Dirjen Vokasi Berikan Apresiasi Sistem Ijon SMK Jateng

AKM • Monday, 14 Sep 2020 - 18:23 WIB

Jakarta - Kualitas  pendidikan terus dikembangkan selaras dengan kebutuhan dunia usaha terutama bagi lulusan siswa Sekolah Menegah Kejuruan (SMK). Sebab,  setiap tahun ada sedikitnya 1,5 juta lulusan SMK di Indonesia yang dihasilkan dari sekira 6 ribuan SMK negeri dan swasta di Indonesia.

Oleh karena itu, Pemerintah provinsi Jawa Tengah melakukam kerja sama dengan Kawasan Industri Kendal (KIK), salah satunya mengembangkan sistem ijon bagi siswa SMK/Vokasi. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Presiden Direktur Kawasan Industri Kendal (KIK) dilaksanakan 8 September 2020, di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kota Semarang.

Lingkup Kesepahaman Bersama ini meliputi penyelarasan kurikulum SMK yang link and match dengan kebutuhan industri, pemagangan guru dan praktik kerja lapangan peserta didik, pengembangan kelas industri, sertifikasi kompetensi lulusan SMK dan rekruitmen tenaga kerja lulusan SMK pada industri. Jangka waktu kerjasama selama 5 tahun.

Perjanjian kerjasama yang disaksikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo  dan Presdir KIK Kendal Stanley Ang ini selanjutnya akan segera dilaksanakan dengan implementasi Action Plan antara masing-masing perusahaan dengan sekolah menengah kejuruan yang menjadi mitra kerjanya agar pada tahun ini semua lingkup kerjasama sudah dapat terlaksana.

Melihat kerja sama tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Diksi Kemendikbud), Wikan Sakarinto menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya bagi seluruh pimpinan pemerintah provinsi yang turut mempercepat implementasi tuntas kebijakan dan gerakan Link and Match dunia pendidikan dengan dunia industri serta dunia kerja (IDUKA).

“Sistem ijon yang didorong agar terwujud di KIK sangat selaras dengan beberapa strategi dasar Link and Match, yang dilakukan bersama oleh satuan pendidikan vokasi dengan IDUKA,”ujar Wikan, Senin (14/9).

Empat strategi dasar yang dimaksud adalah sinkronisasi kurikulum; menghadirkan guru atau dosen tamu dari kalangan expert atau industri minimal 50 jam per prodi atau semester; program magang/praktek kerja industri minimal 1 semester di IDUKA. Keempat, uji kompetensi/sertifikasi kompetensi bagi seluruh lulusan vokasi, dan bagi guru dan dosen vokasi.

“Sistem Ijon merupakan perwujudan konsep cerdas dan taktis yang merangkum minimal 4 strategi dasar Link and Match tersebut. Tambah lagi dengan harmonisasi kekuatan kearifan lokal, yang akhirnya membuat program ini mudah dipahami dan dicerna oleh seluruh pihak dan stakeholder,” tambah Wikan.

Link and Match, lanjut Wikan, sesunggugnya sangat menguntungkan seluruh pihak. Khususnya pihak IDUKA. Bagi lulusan SMK sendiri, tentu saja Link and Match adalah upaya terbaik memfasilitasi masa depan yang lebih baik di dunia kerja.

“Lulusan-lulusan yang benar-benar match dengan kebutuhan IDUKA, yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa,” kata Wikan.

Wikan mengharapkan  Link and Match pendidikan vokasi dapat memiliki dampak yang cepat dapat menghasilkan lahirnya jutaan lulusan yang kompeten dan unggul.

“Perjuangan kompak dan cerdas seluruh pihak dan stakeholder ini akan mempercepat dampak positif dan signifikan yang diakibatkan oleh lahirnya jutaan lulusan vokasi yang kompeten dan unggul,” pungkasnya. (AKM)