Kemdikbud Luncurkan Gerakan Perjodohan antara Dunia Industri, Dunia Kerja dan Dunia Pendidikan Vokasi 

Mus • Wednesday, 27 May 2020 - 13:09 WIB

Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi akan memulai gerakan "Pernikahan Massal” alias Link and Match antara pendidikan vokasi dengan dunia industri dan dunia kerja (DUDI). Tujuan utama peluncuran "Program Penguatan Program Studi (Prodi) Pendidikan Tinggi Vokasi Tahun 2020" ini agar prodi vokasi di Perguruan Tinggi Negeri mampu menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi sesuai kebutuhan dunia industri dan dunia kerja.  

"Industri dan dunia kerja, mohon bersiap sambut kami," demikian disampaikan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, melalui  telekonferensi di Jakarta Rabu (27/5).

Target program penguatan ini adalah sekitar 100 prodi vokasi di PTN dan Perguruan Tinggi Swasta agar melakukan pernikahan massal di tahun 2020 dengan puluhan bahkan ratusan industri. Program ini akan diteruskan dan dikembangkan di tahun-tahun berikutnya dengan melibatkan lebih banyak prodi vokasi. 

Pada saat ini, untuk penguatan prodi vokasi di PTS sudah dibuka melalui Program Pembinaan PTS (PP-PTS) yang telah memasuki seleksi tahap akhir.  

"Jadi, di masa pandemi ini, kita akan melakukan (semacam) perjodohan massal, bukan satu dengan satu, tetapi satu kampus vokasi dengan banyak industri," ujar  Wikan.

Wikan optimis program "Pernikahan Massal" ini akan menguntungkan banyak pihak. Ia mengatakan, pihak industri dan dunia kerja, jelas akan diuntungkan dengan skema pernikahan ini.  Selain itu, menurut Wikan, dengan adanya link and match, lulusan pendidikan vokasi juga akan semakin dihargai oleh industri dan dunia kerja, bukan semata-mata karena ijazahnya, melainkan karena kompetensi dan skill-nya yang semakin sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

“Link and match ini bukan sekadar Memorandum of Understanding (MoU) dan foto-foto di media melainkan harus menjadi pernikahan yang sangat erat dan mendalam, sehingga semua pihak akan saling mendapatkan manfaat yang signifikan dan berkelanjutan,” tegas Wikan.

"Jangan sampai, sudah lulus kuliah, masih harus di-training lagi oleh industri dengan susah payah, memakan banyak waktu dan berbiaya mahal," imbuhnya.

Dilanjutkan Wikan, materi pelatihan di industri tersebut bisa sejak awal dimasukkan ke dalam kurikulum dan diajarkan oleh dosen bersama praktisi dari industri. Ia ini mengajak pihak industri dan dunia kerja agar terus membuka diri dan membuka hati, serta bersedia ikut terjun mendidik anak-anak bangsa, generasi Indonesia di masa depan.

“Keberhasilan program ini harus didukung dan perlu partisipasi aktif banyak pihak baik pemerintah pusat maupun daerah, serta seluruh stakeholder. Perlu kerja sama semua pihak agar perjodohan ini berhasil baik pusat, daerah maupun stakeholder," pesannya. (Akm)