Dijitalisasi Nozel Molor, PKS: Pemerintah Tidak Serius!

AKM • Wednesday, 15 Jul 2020 - 13:12 WIB

Jakarta (15/7) - Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto, menilai Pemerintah tidak serius melaksanakan program dijitalisasi nozel BBM. 

Dijitalisasi nozel adalah program penggantian alat salur BBM dari dispenser ke kendaraan, dari yang manual ke nozel digital. Dengan nozel dijital ini BBM yang dikeluarkan dapat diketahui disalurkan ke kendaraan mana saja. 

Program dijitalisasi nozel di 5.518 SPBU yang ditargetkan selesai 31 Desember 2018, namun faktanya hari ini baru terealisasi sebesar 31%. Padahal target tersebut sudah direvisi sebanyak 5 kali. 

"Ini kan keterlaluan molornya. Pemerintah seperti tidak bersungguh-sungguh untuk menanggulangi masalah kebocoran BBM bersubsidi melalui penerapan dijital nozel," ujar Mulyanto kepada wartawan di Jakarta, Rabu (15/7/2020)

Padahal kerugian negara akibat kebocoran migas diprediksi Pertamina mencapai Rp 30 triliun setiap tahun," tegas Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Bidang Industri dan Pembangunan ini. 

Dalam revisi ke-5, program dijitalisasi nozel ini ditargetkan tuntas bulan Agustus 2020. Tapi melihat implementasinya baru 31% Mulyanto memperkirakan target tersebut tidak akan selesai di bulan yang ditentukan.

"Menurut saya sudah saatnya Deputi Pencegahan KPK turun langsung ke masalah ini, karena ini simpul yg strategis untuk menekan kerugian negara karena kebocoran migas," katanya.

Mulyanto menegaskan, kebocoran BBM harus segera di atasi dan tidak boleh dinikmati oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. "Jangan sampai terkesan Pemerintah melakukan tindakan pembiaran terhadap oknum-oknum yg menikmati kebocoran BBM," ujar mantan Irjen Kementerian Pertanian zaman Presiden SBY ini. 

Mulyanto menambahkan di tengah pandemi Covid-19, dimana keuangan negara semakin tertekan, Pemerintah perlu melakukan efisiensi keuangan, salah satunya dengan menanggulangi kebocoran BBM.

"Pemerintah jangan anggap remeh program dijitalisasi nozel ini. Dengan penggunaan nozel dijital ini Pemerintah dapat memantau efisiensi dan efektifitas penyaluran subsidi BBM yang nilainya sangat besar. Pemerintah harus bertindak tegas, kalau memang serius. Tenggat waktu implementasi program ini kurang dari sebulan lagi. Kalau kemudian mundur lagi patut diduga ada pihak tertentu di Pemerintah yang tidak ingin program ini terlaksana. Bisa jadi pihak tersebut bagian dari penikmat kebocoran anggaran subsidi BBM," tandas Sekretaris Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS. (AKM)