Adopsi Penanganan Covid-19 DIY, Kepala Staf Kepresidenan RI Temui Sri Sultan HB X

Mus • Friday, 2 Oct 2020 - 19:35 WIB

Yogyakarta - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menerima kunjungan Kepala Staf Kepresidenan RI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, di Pendapa Ndalem Kilen, Keraton Yogyakarta, Jumat (02/10) pagi. Moeldoko hadir didampingi seniman Butet Kartaredjasa.

Moeldoko saat ditemui seusai agenda menuturkan bahwa kunjungan yang dilakukannya adalah mendiskusikan perkembangan COVID-19 di DIY. “Bapak Gubernur sangat inovatif dalam memberikan penanganan COVID-19, sejalan dengan apa yang pemerintah pusat ambil yakni menerapkan micro lockdown atau pembatasan pada zona mikro. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang semakin mikro itu sangat diperlukan,” jelas Moeldoko.

Menurut Moeldoko, sejatinya dalam satu wilayah, konsentrasi difokuskan pada tingkat Rukun Warga (RW), tidak serta merta satu kawasan dilakukan PSBB. “Pembatasan yang dijalankan ini selaras dengan yang dijalankan pemerintah pusat. Presiden menyampaikan dalam rapat terbatas, perlunya pemberlakukan mikro zonasi ini untuk skema PSBB. Apalagi kalau kejadiannya (COVID-19, -red) dalam zonasi lingkup kecil, pembatasan dan perlakuannya seharusnya semakin mikro, jangan makro karena akan mengganggu yang lain,” jelas mantan Panglima TNI ini.

Pada kesempatan yang sama, Sri Sultan menyampaikan bahwa selama ini yang dilakukan di DIY adalah pembatasan di tingkat desa. “Pendatang yang masuk, dikontrol lewat lurah, babinkamtibmas, babinsa, dan anak-anak muda. Yang masuk dimintai data berupa nama dan alamat, sebagai kontrol untuk memudahkan tracing. Harapannya akan tumbuh kesadaran masyarakat itu sendiri karena bertindak sebagai subyek. Sehingga, tanpa harus digemborkan untuk memakai masker dan sebagainya, dia (masyarakat, -red) akan menjalankan itu,” jelas Sri Sultan.

Menurut Sri Sultan, dalam perkembangan di lapangan, penambahan kasus dapat saja terjadi karena klaster. Hal tersebut disebabkan bahwa pemerintah tidak mungkin bisa membatasi warga DIY pergi ataupun menutup diri dari pendatang. Sri Sultan bertutur, “Yang terpenting itu adalah tracing, sehingga pihak yang kebetulan berada di tempat dan jam yang sama dengan suspect positif, dapat segera ditindaklanjuti.”

Terkait dengan adanya perpanjangan kelima soal status Tanggap Darurat Bencana COVID-19 DIY, Sri Sultan menyampaikan bahwa mau tak mau masyarakat harus dapat beradaptasi dengan COVID-19. “Kita melakukan protokol kesehatan itu sebagai cara beradaptasi dengan corona. Saya tidak mau terlalu berasumsi, sehingga pagi, sore, dan malam, saya harus berbicara soal corona, sehingga akan ada pihak-pihak, orang kecil, takut mencari sesuap nasi dan kelaparan,” terang Sri Sultan.

Ngarsa Dalem menambahkan, bahwa sejatinya obat mujarab untuk COVID-19 adalah cukup di rumah saja. Namun tentunya, manusia tidak tahan jika terus berada di rumah, sehingga kemungkinan untuk terpapar bisa lebih besar jika tidak berhati-hati ketika di luar rumah. “Jadi yang paling penting adalah membiasakan diri dengan protokol kesehatan,” tutup Ngarsa Dalem. (Ron)