Peluang Pasar Ekspor Produk Perikanan di Tengah Pandemi Covid-19

ANP • Friday, 17 Apr 2020 - 22:54 WIB

JAKARTA - Badan Kesehatan Dunia atau WHO, menetapkan kasus Covid-19 yang telah menyebar ke berbagai negara sebagai pandemi. WHO pun menyerukan agar masyarakat melakukan pembatasan sosial dan berdiam di rumah untuk mencegah penyebaran virus semakin meluas.

Kendati sejumlah negara memiliki respons yang beragam untuk mencegah penyebaran virus, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo optimis ekspor produk perikanan asal Indonesia akan terus terjadi. Hal ini tak terlepas dari kebutuhan akan protein ikan yang tetap diburu oleh konsumen, dimanapun. Karenanya, Ia pun mengajak para pelaku usaha perikanan untuk mengisi peluang ekspor di tengah pandemi.

“Kebutuhan dunia tetap berjalan, terutama untuk pasar retail. Yang berkurang adalah tujuan food service untuk hotel dan restauran. Jadi ini peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dengan adanya kebijakan lockdown di berbagai negara,” kata Menteri Edhy di Jakarta, Jumat (17/4).

Menteri Edhy menambahkan, KKP berupaya untuk memberikan kemudahan logistik. Kelancaran logistik ini sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan bahan baku Unit Pengolahan Ikan (UPI) dengan tujuan ekspor. Bahkan, KKP telah mengirim surat permohonan kepada gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 agar memberikan jaminan akses keluar dan masuk distribusi input produksi perikanan dan logistik ikan ke berbagai wilayah.

“Beberapa kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong ekspor  terus diluncurkan, diantaranya menggenjot produksi perikanan tangkap dan budidaya melalui pemberian bantuan benih, bibit, induk, pakan, revitalisasi tambak, sarana rantai dingin dan bakti nelayan kepada pelaku usaha perikanan terdampak covid 19,” urainya.

Tak hanya itu, Menteri Edhy juga telah menyampaikan usulan stimulus kepada sejumlah kementerian/lembaga terkait tugas dan kewenangannya. Stimulus tersebut di antaranya pemanfaatan program Sistem Resi Gudang, pembelian produk perikanan oleh BUMN, penurunan tarif kargo udara dan penambahan jumlah layanan kargo, penurunan bea masuk tin plate dan kaleng jadi.

“Serta pasta tomat dam tepung pengental saus sebagai bahan baku industri pengalengan ikan,” jelasnya.

Seperti diketahui, ekspor perikanan meningkat 9,82% dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96% dibanding periode yang sama tahun 2019.

Amerika Serikat menempati urutan pertama dari lima negara tujuan utama ekspor selama Januari–Maret 2020. Nilai ekspor ke negeri Paman Sam tersebut mencapai USD508,67 juta (40,97%). Di peringkat kedua, Tiongkok dengan nilai USD173,22 juta (13,95%). Ketiga ada negara-negara di ASEAN dengan nilai USD162,29 juta (13,07%).

Selanjutnya, Jepang dengan nilai USD143,82 juta (11,59%), dan Uni Eropa dengan nilai USD82,05 juta (6,61%) melengkapi daftar keempat dan kelima. Dari sisi komoditas, udang mendominasi ekspor ke negara-negara tersebut dengan nilai mencapai USD466,24 juta (37,56%). Disusul tuna-tongkol-cakalang (TTC) dengan nilai USD176,63 juta (14,23%). Kemudian cumi-sotong-gurita dengan nilai USD131,94 juta (10,63%). Selanjutnya, rajungan-kepiting dengan nilai USD105,32 Juta (8,48%) dan rumput laut dengan nilai USD53,75 Juta (4,33%). (ANP)