Membangun Indonesia melalui Konten Positif Media Sosial

• Wednesday, 15 Jan 2020 - 19:20 WIB

Jakarta -- Perkembangan teknologi digital tidak lepas dari pengaruh media sosial. Ironisnya, beragam informasi yang tersedia tidak jarang dikemas dalam sebuah konten negatif yang dikhawatirkan dapat menimbulkan polemik hingga mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Indonesia di era digital salah satunya adalah dengan menciptakan konten positif yang dapat memengaruhi perubahan perilaku masyarakat ke arah lebih baik.

"Manusia itu pada hakikatnya belajar. Belajar untuk mengubah tingkah laku juga membutuhkan asupan informasi sehingga orang dapat berpikir dan menentukan sikap. Kalau istilah Pak Presiden itu berhijrah, mengubah sikap perilaku dari negatif ke positif atau dari positif menjadi lebih positif," ujarnya usai menghadiri acara Creator Muda Summit 2020 di Art 1 New Museum & Gallery, Jakarta.

Kendati, Muhadjir mengakui bukan hal mudah memengaruhi masyarakat melalui konten positif. Pasalnya kecenderungan konten negatif meskipun tidak terorganisir tetapi memiliki daya yang sangat besar untuk bisa memengaruhi pemikiran serta memicu tindakan reaktif dari masyarakat.

Ia pun mengajak masyarakat, khususnya para pemuda, untuk lebih aktif membanjiri media digital terutama media sosial dengan konten-konten positif. Apapun bentuk kreativitas yang disajikan harus berisi informasi yang dapat diadopsi menjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik.

"Perlu dipahami, ketika kita membanjiri informasi positif belum tentu mengubah cara pandang manusia menjadi positif karena ada pertarungan dengan konten negatif yang sangat kencang. Tapi kita sepakat untuk terus menyebar wabah konten positif itu dan kemudian dilanjutkan dengan diseminasi," ucapnya.

Menurut Menko PMK, pemerintah telah berupaya mengatasi maraknya peredaran konten negatif di internet diantaranya melalui pemblokiran situs yang disinyalir mengandung unsur negatif oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Hasil temuan Kemenkominfo, sebanyak 2.376 informasi atau berita bohong (hoaks) beredar pada bulan Agustus 2018 sampai 23 Juni 2019. Hoaks menyangkut isu politik berjumlah 734, agama 118, kesehatan 256, pemerintahan 268, fitnah 182, kejahatan 173, bencana alam 107, mitos 97, internasional 115, penipuan 67, perdagangan 16, pendidikan 9, dan lain-lain 122.

"Menangkal hoaks tidak mungkin hanya pemerintah. Pemerintah membuat regulasi dan mengendalikan regulasi itu supaya berjalan baik, tetapi juga dibutuhkan peran aktif lembaga lain seperti LSM dan swasta termasuk para pegiat yang pro konten positif untuk bersama-sama berperang melawan konten negarif," tutur Menko PMK.

Pada kesempatan tersebut, ia pun sangat mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh Ma'aruf Institute bersama Cameo Project, Love Frankie, Peace Generation Indonesia, dan Yayasan Ruangguru serta didukung penuh Google.org. Kompetisi bertajuk Creator Muda Academy itu bertujuan untuk mendorong kreativitas anak bangsa dalam menciptakan konten positif di media digital. 

Sebanyak 100 pelajar dari 10 kota besar di Indonesia yang telah terpilih sebagai pemenang dihadirkan dalam acara Creator Muda Summit 2020 untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman. Karya –karya yang dihasilkan mereka tidak saja dinilai kreatif tetapi juga memiliki konten yang positif serta mampu menginspirasi para pengguna media digital.

Turut hadir, Deputi Koordinasi Bidang Pendidikan dan Agama Kemenko PMK Agus Sartono, Direktur Eksekutif Ma'arif Institute Abdul Rohim Ghazali, Tim Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Ryan Rahardjo, Sakdiyah Ma’ruf, perwakilan dari Yayasan Ruangguru, dan juga Kemenkominfo.
 
Direktur Eksekutif Ma'arif Institute Abdul Rohim Ghazali menyatakan bahwa para pelajar terpilih itu akan menjadi motor penggerak produksi konten positif untuk menghalau semua konten negatif, hoaks, maupun ujaran kebencian yang beredar di internet seperti media sosial.

Sementara itu, Ryan Rahardjo, Tim Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google mengemukakan dalam survei program tersebut, 72% peserta meyakini bahwa melalui konten digital mereka dapat mempromosikan kebhinekaan dan informasi positif sebagai upaya melawan konten negatif. (ANP)