Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia 2020 Tumbuh 2,1 Persen

• Tuesday, 31 Mar 2020 - 11:27 WIB

WASHINGTON - Bank Dunia menyebut pandemi virus corona(Covid-19) saat ini menghantam perekonomian negara-negara di Asia Pasifik. Pemimpin global didesak untuk bergerak cepat mengatasi wabah.

Dalam laporan bertajuk 'East Asia and Pacific in the Time of COVID-19'edisi April 2020, Bank Dunia merevisi ke bawah pertumbuhan PDB negara-negara Asia Pasifik yang didorong oleh melemahnya pertumbuhan China. Pandemi corona dinilai menciptakan kekacauan pada mata rantai pasok global.

"Negara-negara di Asia Timur dan Pasifik yang sudah tertekan akibat tensi perdagangan global, kini dihadapkan pada dampak dari penyebaran Covid-19 di China yang mengguncang dunia," ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa, Selasa (31/3/2020).

"Kabar baiknya kawasan ini memiliki kekuatan untuk pulih dengan cepat, tapi negara-negara harus bertindak cepat dalam skala yang tidak pernah dilakukan sebelumnya," ucapnya.

Dalam laporan tersebut, Bank Dunia membuat dua skenariopertumbuhan ekonomi di tengah tingginya ketidakpastian, yaitu garis acuan (baseline) dan skenario terburuk (lower case).

Pertumbuhan PDB Indonesia diprediksi mencapai 2,1 persen untukbaseline. Sementara dengan skenario terburuk, ekonomi nasional bisa tumbuh negatif alias minus 3,5 persen. Kedua proyeksi angka ini lebih rendah dibandingkan 2019 yang sebesar 5 persen.

"Ekonomi Indonesia, Papua Nugini, dan Filipina diperkirakan jatuh pada skenario terburuk, tapi ada kemungkinan pertumbuhan positif meski lebih rendah daripada 2019," tulis laporan tersebut.

Konsumsi rumah tangga yang selama ini menopang pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan melambat cukup tajam. Hal ini terjadi lantaran pemerintah RI menerapkan pembatasan pergerakan untuk mencegah penularan virus corona. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan hanya 1,5 persen, dari biasanya di kisaran 5 persen.

Selain itu, pertumbuhan investasi tertekan akibat guncangan perdagangan dan menurunnya tingkat kepercayaan investor. Meski begitu, ada harapan bunga pinjaman yang rendah dan reformasi struktural akan mengurangi tekanan.

Sementara konsumsi pemerintah akan menguat seiring stimulus fiskal yang cukup besar. Untuk ekspor dan impor diprediksi akan tertekan masing-masing 7 persen dan 2 persen, melanjutkan tren negatif pada 2019.

"CAD diperkirakan melebar dari 2,7 persen dari PDB pada 2019 menjadi 2,8 persen, disebabkan sektor pariwisata terguncang dan turunnya harga-harga komoditas," tulis laporan tersebut.

Menariknya, perlambatan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini tak menghentikan laju penurunan angka kemiskinan ekstrem. Bank Dunia memprediksi angka kemiskinan ekstrem di Indonesia turun lebih dari sepertiga ke 2,7 persen pada 2022. Adapun kemiskinan moderat turun menjadi 17,7 persen pada 2022.

Di tengah tekanan tersebut, Bank Dunia memprediksi PDB Indonesia akan bangkit pada 2021 sebesar 5,6 persen untuk baseline dan 5,2 persen untuk lower case. Pulihnya ekonomi tersebut seiring membaiknya dan stabilnya permintaan.

 

 

Sumber: Inews.id