Pandemi COVID-19, Australia Pertimbangkan Libur Sekolah hingga Satu Tahun

Mus • Friday, 17 Apr 2020 - 15:57 WIB
Seorang anak bersepeda di tengah pembatasan sekolah yang ketat di Sydney/ Reuters

Sydney, Australia – Kehidupan masyarakat Australia kemungkinan dapat dibatasi selama satu tahun ke depan akibat pandemi Covid-19. Hal ini diperingatkan oleh Perdana Menteri Scott Morrison, Jumat (17/4), pada saat negara bagian terpadat di negara itu mempertimbangkan untuk mengirim anak-anak ke sekolah secara bergiliran.

Dilansir Channel News Asia, Jumat (17/4), Australia sejauh ini menghindari tingginya jumlah korban Covid-19 yang dilaporkan setelah menutup perbatasannya dan memberlakukan pembatasan “jarak sosial” secara ketat selama sebulan terakhir.

Restoran, bar, dan bentuk-bentuk bisnis lain yang “tidak esensial” telah ditutup dan pertemuan publik lebih dari dua orang dilarang dengan ancaman denda dan hukuman penjara. Langkah-langkah pembatasan ini diperkirakan akan menggandakan angka pengangguran pada pertengahan tahun.

Hasilnya, angka pertumbuhan harian kasus infeksi baru yang dilaporkan di Australia telah stabil dengan persentase rendah satu digit, dari sekitar 25% beberapa pekan lalu, dengan total sekitar 6.500 kasus terinfeksi dan 63 kematian.

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan beberapa kebijakan seperti aturan yang mengharuskan orang untuk jaga jarak setidaknya 1,5m kemungkinan akan tetap diberlakukan selama beberapa bulan, mengingat tidak ada jaminan bahwa vaksin sudah akan ditemukan pada saat itu.

“Social distancing adalah sesuatu yang harus kita biasakan,” kata Morrison kepada stasiun radio 3AW. “Bisa saja sampai setahun, tapi saya tidak berspekulasi tentang itu.”

“Tentu saja selama virus ini marak di seluruh dunia, maka (aturan 1,5m) harus menjadi insting alamiah,”
tambahnya.

Pada Kamis (16/4), Morrison mengatakan bahwa langkah-langkah social distancing yang lebih luas akan diberlakukan hingga setidaknya empat pekan ke depan, sembari menganjurkan pembukaan kembali sekolah-sekolah di seluruh negeri, dengan pertimbangan saran medis bahwa anak-anak memiliki risiko yang rendah terpapar virus.

Pedoman itu ditentang oleh beberapa negara bagian dan menimbulkan reaksi publik dari para orang tua dan guru yang khawatir dengan penularan virus.

Di negara bagian terpadat kedua, Victoria, hanya 3% anak-anak yang kembali ke sekolah setelah liburan Paskah pekan ini, sedangkan negara bagian terpadat New South Wales masih meliburkan anak-anak.

“Kami sedang mempertimbangkan pilihan untuk merancang sistem roster yang akan memungkinkan sebagian siswa kembali pada hari tertentu, untuk menambah pertemuan tatap muka,” kata Kepala Pemerintahan New South Wales Gladys Berejiklian kepada wartawan, Jumat (17/4).

“Alternatifnya, sayangnya, siswa mungkin terpaksa harus di rumah sampai waktu satu tahun atau lebih, dan kami tidak berpikir itu hal yang pantas,” tambahnya. (lic)