Kemendikbud Dorong Perguruan Tinggi Ciptakan Wirausaha Muda Indonesia

AKM • Monday, 12 Oct 2020 - 05:47 WIB

Jakarta - Terdapat sekitar 80-90% pelaku usaha di Indonesia umumnya berbasis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang sebagian besar berada di sektor informal. Namun, dengan kemampuan teknologi yang terbatas, jaringan yang terbatas, dan kemampuan  entrepreneurship yang terbatas menjadikan para wirausaha ini tidak memiliki bekal kewirausahaan. 

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) bekerja sama dengan Yayasan Global CEO Indonesia menyelenggarakan Program Pendampingan Kewirausahaan Perguruan Tinggi sehingga membuka peluang bagi para mahasiswa untuk berwirausaha atau berperan sebagai penyedia lapangan kerja.

“Dengan kondisi seperti saat ini, kondisi lapangan pekerjaan yang sedang mengalami kontraksi tentu sangat berat jika semua harus diserap pada lapangan pekerjaan yang sudah ada, maka dari itu lapangan pekerjaan baru harus diciptakan bagi rekan-rekan mahasiswa ini,” ungkap Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, pada saat Penandatanganan MoU antara Ditjen Dikti dengan Yayasan Global CEO Indonesia, Sabtu (10/10) lalu.

Nizam juga menjelaskan bahwa dampak dari pandemi ini cukup mendalam karena tidak hanya di dunia kesehatan, tetapi juga masalah perekonomian, pendidikan, dan aspek-aspek yang lain. Ditjen Dikti sudah menyiapkan beberapa program untuk tahun 2021 seperti menyiapkan sekolah eksportir, UMKM akademi, bekerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi global seperti dengan Google, serta _Artificial Intelligence_ (AI). 

Nantinya, kata Nizam, mahasiswa akan mendapat pelatihan dari perusahaan raksasa teknologi dunia dengan proyek-proyek yang basisnya adalah bisnis pribadi. Dengan begitu diharapkan terjadi amplifikasi atas apa yang ada saat ini dengan menggunakan kemajuan teknologi 4.0.

"Perguruan tinggi dapat menjadi mata air, sumber kehidupan, sumber kemajuan untuk dunia usaha, industri, dan bagi kemajuan bangsa dan negara. Itulah semangat yang kita gelorakan melalui kerja sama ini, sehingga akan lebih banyak lagi CEO yang lahir di Indonesia,” pungkasnya.

Rhenald Kasali selaku Pembina Yayasan Global CEO Indonesia menjelaskan bahwa saat ini kita sedang memasuki dunia baru yaitu dunia digital. Dunia digital membawa Indonesia bahkan dunia keluar dari jurang depresi ekonomi di masa pandemi ini. 

"Dengan adanya MoU ini merupakan sebuah lompatan besar untuk melahirkan CEO-CEO baru yang akan menggeliatkan ekonomi baik di tingkat UMKM, maupun _start-up_. Perubahan-perubahan terjadi di berbagai sektor merupakan hasil dari teknologi digital, dan karena teknologi digital pula banyak sektor yang bisa _survive_ di masa pandemi," ungkapnya.

Ketua Yayasan Global CEO Indonesia Trisya Suherman menambahkan kerja sama ini untuk memberikan pendampingan kewirausahaan untuk mahasiswa dengan harapan terciptanya usaha-usaha baru,  berkembangnya ekonomi Indonesia, menurunnya angka pengangguran dan  menjadikan Indonesia yang makmur.

"Hal tersebut sesuai dengan misi kami yaitu membantu program-program pemerintah khususnya dalam perekonomian dan pendidikan," tuturnya.

Berkaitan dengan program kewirausahaan, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Aris Junaidi mengatakan Ditjen Dikti mencanangkan Program Kewirausahaan Merdeka Belajar untuk mendukung kebijakan Kampus Merdeka. Program ini terbagi menjadi empat, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K), Program Kegiatan Bisnis Manajemen Mahasiswa Indonesia (KBMI), Program Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI), dan Pendampingan Wirausaha Mahasiswa Indonesia.

Lebih lanjut Aris menjelaskan seluruh program ini ditujukan agar dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan, kreativitas, dan inovasi yang berbasiskan iptek serta membantu mahasiswa menemukan keunikan pada bisnis-bisnisnya. Melalui kerjasama dengan CEO Academy, Aris berharap para mahasiswa bisa mendapatkan _mentoring_ (pendampingan) untuk meningkatkan kewirausahaan di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Divisi Pendidikan Yayasan Global CEO Indonesia Hermanto Yaputra mengatakan 69,1% _millenial_ di Indonesia memiliki minat untuk berwirausaha. Hal ini menjadi tantangan bagi CEO Academy yang akan melakukan pendampingan kepada mahasiswa, dimana _mentoring_ dilakukan secara langsung oleh CEO-CEO yang tergabung dalam Yayasan Global CEO Indonesia, menyesuaikan dengan program Rencana Pembelajaran Semester (RPS).

Akhir dari kegiatan pendampingan ini, mahasiswa diharapkan dapat membuat laporan dan bisa mempublikasikan laporan tersebut dalam bentuk artikel, baik dalam jurnal nasional maupun internasional. Kerja sama ini juga menargetkan untuk dapat menciptakan 1.000 wirausahawan baru setiap tahunnya serta terbentuknya _entrepreneur ecosystem_ berbasis pada _Sustainable Development Goals_ (SDGs). (AKM)