Pontjo: Negara Maju Jika Menguasai Teknologi

• Wednesday, 4 Mar 2020 - 22:55 WIB

JAKARTA - Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Pontjo Sutowo mengingatkan kembali pentingnya kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sangat strategis menjelang ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan ke-75.

Pontjo yang juga Ketua Aliansi Kebangsaan menjelaskan bahwa tak ada kebenaran dalam ber-Indonesia kecuali dengan berpancasila. Jika Pancasila tidak dijadikan sumber ber-Indonesia, kita akan jauh dari cita-cita bernegara.

Menurutnya, masa lalu, saat ini, dan yang akan datang pada hakekatnya merupakan proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang sifatnya berkesinambungan meskipun tidak selamanya berjalan linier. Sebaliknya, penuh dengan dinamika fluktuatif akibat pertarungan kepentingan subjektif berbagai bangsa/negara lain terhadap Indonesia maupun segala pergolakan internal kita beserta implikasinya, sebagai “residual problems” bangsa.

“Hadirnya kembali Pancasila menjadi sangat penting demi kemerdekaan, keindonesiaan, kemakmuran, keadilan dan kemartabatan (5K) terealisasi di kehidupan kita. Tentu juga agar ketahanan, kedaulatan dan kemandirian berbangsa dan bernegara terasa kuat dan jaya,” katanya.

Ia menegaskan, sebuah bangsa akan maju, jikq menguasai teknologi. Karena menurutnya teknologi menjadi kunci peradaban dan perubahan jaman.

"Kunci kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh teknologi. Kuasai teknologi maka akan kuasai dunia," katanya.

Ia mengaku ancaman ketahanan nasional yang dihadapi Indonesia saat ini berbeda jauh dengan bentuk ancaman pada 75 tahun yang lalu. Namun, bentuk pertahanan nasional yang dibangun sebagian besar masih terjebak dengan bentuk konflik militer.

“Bentuk tantangan yang dihadapi kita sekarang berbeda jauh, mulai dari artificial intelligent, big data dan connetictivitas,” jelas Ponjo.

Untuk itu pihaknya meminta adanya kerjasama semua pihak, dengan menanggalkan ego dan kepentingan kelompok untuk duduk bersama dalam merumuskan gagasan yang bagus unruk menghadapi "ancaman" dari negara negara lain.

"Harus dipikirkan bersama untuk rumuskan ancaman, antisipasi dan langkah hadapi negara negara lain. Jangan sampai kita berselisih sendiri, padahal musuh selalu mengintai kelemahan kita" tambahnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Laode Kamaludin mengatakan, sistem ketahanan nasional akan menjadi penentu seberapa lama Indonesia bisa bertahan.

Menurutnya ada tiga unsur yang menjadi penentu apakah sebuah negara akan runtuh atau tetap bertahan. Ketiganya yakni menyangkut miss manajemen (tata kelola negara yang salah), serangan atau ancaman dari luar dan masalah ketidakadilan.

“Pada abad pertengahan, masalah pemungutan pajak berlebihan telah menjadi pemicu runtuhnya banyak negara di dunia,” kata Prof Laode yang bertindak sebagai moderator tetap DPS Tanas.

Menurut Laode, untuk menjadi negara yang besar, peran teknologi tidak bisa diabaikan. Negara-negara besar di dunia menempatkan inovasi sebagai basis dari pengembangan industry.

“Tetapi Indonesia masih lebih kepada menjadi pembeli atau pengguna teknologi. Indikasinya, inovasi tidak banyak muncul pada industry kita,” katanya.

Buku Menggalang Ketahanan Nasional

Buku berjudul Menggalang Ketahanan Nasional dengan Paradigma Pancasila karya dari Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YNSB) bekerjasama dengan Aliansi Kebangsaan dan Forum Komunikasi Purnawirawan dan Putra-Putri TNI-Polri (FKPPI) akan meluncurkan diluncurkan pada Sabtu (7/3/2020).

Buku rangkuman dari diskusi panel serial (DPS) sebanyak 40 kali pertemuan yang digelar sejak April 2017 hingga Desember 2018 dengan tema besar Menggalang Ketahanan Nasional untuk Menjamin Kelangsungan Hidup Bangsa, dikemas dalam 270 halaman.

“Materi 80 narasumber dirangkum dalam buku ini dengan narasumber yang berlatarbelakang dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, dan pengalaman empirik, serta menampung pula buah pikiran aspiratif para pesertanya,” kata Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Pontjo Sutowo.

Sedangkan Laode berharap buku menjadi acuan bagi kita semua untuk kembali kepada cita-cita besar bangsa Indonesia. Cita-cita besar yang termaktub dalam lima butir sila Pancasila tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sebaik-baiknya.

Buku yang diterbitkan oleh Kompas tersebut diharapkan menjadi sumber referensi bagi pemerintah, akademisi dan berbagai pihak yang membutuhkan informasi lengkap terkait ketahanan nasional Indonesia, sekaligus menjadi rujukan kebijakan pemerintah. (ANP)