Kemenristek/BRIN Umumkan 500 Peneliti Terbaik Indonesia

ANP • Friday, 29 May 2020 - 11:40 WIB

Jakarta - Jumlah Publikasi Ilmiah Indonesia bergerak secara eksponensial berhasil merajai ASEAN mulai tahun 2018 sampai dengan saat ini. Hal itu membuktikan bahwa Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) serius dalam memperbaiki iklim riset di Indonesia. Sebagai apresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh para peneliti dalam mendorong peningkatan publikasi ilmiah beserta dampaknya, Kemenristek/BRIN menyelenggarakan SINTA Series Tahun 2020 berupa pengumuman 500 Peneliti Terbaik Indonesia berdasarkan Science Technology Index (SINTA).

Hal itu disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro dalam sambutannya pada acara SINTA Series Tahun 2020: 500 Peneliti Terbaik Indonesia Berdasarkan SINTA menggunakan aplikasi meeting secara online dari Gedung B.J. Habibie, Jakarta Pusat pada Kamis (28/05) sore.

“Kita sudah punya SINTA yang kebetulan coveragenya lebih luas yang tidak hanya menggunakan Scopus sebagai basis datanya. Pada tahun 2016, saya melihat ada perankingan ilmuwan Indonesia berbasis Google Scholar dalam program ACUMEN (Academic Career Understood Through Measurement and Norms), itu hanya berbasis sitasi dan jumlah dokumen dalam basis data google selama tiga tahun. Selanjutnya saya lihat juga perangkingan berbasis sitasi dam jumlah publikasi dalam database terindeks Scopus selama tiga tahun dengan kategori Q1, Q4 sampai yang Q Undefined. SINTA mencoba mencakup semuanya menggabungkan basis data publikasi dalam Google Scholar dan Scopus ditambah dengan basis data jurnal nasional terakreditasi SINTA yang dikategori S1 sampai S6 yang juga bisa disetting tiga tahun terakhir dan tentu saja termasuk sitasinya sebagai indikator dari pengaruh publikasi tersebut. Ranking yang nanti keluar berdasarkan SINTA ini sudah mencakup semuanya. Ranking SINTA 2020 ini merupakan ranking kinerja publikasi penelitian dari peneliti atau dosen yang mencakup kuantitas publikasi internasional dan nasional serta kualitas yang diukur dari jumlah sitasi artikel serta kategori jurnal. Kita harapkan ranking ini benar-benar menggambarkan kondisi yang paling komprehensif dari produktivitas dan kualitas peneliti dan dosen di Indonesia," ujar Menteri Bambang.

Selain dapat menunjukkan ranking peneliti berdasarkan berbagai data dari Scopus, Google Scholar, dan jurnal nasional, SINTA juga memiliki fitur yang dapat digunakan untuk menganalisa produktivitas dan kualitas publikasi dari afiliasi institusi, atau perguruan tinggi tempat peneliti bekerja.

“Kelebihan dari SINTA salah satunya bisa mengukur analisis kinerja dan output riset nasional. Hari ini memang kita fokus pada individu, pada peneliti atau dosen tapi juga bisa dihitung berdasarkan institusi. Kalau kita menggunakan data yang ada pada kondisi 2018 sampai tahun ini, posisi sementara yang paling tinggi outputnya atau paling produktif secara institusi adalah UI (12.579), kemudian UGM (9.292), ITB (8.778), kemudian IPB (6.300). Ini adalah contoh kita juga bisa melihat berdasarkan institusinya. Mudah-mudahan ini bisa menjadikan motivasi untuk para pimpinan universitas untuk terus mendorong para peneliti dan dosennya untuk lebih produktif menggasilkan produk ilmiah,” lanjut Menteri Bambang.

Dalam rangka mengapresiasi peneliti Indonesia yang memberikan sumbangsih dalam penerbitan jurnal bereputasi internasional, Kemenristek/BRIN mengumumkan 500 besar peneliti berkinerja terbaik berdasarkan jumlah artikel yang dipublikasikan di SINTA dan jurnal-jurnal terindeks di Scopus dan serta atau pengutipan di Scopus dan Google Scholar selama tiga tahun terakhir sejak 2017 hingga 2019 dari 194 ribu lebih peneliti dan dosen yang telah terdaftar dalam database SINTA.

“Saya sampaikan peringkat satu sampai lima belas dengan institusinya. Peringkat satu Bapak Suharyo Sumowidagdo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan skor 9.178. Nomor dua Bapak Agus Sudaryanto dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan skor 8.934. Nomor tiga Ibu Indah Suci Widyahening dari Universitas Indonesia (UI) dengan skor 7.786. Nomor empat Bapak Riyanarto Sarno dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan skor 6.893. Yang kelima Ibu Moesijanti Yudiarti Endang Soekatri dari Poltekkes Kemenkes Jakarta III dengan skor 4.906. Yang keenam Bapak Mauridhi Hery Purnomo dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan skor 4.853,5. Nomor tujuh ini Wakil Rektornya ITB Bapak I Gede Wenten dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan skor 4.670,5. Kemudian nomor delapan Bapak Achmad Nizar Hidayanto dari Universitas Indonesia (UI) dengan skor 4.659. Kesembilan Ibu Evy Yunihastuti dari Universitas Indonesia (UI) juga dengan skor 4.181. Kesepuluh Bapak Abdul Rohman dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan skor 4.180,5. Nomor sebelas Bapak Tole Sutikno dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan skor 4.121. Nomor dua belas Bapak Achmad Munir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan skor 4.049. Nomor tiga belas Bapak Asep Bayu Dani Nandiyanto dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan skor 4.036. Nomor empat belas Bapak Mohamad Basyuni dari Universitas Sumatera Utara (USU) dengan skor 3.972. Nomor lima besar Bapak Muhammad Hilmy Alfaruqi dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) dengan skor 3.932. Yang selebihnya silakan dilihat di website http://sinta.ristekbrin.go.id/author/," papar Menteri Bambang.

Menristek/Kepala BRIN mendorong peneliti serta institusi penelitian dan perguruan tinggi untuk terus meningkatkan publikasi ilmiahnya di jurnal internasional dan nasional.

“Kita harapkan institusinya bisa lebih memperbanyak staf pengajarnya atau staf penelitinya untuk bisa menghiasi ranking yang tertinggi dari SINTA. Bagi yang namanya atau institusinya belum masuk saya harapkan ini akan menjadi motivasi untuk kita semakin menguatkan fondasi dari universitas riset yang dikembangkan di masing-masing perguruan tinggi dan yang lebih penting juga untuk memperbanyak jumlah peneliti dan inovator yang berkualitas," tutup Menteri Bambang.

Turut hadir dan berbagi pengalaman penelitian dalam kesempatan ini Evy Yunihastuti dengan bidang Ilmu Alergi Imunologi dan HIV dari Universitas Indonesia yang memiliki lebih dari 66 publikasi internasional; Abdul Rohman dengan bidang Ilmu Farmasi dari Universitas Gadjah Mada yang memiliki lebih dari 200 publikasi internasional dan pernah mendapatkan Anugerah Kekayaan Intelektual dari Kemenristekdikti pada 2014; Muhammad Hilmy Alfaruqi bidang Ilmu Baterai dan Material Energi dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), salah satu peneliti muda yang lahir pada 1986 dan baru menyelesaikan studi di Korea Selatan namun sudah memiliki lebih dari 38 publikasi internasional dengan berbagai penghargaan internasional dan proyek penelitian di Korea; dan Muhammad Hanafi bidang Ilmu Kimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, salah satu peneliti senior yang lahir pada 1957 dan masih aktif berkarya menghasilkan lebih dari 89 publikasi internasional dan 40 paten serta pernah mendapatkan Inventor Award.

Dalam kesempatan yang sama, Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati menjelaskan dalam kurun satu tahun SINTA telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. “Sampai 26 Mei 2020 telah terdaftar lebih dari 194.000 dosen dan peneliti, 4.983 lembaga, 2.720 jurnal, 94.348 buku dan 26.466 kekayaan intelektual yang sudah terindeks di SINTA berdasarkan hasil verifikasi, akreditasi dan evaluasi,” papar Dimyati.

Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan sebagai pengelola SINTA terus berkolaborasi dengan berbagai lembaga agar tidak hanya jurnal ilmiah, namun buku dan paten juga dapat terindex di SINTA.

“Integrasi data sebelumnya dengan Google Scholar dan Scopus ditingkatkan dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya, mulai dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk buku, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM untuk paten dan hak cipta, serta Web of Science," lanjut Dimyati.

Dimyati menjelaskan pada SINTA Series Tahun 2020 dilakukan pemeringkatan kinerja 500 besar peneliti Indonesia berdasarkan SINTA. Formula untuk menilai kinerja ini berdasarkan indikator: 1) jumlah artikel jurnal terindeks di Scopus dengan memperhitungkan kategori quartil jurnal; 2) jumlah artikel non-jurnal terindeks di Scopus; 3) jumlah sitasi di scopus; 4) jumlah sitasi di Google Scholar; dan 5) jumlah artikel di jurnal nasional terakreditasi kategori S1 sampai S6.

“Basis data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data tiga tahun terakhir penuh, yaitu dokumen yang terbit dari tahun 2017 sampai tahun 2019. Untuk detail nama dan peringkat bisa dilihat di laman: http://sinta.ristekbrin.go.id/authors,” tutup Dimyati. Acara ini dihadiri oleh 500 undangan yang terdiri dari pejabat eselon satu dan dua Kemenristek/BRIN, pimpinan LPNK terkait Kemenristek/BRIN, para pimpinan lembaga penelitian Kementerian dan Lembaga, para pimpinan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti), para pimpinan perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS), para peneliti, dan para dosen serta ditayangkan secara langsung di Youtube Kemenristek/BRIN dengan alamat https://bit.ly/SINTASeries_1 yang dapat diakses oleh publik dan para peneliti di seluruh Indonesia. (ANP)