Pahami Lansia, Bahagia Seluruh Keluarga Wujudkan Keluarga Kuat dan Sejahtera

ANP • Wednesday, 15 Jul 2020 - 20:46 WIB

Jakarta - Berdasarkan data statistik penduduk lansia (BPS 2019), jumlah penduduk lansia yaitu 23,4 juta jiwa atau 9,6 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia terus mengalami perkembangan setiap tahunnya. Menurut data BPS 2019, penduduk lansia di Indonesia sebesar 25,64 juta jiwa (9,60 persen) dari populasi penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada dalam masa transisi menuju ageing population (penuaan penduduk). Meningkatnya rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) menjadi 73,4 tahun (laki-laki 71,49 tahun dan perempuan 75,27 tahun), menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk Indonesia semakin membaik.

Menurut WHO, pra lansia memiliki batasan usia 45-59 tahun. Pada usia tersebut, seseorang harus mulai mempersiapkan diri menuju lansia. Oleh karena itu, dibutuhkan persiapan bagi pralansia untuk menghadapi masa lansia nanti untuk menjadi Lansia Tangguh yang sehat, aktif, mandiri, produktif dan bermartabat. Data BPS (2019) menunjukkan angka kesakitan penduduk lansia masih sebesar 26,20%. Disabilitas pada lansia terjadi akibat bertambahnya usia atau kondisi-kondisi tertentu (penyakit, kecelakaan, trauma, dsb). Seiring dengan bertambahnya usia, angka disabilitas cenderung meningkat. Banyaknya penyakit yang diderita (multi patologis) dan meningkatnya kecenderungan disabilitas pada lansia, merupakan indikasi dibutuhkannya Perawatan Jangka Panjang (PJP).

Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, SP.OG (K) menyampaikan problem Psikologis lansia yang dapat menyebabkan stres, depresi dan psikoas/schizophrenia dapat disebabkan oleh kondisi sosial lansia, kesepian, sakit, dan ekonomi lemah. Selain itu, permasalahan kesehatan reproduksi lansia akan mengalami menopouse pada wanita dimana terjadi penurunan hormon ekstrogen yang ditandai rasa lemah, hot flashes, perubahan suasana hati, insomnia.

"Selain itu, pada lelaki disebut andropouse yaitu penurunan fungsi hormon endrogen, ditandai dengan pernurunan libido, kurang tenaga, penurunan kekuatan otot, sedih dan marah tanpa sebab, penurunan ereksi dan mudah mengantuk”, jelas Hasto. 

Hasto melanjutkan bahwa perlu adanya kemampuan dalam manajemen Stress sehingga kehidupan keluarga yang bahagia dan seimbang dapat diwujudkan. “Cintai orangtuamu. Kita terlalu sibuk tumbuh dewasa, kita lupa bahwa mereka juga tumbuh semakin tua.Daya tahan fisik yang semakin lemah, keterbatasan terhadap sumber daya ekonomi, penurunan pengaruh dalam pengambilan keputusan, serta penurunan hubungan sosial pada lansia menyebabkan lansia lebih rentan terhadap berbagai masalah, termasuk masalah Kesehatan.

Kondisi yang diinginkan bagi para lansia dapat terdiri dari The AIM SMART Elderly (Sehat, Mandiri. Aktif, Produktif), dimana menginginkan semua lansia untuk mencapai kondisi yang sehat, tidak bergantung pada orang lain dan mandiri, selalu aktif dalam menjalankan aktivitas, dan masih tetap produktif. Akan tetapi, untuk mencapai kondisi tersebut memerlukan tantangan.

Menurut Pusdatin Kemenkes 2020, 44% Lansia Indonesia memiliki Multimorbiditas (banyak penyakit). Pada Tahun 2018 saja penyakit yang menyerang para lansia 63,5% Hipertensi, 53,6% Gangguan Gigi, 18% Arthritis, 17% Gangguan Oral, 5,7% Diabetes Melitus, 4,5% Jantung Koroner, 4,4% Stroke, 0,8% Gagal Ginjal, 0,4% Kanker. 

Menurut Dosen divisi Geriatri departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI-RSCM sekaligus Kepala Bidang I Perhimpunan Gerontologi Medik (PERGEMI), Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-K Ger.,M.Epid, FINASIM selain berbagai penyakit tersebut terdapat suatu kondisi yang disebut sarkopenia dan Frailty “Kondisi Sarkopenia merupakan penurunan massa otot, kekuatan otot, dan performa fisik seperti kecepatan berjalan, kekuatan genggan tangan. Serta kondisi Frailty merupakan istilah baru tetapi lima tahun belakangan ini banyak sekali dibahas, yaitu dimana suatu kondisi klinis seseorang yang memiliki kerentanan untuk mengalami ketergantungn dan atau kematian ketika ada stresor/stress. Stress pada orang tua bisa sampai pada kondisi depresi juga. Stresor pun terdiri dari psikologis yaitu ada keluarga yang meninggal dunia, dan stresor fisik karena infeksi akut” ungkapnya.

Mencegah berbagai penyakit bagi para lansia dapat dilakukan dengan 1) Konsumsi Makanan Bergizi, Berhenti Merokok, 2) Vitamin D, 3) Aktivitas Fisik, 4) Tidur Cukup, 5) Kelola Stres, 6) Keterlibatan Sosial.

Menteri Perikanan dan Kelautan Periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti pun memberikan pengalaman dalam merawat orang tua yang sudah lansia “Kebetulan orang tua saya menderita diabetes, maka sangat susah sekali untuk diberikan obat, kadang suka diumpetin dikolong kasur agar obatnya gak diminum karena jumlahnya yang banyak, pada akhirnya saya mempelajari tentang diabetes, dan mencari dokter lainnya yang dimana dokter tersebut hanya memberikan dua obat saja serta memberi saran, kalau gula darahnya menurun tidak usah diberikan obat setiap saat, mulai dari situ saya merubah pola dari taking care of everything, take care of every single food diganti dengan konsumsi makanan yang sehat dan sesuai penderita diabetes serta rajin mengajak jalan-jalan” terang Susi

Lanjutnya Susi mengatakan “Kalo cara saya mencari kesenangan orang tua lansia dengan membawakan oleh-oleh kesukaan beliau, membeli daster dari pasar yang warna-warni karena lansia sangat suka dengan warna, membeli cookies atau permen sesuai penderita diabetes yang bisa diberikan ketika sedang marah. Selain itu, kita coba berkomunikasi dengan lebih akrab, buat komunitas bagi orang tua lansia kita bisa dengan arisan, membuat makanan bersama-sama, membagikan makanan ke anak-anak, membawa orang tua ke pasar dengan ditemani suster atau keluarga lainnya” tutur Susi 

Webinar kegiatan ini bertemakan “Pahami Lansia Bahagia Seluruh Keluarga” dan menghadirkan narasumber Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, SP.OG (K), Dirjen Rehabilitasi Sosial dr. Ir. Harry Hikmat, M.Si, Dosen divisi Geriatri departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI-RSCM sekaligus Kepala Bidang I Perhimpunan Gerontologi Medik (PERGEMI), Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-K Ger.,M.Epid, FINASIM, Menteri Perikanan dan Kelautan Periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti, serta dimoderatori oleh dr. Vito Damay, SpJP(K), Mkes, FIHA, FICA, FasCC. Kegiatan ini disiarkan secara langsung melalui media daring Zoom serta Youtube BkkbnOfficial, Peserta yang hadir berjumlah 1000 peserta Zoom dan 5000 peserta Youtube. (ANP)