Perjuangan Mahasiswa IPB Belajar Online, Cari Sinyal Sampai ke Manokwari 

ANP • Tuesday, 21 Apr 2020 - 21:27 WIB

BOGOR - Semenjak Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, seluruh akses kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan secara daring alias online. Baik itu tingkat dasar hingga perguruan tinggi. 

Bagi mereka yang tinggal di kawasan perkotaan, atau mudah mengakses internet, tentu KBM online tak bakal menjadi masalah. Lain ceritanya jika bermukim di pelosok sepertihalnya Leo. 

Leo adalah salah satu mahasiswa IPB Univeristy asal Papua. Semenjak kasus Covid-19 meningkat, kampusnya menginstruksikan agar mahasiswa-mahasiswanya ‘pulang kampung’. Seluruh perkuliahan maupun ujian dilakukan secara online. 

“Saya tinggal di distrik Nifa. Sudah beberapa pekan ini saya mengikuti perkuliahan online,” ujar Leo mengawali perbincangan kepada Humas IPB University, Selasa (21/4). 

Leo mengungkapkan bahwa bagi mahasiswa seperti dirinya, butuh perjuangan ekstra untuk mengakses internet. Kondisi kampung halaman yang jauh dari kota, membuat dirinya harus ‘merantau’ demi mendapat sinyal internet. 

“Rumah saya di pedalaman. Kalau mau kuliah (online) saya harus ke Kabupaten Manokwari,” beber Mahasiswa Angkatan 2017 tersebut. 

Dia mengaku untuk sampai ke Manokwari butuh waktu satu jam. Dengan kata lain ketika kuliah dimulai pukul 09.00 WIB, dia berangkat dari rumah sekitar pukul 11.00 WIT. “Biasanya saya diantar teman naik motor. Karena kalau mau sinyal bagus harus ke Manokwari,” tambah Leo. 

Kendati demikian, hal tersebut tak dia jadikan kendala. Leo tetap bersemangat untuk meraih ilmu. Baginya, persoalan sinyal, jarak tempuh, bukanlah sebuah halangan berarti. 

“Kalau mau sukses, kita harus banyak berkorban. Kondisi keterbatasan yang saya alami sekarang jadi motivasi,” jelas Leo dengan nada optimisme.

Mahasiswa Jurusan Pertanian ini mengatakan ada perbedaan antara mengikuti perkuliahan bertatap muka langsung, dibandingkan online. Terutama, ketika hendak menanyakan materi yang kurang jelas.

"Ya, kalau online itu kan bertanya lewat chat pertanyaan bisa tertumpuk dan ketika mau lihat ke bawah rasanya sudah mager," bebernya.

Namun beruntungnya, dosen - dosen di IPB memaklumi kondisi ini. Tak jarang, mereka mengulang materi dengan sabar. Selain itu, kampus berlatar belakang bidang pertanian ini juga memberikan bantuan dana sebesar Rp 150 Ribu per bulan, kepada setiap mahasiswa untuk kebutuhan internet (kuota).

“Sejauh ini kendala-kendala pembelajaran online masih bisa teratasi. Meskipun, terkadang saya kesulitan ketika mengirim tugas secara online, karena sistemnya kan harus buka web IPB baru masukin laporan nah karena masalah sinyal itu tadi jadi sulit," tegasnya.

Leo berharap wabah Corona yang merundung bangsa Indonesia, cepat selesai dirinya ingin segera kembali ke Kampus Bogor dan menjalankan aktifitas secara normal.

"Kondisi ini membuat kita tidak bisa apa - apa, dan sangat terasa sampai ke Papua sini," terangnya.

Sementara itu, Markus (23) mahasiswa semester akhir kampus IPB yang saat ini tengah menghadapi penelitian mengaku, harus bersabar dengan kondisi Pandemi Korona. 

Pasalnya, pria asal Papua ini harus berjuang ekstra keras untuk mengumpulkan seluruh bahan tugas akhirnya, secara online. Dirinya mengaku tetap bertahan di Bogor, hingga penelitiannya bisa diajukan.

"Ya, kondisi ini membuat penelitian kami tersendat karena tertunda Korona. Sempat terpikir, kapan beresnya ini tapi saya pribadi terus berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir. Mudah mudahan wabah ini cepat selesai," pungkasnya. (ANP)