Ekonom: Upaya Capai Pertumbuhan Butuh Sinergi Otoritas Fiskal dan Moneter

• Saturday, 29 Feb 2020 - 20:45 WIB

Bandung - Kepala Ekonom PT Bank Permata, Josua Pardede mengatakan upaya pencapaian target pertumbuhan ekonomi membutuhkan sinergi menyeluruh dari otoritas fiskal dan moneter, maupun reformasi struktural secara berkelanjutan.

"Kalau itu berjalan beriringan dan bersinergi, pertumbuhan enam persen juga bisa tercapai," kata Josua dalam pelatihan wartawan di hotel Transluxury Bandung, Jawa Barat, Sabtu (29/2)

Josua mengatakan penguatan sisi fiskal melalui penyerapan belanja infrastruktur maupun bantuan sosial yang didukung stabilisasi laju inflasi, bisa membantu kinerja konsumsi dalam negeri.

Kinerja fiskal itu perlu didukung oleh kebijakan moneter, salah satunya melalui penurunan suku bunga acuan, yang sudah dilakukan oleh bank sentral.

"Transmisi suku bunga bisa memberikan stimulus, jadi seharusnya orang mulai konsumsi, termasuk kepada korporasi, karena biaya untuk ekspansi menjadi lebih murah," ujarnya.

Terkait penyebaran Virus Corona yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, Josua mengharapkan dunia dapat mengatasi perkembangan virus ini, berkaca dari penanganan SARS pada 2003.

Berdasarkan proyeksi itu, maka kinerja perekonomian akan membaik sesuai pola v-shape pada semester II-2020, seiring dengan kebijakan maupun koordinasi otoritas terkait dalam mengelola sistem keuangan.

Sementara itu, Bank Indonesia menilai tantangan global yang makin bervariasi dapat memberikan peluang bagi otoritas fiskal maupun moneter untuk menciptakan kesempatan baru dalam menjaga kinerja perekonomian.

"Tantangan ini memaksa kita berinovasi dan mencari kesempatan di tempat lain agar kita survive," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia IGP Wira Kusuma.

Wira mengatakan penyebaran virus corona yang makin meluas hingga AS dan Eropa dapat membuat pelaku pasar keuangan menjadi resah dan mengganggu proyeksi perekonomian global di 2020.

Menurut Wira, kondisi ini yang membuat otoritas fiskal dan moneter mencari inovasi baru untuk menjaga kinerja konsumsi dan mengundang masuknya aliran modal agar perekonomian nasional tetap berdaya tahan.

"Kita menjaga konsumsi dengan menjaga daya beli maupun stabilitas internal. Untuk investasi ada omnibus law dan pengerjaan proyek infrastruktur. Ekspor yang terdampak juga memaksa adanya penguatan manufaktur," ujarnya.

Meski demikian, tambah Wira, situasi ketidakpastian yang timbul dari penyebaran virus corona membuat bank sentral harus menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2020 menjadi 5,0-5,4 persen dari sebelumnya 5,1-5,5 persen. (Ars)