Balai Literasi Abiyoso Bangun Peradaban Literasi Penyandang Disabilitas Indonesia

ANP • Monday, 22 Jun 2020 - 11:04 WIB

JAKARTA - Mengingat kembali pernyataan Menteri Sosial, Juliari P. Batubara bahwa Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial menjadi salah satu pembangun peradaban manusia. Hal ini disampaikan beliau pada Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Program Rehabilitasi Sosial pada 11 Maret 2020.

Sebagai pembangun peradaban manusia, Ditjen Rehsos tentu mengemban tugas besar. Tugas kemanusiaan mewujudkan kesejahteraan sosial bagi 22 dari 26 Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) prioritas sasaran. Ini yang akan dijalankan secara teknis di Balai-balai rehabilitasi sosial di seluruh Indonesia.

Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) "Abiyoso" atau disebut juga Balai Literasi "Abiyoso" misalnya. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat sontak mendeklarasikan Balai ini jadi salah satu pembangun peradaban manusia. "Ya, Balai Literasi "Abiyoso" menjadi pembangun peradaban literasi penyandang disabilitas di Indonesia," tuturnya (20/6).

Bagaimana tidak, Balai Literasi "Abiyoso" menjadi satu-satunya Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Sosial yang mengelola literasi braille bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (PDSN) serta sebagai rujukan nasional, dan laboratorium literasi braille di Indonesia.

Balai Literasi "Abiyoso" telah membuka carkawala para PDSN agar akses terhadap informasi. Memberantas buta huruf braille di kalangan PDSN hanya melalui jemari, kini para PDSN mampu menantang dunia.

Selain itu, Balai Literasi "Abiyoso" juga memberikan layanan literasi antara lain, penerbitan/pencetakan buku-buku braille dan audio, Bimbingan Teknis (Bimtek) Aksesibilitas baca-tulis Arab dan Latin Braille, Bimtek Aksesibilitas teknologi informasi bagi PDSN, Pojok Braille (Braille Corner) di berbagai perpustakaan umum, Bioskop Berbisik dan Story Telling.

Kemudian, ada juga Audio Mobile Library berbasis aplikasi smartphone, Perpustakaan Keliling, Layanan Internet Gratis dengan nama NetDisNet (Internet bagi Disabilitas Netra), dan penerbitan majalah Gema Braille. 

Tak tanggung-tanggung,  Balai Literasi “Abiyoso” juga sering mengikuti pameran literasi di berbagai daerah, mulai dari yang berskala nasional hingga internasional. Balai ini merupakan anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Tahun 2020, Balai Literasi “Abiyoso” memproduksi 47.400 terdiri dari 35.492 buku cetak braille, 11.700 Buku Bicara, 48 Buku Agama Islam Digital Pen dan 160 Buku Panduan Mengajar Bentuk/Braille. Hasil Produksi ini didistribusikan kepada PDSN yang berada di panti, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Organisasi Sosial di Masyarakat, Sekolah Luar Biasa (SLB) dan juga memenuhi kebutuhan di perpustakaan, Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten.

Buku Bicara, Sedekah Suara Untuk Penyandang Disabilitas Netra

Satu hal yang menjadi daya tarik saat mengunjungi Balai Literasi “Abiyoso” yaitu produk Buku Audio atau Buku Bicara. Buku Bicara adalah kepingan Compact Disk (CD) yang berisi hasil rekaman pembacaan buku, mulai dari buku novel, agama, motivasi, kesehatan dan pengetahuan umum.

Buku Bicara yang telah terbentuk sejak tahun 1993 bekerja sama dengan pemerintah Jepang yaitu Japan International Cooperation Agency (JICA). Mereka memberi bantuan peralatan audio  , pelatihan dan tenaga ahli untuk proyek pembuatan buku bicara (talking books) melalui media kaset tape. namun kini berkembang melalui media CD.

Buku Bicara dihasilkan dari sebuah buku yang dibacakan di studio sambil direkam menggunakan format Digital Accessible Information System (DAISY), sebuah format yang memungkinkan pengguna, dalam hal ini PDSN, untuk mengakses berbagai fitur atau fasilitas yang tersedia pada alat pemutar khusus.

Hasil rekaman kemudian akan disalin ke dalam kepingan CD, yang selanjutnya didistribusikan ke berbagai Lembaga yang bekerja sama dengan Balai Literasi “Abiyoso”. Untuk dapat mengakses seluruh fitur buku bicara, diperlukan alat pemutar khusus. 

Namun, bagi yang tidak memiliki alat pemutar khusus tersebut, bisa juga menggunakan gawai biasa seperti laptop atau komputer untuk dapat menikmati isi buku dengan lengkap.

Manuver Balai Literasi “Abiyoso” Transformasikan Buku Bicara

Pada tahun 2018, Balai Literasi “Abiyoso” mendapat bantuan dari Siloam Foundation (Siloam Center for The Blind) untuk pengembangan Buku Bicara melalui aplikasi  Audio Mobile Library ( AML). Hal ini mengadaptasi perkembangan alat komunikasi telepon pintar (smartphone) yang semakin maju.

Basis penggunaan AML bisa diakses oleh PDSN dengan  telepon pintar yang telah di install aplikasi pembaca layar berbasis audio seperti aplikasi Talks, Damayanti dan lainnya. AML ini dapat diunduh di play store secara gratis, Namun untuk menjadi anggota perlu ada izin dari penyedia layanan  AML yaitu Balai Literasi “Abiyoso”.

AML saat ini berisi konten yang cukup beragam, mulai dari berita, pengembangan diri, literatur agama, fiksi, buku sekolah hingga pengetahuan umum, majalah Gema Braille berbasis Suara , novel dan buku pelajaran Agama Islam. Tim AML mendapat pelatihan langsung dari tenaga ahli Siloam Foundation dalam penggunaan AML ini.

Dirjen Rehsos sangat mendukung manuver ini. Hingga dirinya mengungkapkan ide untuk mengubah nomenklatur "literasi braille" menjadi "literasi disabilitas". "Saya rasa sebutan literasi disabilitas lebih cocok jika kini bahan bacaan bisa diwujudkan dalam format lain, tidak hanya melalui huruf braille, contohnya seperti buku bicara ini," ungkapnya.

Modernisasi teknologi merangsang Balai Literasi “Abiyoso” untuk bermanuver di bidang teknologi digital. Buku bicara misalnya, kedepan akan bertransformasi dari kepingan CD menjadi soft file atau e-book yang mampu diakses secara daring, literatur lengkap terkemas dalam aplikasi, bahkan memiliki website tersendiri yang terkoneksi dengan mesin pencarian "Google". (ANP)