Lesi Kaki Jadi Gejala Awal Infeksi Covid-19 Bagi Anak-Anak

ITK • Thursday, 30 Apr 2020 - 17:14 WIB

NEW YORK - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa radang dingin seperti lesi merah, ungu atau biru yang menyakitkan di tangan atau kaki merupakan gejala awal infeksi Covid-19 pada anak-anak yang tampaknya sehat. Gejala tersebut ditemukan pada populasi yang lebih muda, terutama anak-anak yang dinyatakan sebagai asimptomatik atau orang tanpa gejala (OTG) di Italia dan Amerika Utara.

Belum lama ini, Huffington Post melansir, sebuah studi skala kecil di Italia menunjukkan bahwa hingga 20% responden memiliki masalah kulit. Pakar penyakit menular Dr. Ebbing Lautenbach mengatakan kepada USA Today bahwa kondisi kulit ini memiliki sensasi terbakar. Gejala itu diketahui muncul di jari kaki, tetapi juga ada pada sisi kaki anak-anak.

Hingga saat ini masih belum diketahui mengapa virus corona yang menyebabkan pandemi Covid-19 mengakibatkan gejala ini pada anak-anak. Namun, Lautenbach yang merupakan kepala penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania ini menuturkan bahwa teori awal menunjukkan pembekuan darah atau peradangan pembuluh darah bisa menjadi penyebabnya.

Di sisi lain, seorang ahli dermatologi anak mengungkapkan bahwa dia melihat 30 kasus lesi berwarna cerah pada anak-anak dan remaja yang telah dites positif Covid-19.

"Kami tidak tahu pasti apakah itu terkait dengan Covid-19, tetapi ketika itu sangat umum sekarang selama pandemi dan terjadi pada pasien yang asimptomatik atau yang agak terpengaruh, tampaknya terlalu banyak kebetulan," ungkap Dr. Amy Paller dari Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern.

Karena lesi pada kaki atau tangan dianggap sebagai tanda awal Covid-19, Paller pun menyarankan para orangtua untuk melakukan tes antibodi pada anak-anak mereka, dibandingkan tes Covid-19. Tidak seperti tes yang menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19, tes antibodi dapat menunjukkan apakah seseorang sebelumnya pernah terkena virus tersebut.

Cara ini dapat membantu meringankan stres karena tertular penyakit, serta berkontribusi pada penelitian. Sementara Esther Freeman, ahli dermatologi dan epidemiologi di Rumah Sakit Umum Massachusetts menjelaskan bahwa mereka yang memiliki gejala ini harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan. (*)

 

(Sumber Sindonews)