Disakiti oleh Yang Tak Terlihat dalam The Invisible Man

• Monday, 2 Mar 2020 - 07:41 WIB

Sutradara, Penulis: Leigh Whannell (Insidious: Chapter 3)
Pemeran: Elisabeth Moss, Aldis Hodge, Storm Reid, Harriet Dyer, Michael Dorman and Oliver Jackson-Cohen
Durasi: 2 jam
Distributor: UIP Movies Indonesia
Mulai tayang di bioskop Indonesia: 26 Februari 2020

What you can’t see can hurt you.

Pemenang Emmy Award Elisabeth Moss (Us, The Handmaid’s Tale) membintangi cerita modern tentang penguntitan, yang terinspirasi oleh karakter Universal Classic Monsters. The Invisible Man merupakan adaptasi kontemporer dari novel berjudul sama tahun 1897 karya H. G. Wells, dan reboot serial The Invisible Man (1933).

Ceritanya tentang Cecilia Kass (Elisabeth Moss) terperangkap dalam hubungan yang penuh dengan kekerasan. Ia menjalin hubungan cinta sarat KDRT dengan ilmuwan kaya dan brilian, Adrian Griffin (Oliver Jackson-Cohen).

Suatu malam, Cecilia bersembunyi akibat kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya dibantu oleh saudara perempuannya (Harriet Dyer). Tidak hanya itu, ia juga ditolong oleh teman masa kecil mereka, James (Aldis Hodge) dan putri remajanya, Sydney (Strom Reid).

Suatu hari, Cecilia mendapatkan kabar mantan kekasihnya melakukan bunuh diri. Cecilia pun mendapatkan warisan berupa kekayaan yang sangat besar. Namun, Cecilia merasa kematian Adrian tersebut adalah hoax belaka. Serangkaian peristiwa kebetulan mengerikan pun berubah mematikan, mengancam kehidupan orang-orang yang dia cintai.

Kewarasan Cecilia mulai diuji ketika dia mati-matian mencoba membuktikan, dirinya sedang diburu oleh seseorang yang tidak bisa dilihat oleh siapa pun.

The Invisible Man diproduseri ahlinya horor Jason Blum dari Blumhouse Productions. Sutradara Leigh Whannell, yang pernah terlibat dalam waralaba Saw dan Insidious: Chapter 3. juga bertindak sebagai penulis dan eksekutif produser,

Hasilnya, penonton akan diajak ke kemasan psychological thriller dengan performa akting Elizabeth Moss yang meyakinkan. Perasaan takut ketika menghadapi pelaku kekerasan mampu tergambarkan lewat efek suara dan kreativitas penyutradaraan, sehingga penonton merasa ikut mengalami keadaan pemeran utama.

Meski ber-setting modern dan relevan, kesan klasik The Invisible Man juga sangat terasa, bagai mengikuti Universal Classic Monsters lainnya, seperti franchise Dracula, Frankenstein, dan The Mummy.

The Invisible Man bisa menjadi hiburan bagi penggemar film yang penuh adegan menegangkan.

(*)