Lululemon Minta Maaf setelah Kasus T-Shirt Rasis ‘Nasi Goreng Kelelawar’

Mus • Wednesday, 22 Apr 2020 - 12:20 WIB
Merek pakaian olahraga Kanada, Lululemon meminta maaf di akun resmi Insragramnya, Selasa (21/4

Hong Kong – Merek pakaian olahraga Kanada, Lululemon (LULU.O), mengeluarkan pernyataan pada Selasa (21/4) dan meminta maaf terkait desain T-shirt yang sebelumnya dipromosikan oleh salah seorang direktur seni perusahaan tersebut yang memicu kemarahan dan tuduhan rasisme di internet.

Dilansir Reuters, Rabu (22/4), tagar “Lululemon menghina Cina” telah dilihat 204 juta kali di platform Weibo Cina pada Selasa sore (21/4), beberapa komentar juga menuntut boikot terhadap merek tersebut.

Kehebohan dimulai pada Minggu (19/4), setelah sebuah tautan Instagram di-posting oleh pejabat Lululemon, Trevor Fleming, yang isinya mempromosikan penjualan kaos di situs web seniman California Jess Sluder, dengan nama “nasi goreng kelelawar”.

T-shirt lengan panjang yang menampilkan sepasang sumpit dengan sayap kelelawar di bagian depan dan kotak bungkus makanan Cina dengan sayap kelelawar di bagian belakang, mengundang kritik yang menyatakan bahwa keduanya telah berusaha menggerakkan sentimen anti-Asia di tengah pandemi virus corona.

“Kami segera bertindak, dan orang yang terlibat bukan lagi karyawan Lululemon,” kata perusahaan itu dalam sebuah balasan terhadap komentar seorang pelanggan di Instagram, Selasa (21/4), tanpa mengidentifikasi individu yang dimaksud.

Dalam tanggapannya, perusahaan menyatakan bahwa gambar dan posting kontroversial itu tidak pantas dan tidak dapat dimaafkan, seraya meminta maaf karena salah satu karyawannya telah berafiliasi dengan mempromosikan T-shirt yang menyinggung tersebut.

Fleming, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters mengatakan, “Ini adalah sesuatu yang sangat saya sesali, dan telah membuka mata saya terhadap dampak yang begitu mendalam akibat kesalahan ini.”

Di akun LinkedIn-nya, Fleming mengatakan ia bekerja di Lululemon sampai April 2020.

Sementara itu, seniman Sluder belum memberikan tanggapan.

Laporan mengenai serangan rasial terhadap orang Asia berkembang sejak pandemi pertama kali muncul di pasar yang menjual satwa liar di Cina pada akhir tahun lalu, sebelum kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menginfeksi 2,4 juta orang dengan lebih dari 169.000 kematian hingga hari ini.

Studi awal menyatakan virus itu kemungkinan berasal dari kelelawar.

Sebelum dihapus pada Minggu (19/4), posting di akun Instagram Sluder berbunyi, “Dari mana COVID-19 berasal? Tidak ada yang pasti, tapi kita tahu ada kelelawar yang terlibat.”

Ia menambahkan, “mulai hari ini, edisi terbatas (kaos) saya tersedia sekarang. Tautan di bio atau DM untuk detilnya… Terima kasih atas dukungan dan selera humor Anda! #humornothat #batfriedrice”.

Namun di hari-hari berikutnya, pengguna Instagram menulis lebih dari seribu komentar di akun resmi Lululemon, menuduhnya xenophobia.

Cina selama ini memblokir platform Instagram di negara tersebut dengan apa yang dikenal sebagai Great Firewall.

Lululemon tidak meminta maaf dalam pernyataan khusus di akun resminya di Weibo, namun menyatakan bahwa desain tersebut bukanlah produk mereka dan perusahaannya menentang “perilaku diskriminatif”.

Ini bukan kali pertama Lululemon mendapat kritik karena ketidakpekaannya. Pada 2013 silam, Chip Wilson, pendiri brand pakaian untuk pemuja yoga tersebut, meminta maaf atas pernyataan yang mengatakan bahwa beberapa tubuh wanita “tidak cocok” untuk produk celana mereka. (lic)