Perhatikan Dampak COVID-19 terhadap Perbukuan

• Thursday, 23 Apr 2020 - 23:32 WIB

Jakarta - Lima organisasi bidang perbukuan dunia mendesak pemerintahan negara-negara di dunia untuk menghargai, mendukung, dan menggelorakan pentingnya buku bertepatan 
dengan peringatan Hari Buku Sedunia, Kamis 23 April 2020.

Dalam situasi pandemi Covid-19, mereka berharap pemerintah semua negara memberikan perhatian kepada industri ini agar bisa keluar dari keterpurukan.

Pernyataan itu ditandatangani Ketua International Publishers Association (IPA), Hugo Setzer; Ketua International Authors Forum (IAF), John Degen; Co-President European and  International Booksellers Federation (EIBF), Jean-Luc Treutenaere; Ketua International 
Federation of Reproduction Rights Organisation (IFRRO), Yngve Slettholm; dan CEO STM 
(organisasi penerbit buku sains, teknologi, dan medis), Ian Moss.

“Dunia tanpa buku akan menjadi tempat yang menyedihkan,” tulis kelima 
organisasi tersebut, dala. Kamis (23/4/2020).

Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) merupakan anggota IPA. Covid-19 telah menjadi bencana bagi semua orang di mana-mana. Ekonomi mengalami kemunduran dan tak ada seorang pun yang tahu kapan situasi akan kembali pulih. Dampaknya terhadap industri kreatif dunia, termasuk pada sektor perbukuan, sangat 
terasa.

Di banyak negara, industri penerbitan harus berjuang untuk tetap hidup. “Kita harus 
menemukan jalan untuk masa depan para penulis, penerbit, editor, desainer, distributor, 
toko buku, dan para pegiat manajemen kolektif hak cipta, sehingga industri perbukuan 
dapat segera pulih begitu pandemik berakhir,” ungkap kelima organisasi itu.

Pada Hari Buku Sedunia 2020, mereka menyampaikan peran vital buku terhadap 
masyarakat. Lewat buku masyarakat belajar, mengenali aneka kebudayaan, dan lewat buku 
masyarakat membangun cita-cita, saling memahami satu sama lain, dan belajar untuk 
berempati. Buku amat penting untuk pengetahuan, mendidik anak-anak, dan sumber 
pendidikan sepanjang hayat.

“Buku menjadikan kita manusia yang lebih baik,” tegas kelima organisasi. Buku memerlukan penulis untuk menuangkan gagasan, penerbit untuk berinvestasi, toko  buku untuk membuatnya sampai kepada pembaca, dan manajemen kolektif untuk melindungi hak ciptanya. Rantai yang amat penting ini sekarang berada dalam ancaman.

Pada masa social distancing kini, peran buku kembali mendapatkan penekanan. Tetap 
tinggal di rumah dan membaca buku menjadi cara untuk peduli sesama. Surat kabar dan 
blog seluruh dunia telah menulis daftar buku yang layak dibaca saat kondisi isolasi. Buku 
adalah tempat kembali orang-orang saat menemui kesulitan.

Pada situasi ini, para orang tua telah menjadi guru. Sementara, para guru berusaha mencari 
cara baru dalam mengajar. Penulis dan penerbit menanggapi situasi ini melalui upaya lisensi 
produk dan penyediaan layanan digital. Buku-buku online mengalami perkembangan luar biasa. Dunia pun menyandarkan diri pada riset dan penerbitan jurnal yang memandu beleid kesehatan hingga pengembangan vaksin.

(*)