Pengamat: Dibanding Parpol, Risma Lebih Menjanjikan untuk Kemenangan di Pilkada

Mus • Friday, 2 Oct 2020 - 16:57 WIB

Surabaya - Konstelasi politik di Surabaya mulai meningkat, seiring kampanye yang mulai berjalan. Dua pasang calon Walikota dan Wakil Wali Kota Surabaya mulai melakukan kegiatan yang strategis, baik secara langsung maupun daring.

Hal yang mencolok adalah dukungan partai politik pada pasangan calon. Pengamat politik dari Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam mengatakan power dan efek parpol dalam pilkada langsung itu gradatif tergantung partainya. "Jadi variatif ada yang cukup kuat, sedang-sedang saja dan ada juga yang biasa saja," katanya.

Kontribusi parpol tetap penting dalam pilkada kendati gradatif variatif berbeda-beda prosentase power dan efeknya. Apalagi dalam pilkada langsung, kekuatan figur masih menjadi magnet kekuatan utama yang menjadi pertimbangan orang dalam memilih.

"Dukungan dari parpol sangat gradatif. Namun demikian parpol masih penting memainkan peran dalam pilkada tersebut," ujar pengamat politik yang juga seorang akademisi.

Surokim juga menyampaikan, faktor personal, kekuatan figur kandidat itu menjadi yang utama disusul kemudian patron dan dukungan tokoh. Dalam konteks dukungan tokoh, faktor prestasi dan kedekatan (proximity) juga menjadi variabel penting.

Posisinya ini yang kerap menguntungkan pada dukungan terhadap incumbent. Sebelum pandemi akhir tahun 2019, tokoh di Surabaya yang paling kuat memberi pengaruh dalam pilkada adalah Tri Risma Harini. Waktu itu tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Risma tergolong fenomenal, 82%, termasuk kategori tinggi di Indonesia.

"Meski partai penting, namun ketokohan juga utama dalam meyakinkan para pemilih. Prestasi dan ketokohan menjadi tolak ukurnya. Hal inilah yang dipunyai Bu Risma dan bisa menjadi nilai lebih dari paslon yang didukungnya," lanjut Surokim.

Kontribusi dan pengaruh Risma secara kuantitatif mencapai 9%, tertinggi diantara faktor person yang lain.

"Kepemimpinan Risma selama 10 tahun saya pikir juga memberi insentif elektoral pada tokoh yang didukung. Namun, tekanan pandemi juga tetap memberi tekanan kepada Risma terkait dengan pengaruh personalnya di pilkada dan adanya penurunan pada tingkat kepuasan kinerja," lanjutnya.

Hal ini yang menurut Surokin membuat pengaruh personal Risma dalam pilkada surabaya akan signifikan. Ditambah dengan pemerintahan yang bersih, tidak ada kasus korupsi, akan membuat pengaruh Risma di pilkada tetap signifikan. Apalagi Risma juga menjadi tokoh sentral di Kota Surabaya yang mendapat liputan media luas

"Kondisi pandemi Covid saya pikir sedikit berpengaruh dalam penilaian publik terhadap kinerja Bu Risma. Namun dengan pemerintahan yang bersih, tidak ada kasus di KPK, publik masih menaruh kepercayaan yang besar pada  Risma," lanjut Dekan FISIB Universitas Trunojoyo Madura ini.

Sementara secara makro di Indonesia citra parlemen sejauh ini jika merujuk pada berbagai survey masih kalah dengan institusi negara yang lain. Inilah  yang membuat posisi Risma sebagai endorser layak diperhitungkan tanpa meniadakan pengaruh parpol dalam pilkada.

"Bagaimanapun peran Bu Risma di Pilkada ini sangat penting dan menentukan sebuah kemenangan. Tanpa meniadakan peran parpol," pungkas Surokim. (Hermawan)