Facebook Akan Tetap Membayar Gaji Penuh Kepada Pekerja Kontrak

Faraz Dion • Friday, 20 Mar 2020 - 16:14 WIB
Ilustrasi Facebook (Foto: Fox)

Jakarta - Mark Zuckerberg mengatakan pekerja kontrak akan tetap mendapatkan gaji secara penuh meskipun mereka bekerja dari rumah (work from home). Perusahaan berbasis internet ini pun akan menggunakan kecerdasan buatan untuk memoderasi konten-kontenya saat krisis virus korona. Zuckerberg mengatakan kebijakan work from home akan tetap dilakukan sampai respon dari pemerintah sudah mencukupi seperti dilansir oleh BBC (18/03/2020).

Namun, salah satu kelompok advokat hak pekerja di Amerika Serikat mengatakan bahwa apa yang dilakukan Facebook tidak cukup. "Sangat bagus bahwa mereka membiarkan pekerja bekerja dari rumah, tetapi sepertinya itu adalah hal minimum yang Facebook bisa lakukan," kata Joe Rivano Barros, manajer kampanye di Worker Agency. Ia menambahkan kalau pekerja kontrak tidak mendapatkan bonus seperti pekerja tetap.

Facebook setidaknya mempunyai 15.000 pekerja yang bekerja sebagai moderator konten di Amerika Serikat, mereka dipekerjakan secara kontrak melalui perusahaan pihak ketiga. Tugas utama mereka adalah untuk memoderasi konten-konten yang dilaporkan oleh pengguna atau perangkat lunak untuk memutuskan konten yang bersangkutan tidak pantas atau berbahaya.

Zuckerberg menyampaikan karena ada masalah privasi, maka beberapa data tidak bisa dibagikan kepada pekerja kontrak yang tidak berada di gedung perusahaan. Dia menambahkan beberapa keputusan tentang topik paling sensitif  - termasuk konten yang melibatkan melukai diri dan bunuh diri - akan diambil alih oleh pekerja penuh Facebook karena tidak disediakannya layanan kesehatan mental bagi pekerja kontrak jika menghadapi konten-konten sensitif.  "Saya secara pribadi cukup khawatir bahwa isolasi dari rumah berpotensi menyebabkan lebih banyak depresi atau masalah kesehatan mental, dan saya ingin memastikan bahwa kami berada di depan yang mendukung komunitas kami," katanya.

Facebook sendiri sedang menciptakan kecerdasan buatan untuk melihat dan membuang konten yang melanggar kebijaka secara otomatis. Rivano Barros mengatakan peningkatan penggunaan kecerdasan buatan adalah sinyal yang mengkhawatirkan bagi pekerja kontrak, yang khawatir akan digantikan. (far)