Pemerintah Harus Waspadai Ancaman Konflik di Laut Cina Selatan

AKM • Friday, 10 Jul 2020 - 10:37 WIB

Jakarta - Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono menyatakan Pemerintah harus mewaspadai ancaman konflik kawasan Laut Cina Selatan. Menurut Nono, di tengah bangsa ini sibuk menghadapi pandemi Covid-19, konflik Fisik antara Amerika Serikat dan China bisa saja terjadi.  Dimana, kedua negara sudah menempatkan kapal induknya untuk menghadapi kemungkinan perang fisik.

 “Karena negara ini memiliki posisi yang sangat strategis. Baik secara ekonomi, politik, dan sumber daya alam yang melimpah (Geo Politik, Geo Ekonomi dan Geo Strategi). Sehingga China dan Amerika Serikat sama-sama memiliki kepentingan yang besar pada Indonesia,” kata Nono diskusi Dialektika Demokrasi “Pandemi dan Situasi Politik Internasional”  di Gedung Parlemen Jakarta, Kamis (9/7).

Menurut Nono, Persaingan Amerika dan China tersebut berkonsekuensi terjadinya pergeseran dagang global ke kawasan Pasifik dan barang-barang mengalir sebagian besar lewat Indonesia. Sedangkan barang-barang logistik dari China mengalir melalui empat negara; Vietnam, Thailand, Laos, dan Myanmar. Karena itu, China akan mati-matian mempertahankan Vietnam dari kekuatan AS.

“Indonesia harus mulai memperkuat lautnya sebagai poros maritim. Syaratnya adalah pertama, tak ada perang dan konflik di kawasan ASEAN, kelancaran arus logistik dan semua lewat Indonesia, dan ketiga memperkuat maritim. Sehingga akan memperkuat ekonomi berbasis maritim dan militer laut,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua BKSAP DPR RI Fadli Zon mengatakan, permainan kekuatan-kekuatan yang ada terutama Cina sebagai negara super power pengaruhnya masuk di dalam ASEAN jadi di Asean ini tidak pernah kompak sekarang di dalam urusan Laut Cina Selatan ada negara-negara tertentu yang selalu berbeda sikap dengan mayoritas negara lain dan bersikap abstain terhadap keputusan-keputusan itu.

“Yang paling menentang Cina di Laut Cina Selatan adalah Vietnam. Kemudian beberapa yang langsung terkait adalah Malaysia, Brunei, Filipina kadang Pro Cina kadang-kadang Pro Amerika Jadi tergantung mood-nya Duterte.,” jelas Fadli.

Fadli menilai ancaman tradisional dari konflik yang ada termasuk konflik di semenanjung Koreag bisa saja terjadi sesuatu yang tidak bisa diduga meskipun upaya-upaya perdamaian dilakukan ini. 

“Saya lihat seharusnya bahwa kita harusnya memang bersiap untuk menghadapi ancaman-ancaman tradisional dan non tradisional yang bisa terjadi sewaktu-waktu, Menurut saya yang paling yang paling feminin itu adalah di Laut Cina Selatan. Karena konflik di Laut Cina Selatan menurutnya bisa sangat terjadi Kapan saja Inevitable. Tidak Bisa dihindarkan karena pihak-pihak yang bertikai menguasai,” Pungkas Fadli. (AKM)