikan anatomi tulang manusia Indonesia.

Pemerintah memang tengah fokus dalam meningkatkan peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk menggiring sektor industri tanah air agar bisa berkontribusi besar terhadap kemajuan perekonomian bangsa.

Melalui Kementerian Kesehatan, inovasi ini diharapkan bisa masuk ke industri Alkes tanah air dan digunakan oleh seluruh rumah sakit yang tersebar di Indonesia.

Perkembangan inovasi yang kini juga menyasar industri farmasi pun turut disambut positif Menteri Kesehatan Terawan. Kunjungan yang dilakukan Terawan ke PT Zenith Allmart Precisindo menjadi 'nafas baru' bagi BPPT untuk terus mendorong pemanfaatan inovasi dan teknologi ke dalam seluruh sektor.

 "Kunjungan kerja Pak Menteri Kesehatan ke PT Zenith Allmart Precisindo tentunya akan sangat positif ya. Ini menjadi harapan besar bagi BPPT untuk terus berkontribusi mendukung program pemerintah melalui peran IPTEK," papar Hammam.

Sebagai seorang dokter yang dipercaya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Kesehatan, tentunya Terawan memiliki tugas untuk mensukseskan sejumlah program, satu diantaranya agar Indonesia mampu memproduksi produk Alkes dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeti (TKDN) yang tinggi.

 Awal kegiatan hilirisasi di PT. Zenith Allmart Precisindo dilakukan melalui pengembangan teknologi produksi investment castingv untuk pembuatan 3 jenis implan tulang.

Implan yang disebut BPPT sebagai Implan Traumatik ini merupakan jenis Alkes yang banyak digunakan pada operasi rehabilitasi orthopedi. Penggunaan teknologi investment casting, tentu saja memungkinkan dibuatnya suatu bentuk geometri implan tulang yang kompleks.

Dalam pembuatannya, 1 tangkai pohon investment casting bisa dibagi menjadi 30 hingga 40 implan traumatik. Dengan jumlah ini, tentunya memungkinkan untuk dilakukannya pendekatan produksi massal implan traumatik SS 316L.

Menurut Hammam, uji produksi massal pada 500 hingga 900 keping implan dalam satu operasi pengecoran, dilakukan dalam upaya menguji kehandalan dan konsistensi produksi implan. Hammam menyampaikan bahwa uji medis terkait material SS 316L pun telah dilakukan. "Uji medis pada material SS 316L, yang terdiri dari uji sitotoksisitas dan biokompatibilitas telah dilakukan oleh tim dokter dari RSU Dr Soetomo Surabaya dan juga di Fakultas Kedokteran Hewan IPB di Bogor," papar Hammam.

Pengujian ini menggunakan tikus sebagai hewan percobaan dan menunjukkan hasil bahwa material SS 316L tidak memiliki toksik dan tidak menimbulkan reaksi iritasi.

Bahan baku yang tersedia di Indonesia, yakni bahan lokal Ferro-Nickel (Fe-Ni) Pomala di Sulawesi Tenggara pun digunakan sebagai bahan pemadu logam (alloys element) SS 316L, untuk meningkatkan TKDN yang menjadi target pemerintah.

Menurut laporan Asosiasi Pengusaha Alat Kesehatan Indonesia (APSAKI) pada 2014 lalu, Alkes yang digunakan Indonesia masih didominasi produk impor, yakni sebesar 94%.

Sementara data Kementerian Kesehatan mencatat angka belanja Alkes impor sebesar 92,4 % dan nilainya mencapai USD 750 Juta.  75 % pembeliannya diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sementara itu dari produk Alkes lokal yang tersedia saat ini, sebagian besar didominasi industri perakitan yang menggunakan bahan baku impor.

Senada dengan apa yang sebelumnya disampaikan Hammam, Sekretaris Utama BPPT Dadan Moh Nurjaman pun menyampaikan bahwa implan traumatik ini merupakan salah satu inovasi BPPT yang telah di produksi oleh industri dalam negeri dan berhasil dikomersialisasikan.

"Ini merupakan wujud dari peran BPPT, mulai dari perekayasaan, hingga komersialisasi," kata Dadan, usai mendampingi Menkes Terawan mengunjungi PT Zenith Allmart Precisindo. (ANP)