Begini Bahayanya Klaster Keluarga Covid-19

ADM • Monday, 7 Sep 2020 - 14:28 WIB
Photo: Okezone.com

Kasus konfirmasi Covid-19 belakangan ini mendapat sumbangsih angka dari klaster keluarga. Ya, anggota keluarga yang bekerja rentan menularkan virus ke anggota keluarga yang ternyata ikut ke rumah.

Di Bogor saja, dari 189 pasien konfirmasi Covid-19, mereka berasal dari 48 keluarga yang terinfeksi virus. Lalu, Angka yang cukup tinggi pun bisa dilihat pada kasus Covid-19 di Bekasi. Dari 437 pasien Covid-19, mereka berasal dari 155 klaster keluarga.

Fenomena ini mesti disikapi serius oleh mereka yang sudah kembali bekerja di kantor. Kebijakan perusahaan untuk bekerja di kantor mesti diwaspadai yang mana artinya Anda mesti lebih disiplin menjalankan protokol kesehatan.

Kaster keluarga sendiri bisa terjadi saat salah seorang anggota keluarga terpapar virus corona lalu menularkan virus yang dia bawa ke anggota keluarga lainnya. Akibat hal itu, satu rumah tangga terinfeksi virus corona saat berada di rumah sendiri.

Bisa dikatakan, sebelumnya rumah sebagai tempat paling aman, sekarang kondisinya di ujung tanduk. Klaster keluarga membuktikan rumah tak lagi aman jika anggota keluarga tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan.

Risiko yang paling mungkin terjadi jika tercipta klaster keluarga, diterangkan dalam laporan @pandemictalks, ada 3 poin utamanya. Berikut paparannya:

1. Transmisi Covid-19 telah masuk ke satuan unit terkecil dalam sebuah lingkungan sosial, yaitu keluarga. Artinya, segala kebijakan, protokol dan sistem monitoring yang diterapkan pemerintah, tempat publik, dan perusahaan tidak bisa menahan transmisi virus ke lingkungan terkecil yaitu keluarga.

2. Dalam lingkup dan kultur sosial bangsa Indonesia yang mengutamakan silaturahmi, transmisi satu keluarga ke keluarga lainnya akan mempercepat penularan virus corona semakin masif. Di Bogor misalnya, terdapat satu Rukun Tetangga (RT) yang hampir seluruh warganya positif Covid-19.

3. Kondisi ini bisa semakin buruk jika warga yang bergejala enggan melakukan test swab karena takut stigma, misalnya saja takut dikucilkan oleh masyarakat. Namun, akhirnya berperan sebagai penyebar virus ke orang lain.

Meski begitu, upaya meminimalisir risiko tetap bisa dilakukan. Dalam laporan @pandemictalks, ada upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menjalankan protokol kesehatan VDJ atau ventilasi, durasi, dan jarak.


1. Ventilasi

Diharapkan agar masyarakat membuka jendela dan pintu agar udara segar mengalir. Hindari berada di ruangan tertutup, khususnya dengan anggota keluarga yang rentan dan keluarga yang sering keluar rumah.

2. Durasi

Sediakan kamar terpisah jika ada anggota keluarga yang harus bekerja di luar rumah dan kurangi interaksinya dengan anggota keluarga yang rentan.

3. Jarak

Jika memungkinkan, anggota keluarga yang bekerja di luar diharapkan menjaga jarak dan menggunakan masker di sekitar keluarga lainnya, khususnya lansia atau balita.

 

Sumber: Okezone.com