Banyak Siswa Tak Punya HP, Guru di NTT Rela Mengajar Keliling Kampung

AKM • Tuesday, 4 Aug 2020 - 11:22 WIB

KUPANG - Dimasa pendemi Covid-19, berbagai cara dilakukan para guru untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa didiknya. Selain sistem online atau daring, juga dilakukan dengan cara pembelajaran mengunjungi siswa dari rumah ke rumah. Hal ini dilakukan akibat banyak siswa yang tidak memiliki HP Android untuk belajar online.

Paskalis Rangga adalah seorang tenaga pengajar pada sekolah dasar Inpres Belo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur yang rela meluangakn waktu dan tenaganya untuk berkeliling kampung datang dari rumah ke rumah setiap paginya untuk mengajarkan ilmu ke siswa didiknya.

Hal ini dilakukan karena dampak pandemi corona hingga siswa belum diizinkan untuk melakukan pembelajaran di sekolah. Metodenya sederhana, tetapi melekat langsung ke anak-anak, dimana setiap anak didiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang anak yang rumahnya berdekatan. 

Setelah itu, dilakukan secara bergantian guru Paskalis Rangga mendatangi rumah ke rumah untuk menampaikan pembelajaran, namun tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan corona.

Para siswa juga diwajibkan selalu menggunakan masker dan diatur duduknya dengan menjaga jarak agar tidak saling berdekatan. Menurut Paskalis Rangga, penerapan pembelajaran dari rumah ke rumah siswa dilakukan semua guru pada SDI Belo, yang mana hal ini dilakukan karena banyak siswa disekolah tersebut yang tidak memiliki HP Android untuk mengikuti pembelajaran secara online.

Selain itu, sistem pembelajaran dengan mengunjungi rumah para siswa dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, dirasakan sangat efektif untuk dalam penyerapan pembelajaran.

“Jika dibandikan dengan sistem online, karena ada interaktif antara guru dan siswa, selain itu juga dengan sistem online, kebanyakan tugas yang diberikan dikerjakan oleh orangtua para siswa,” kata Paskalis Rangga seperti dilansir Okezone.com, Selasa (4/8/2020).

Sementara, salah satu orangtua murid, Goris Takene mengapresiasi langkah dan upaya para guru-guru ini yang mau mendatangi siswa didiknya secara langsung bertemu di rumah.

“Menurut saya lebih efektif ketimbang online, selain banyak siswa yang belum memiliki HP Android, terkadang terkendala signal yang kerap tidak stabil apalagi lokasi SDI Belo berada dipinggiran kota,” tuturnya.

Belum lagi, masih kata Goris bahwa mahalnya biaya paket internel yang harus dibeli orangtua siswa yang kebanyakan bermata pencarian sebagai seorang petani, tentu menjadi kendala. (AKM)