Dilebur, Bank Syariah BUMN Bakal Makin Kuat

Mus • Wednesday, 14 Oct 2020 - 12:30 WIB

Jakarta - Rencana penggabungan bank-bank syariah milik bank BUMN akhirnya terwujud. Penggabungan atau merger antara PT BRI Syariah Tbk (BRIS), PT BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri ini diharapkan mampu membawa perekonomian syariah Indonesia ke kancah internasional.

Sebenarnya rencana konsolidasi atau penggabungan bank-bank syariah yang merupakan anak usaha bank BUMN ini sudah sejak beberapa tahun digulirkan, bahkan wacana tersebut juga dianjurkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, berbagai kendala terjadi dalam prosesnya yang menimbulkan pro dan kontra. Tetapi, di tangan Menteri BUMN Erick Thohir akhirnya rencana tersebut bisa diwujudkan.  

Pasar pun merespons cepat rencana pemerintah tersebut. Saham BRI Syariah yang berkode BRIS langsung diserbu investor. Pada penutupan perdagangan saham kemarin, harga saham BRIS naik Rp225 atau 25% ke level Rp1.125. Jika mengacu pada data sejak awal 2020 di mana posisi saham BRIS berada di level Rp332, maka kenaikan saham anak usaha Bank BRI tersebut hingga saat ini sudah melonjak lebih dari 238%. Harga saham BRIS diprediksi masih akan melambung hingga proses merger tuntas.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, merger tiga bank BUMN syarian ini menjadi sejarah baru bagi perbankan di Indonesia. Merger ini diharapkan bisa menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia.

Menurut Erick, kinerja tiga bank syariah tersebut patut diapresiasi pasalnya dalam kondisi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 masih mampu menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini tidak lain karena ditunjang oleh sistem yang transparan.

“Kita semua tentu berharap agar bank syariah ini semakin mendekati satu tujuan ekonomi syariah, yaitu keadilan untuk umat. Sistem keadilan dan transparan sudah membuat bank-bank syariah bertahan di tengah krisis pandemi Covid-19,” ucap Erick di Jakarta kemarin.  

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan sangat mendukung upaya merger dan akuisisi di industri perbankan nasional pasalnya hal ini akan meningkatkan efisiensi dan daya saing sesuai tujuan OJK.

Wimboh meyakini merger ini juga akan membangun industri perbankan yang sehat dan bisa memberikan kualitas layanan yang lebih baik serta memberikan kontribusi terbaik dalam pembangunan ekonomi.

“Untuk itu, OJK telah menerima informasi awal dan akan memfasilitasi dengan berbagai kebijakan dan ketentuan agar aksi korporasi ini berjalan sesuai dengan tahapan waktu yang direncanakan,” kata Wimboh di Jakarta kemarin.

Menurut Wimboh, penggabungan tiga bank BUMN syariah ini juga sejalan dengan upaya Indonesia menjadi sentra pengembangan keuangan syariah. Saat ini peringkat Indonesia sudah berada di posisi empat besar dalam pengembangan industri keuangan syariah berdasarkan Islamic Finance Development Indicator.

Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Catur Budi Harto menuturkan, bank syariah hasil merger diharapkan mampu memiliki mesin, skala ekonomi, dan jangkauan pasar yang lebih besar untuk mengoptimalkan potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Gabungan kekuatan dari tiga bank syariah ini akan dapat memiliki spektrum layanan syariah yang lebih lengkap dalam satu atap.

“Tentunya dengan engine dan otot yang lebih kuat dan besar itu kita bisa mengoptimalkan potensi ekonomi dan keuangan syariah secara sustainable,” papar Catur.  

Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Sis Apik Wijayanto mengungkapkan, bank syariah nasional masih memiliki ruang yang sangat besar untuk berkembang karena market share yang masih relatif kecil. Meski Indonesia negara dengan populasi umat Islam terbesar, market share keuangan syariah di Indonesia saat ini relatif kecil, yakni 9,68% per Juli 2020.

“Jika dilihat dari penetrasi pasar, bank syariah nasional memiliki room for growth yang masih luar biasa besar. Dengan pembentukan satu bank syariah yang solid, kuat, dan besar, maka akan menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dan Top-10 syariah bank secara global,” tutur Sis Apik.

Rencana merger tiga bank syariah ini diawali dengan penandatanganan conditional merger agreement (CMA). Sayangnya, Tim Project Management Office (PMO) belum memastikan akan ada perubahan atau pergantian nama baru setelah merger terjadi.

Menurut Ketua Tim Project Management Office (PMO) sekaligus Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Herry Gunardi, ihwal yang bersifat progresif dari mulai nama hingga skema ke depan pasca-CMA belum bisa dipublikasikan ke publik. Pengumuman hasil merger sendiri dijadwalkan pada 20-21 Oktober 2020.  

“Skema merger tentunya ini tunggu tanggal 20 Oktober, nanti akan menyampaikan pengumuman merger plan. Ini masih kondisi merger, ihwal advance dipertanyakan belum bisa diungkapkan sekarang. Tunggu tanggal 20-21 Oktober tahun ini, akan ke step pengumuman merger plan-nya,” ucap Herry.

Tim PMO menegaskan, mereka belum akan menyampaikan informasi lebih detail mengingat induk-induk bank yang anak usahanya dimerger merupakan perusahaan terbuka. Selain persoalan nama, direksi dan komisaris atau penguasa baru di bank syariah hasil merger juga belum bisa disampaikan.

“Teman-teman, harap maklum kondisi kami, ini perusahaan Tbk. Kita tidak boleh mendahului informasi material ke publik sebelum step-step dilalui,” ujarnya.

Dalam penggabungan ini, PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) ditetapkan menjadi bank survivor atau entitas yang menerima penggabungan Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah. Direktur Utama PT Bank BRISyariah Tbk Ngatari mengaku siap mengemban amanah yang dititipkan pemerintah.  

“Kami sebagai satu-satunya bank umum syariah anak perusahaan BUMN yang tercatat di bursa siap menerima amanah ini. Merger ini sangat penting bagi Indonesia yang merupakan negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia. Agar Indonesia memiliki bank syariah terbesar yang mampu bersaing secara global,” kata Ngatari.

Rencana merger ini juga bagian dari Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) yang dicanangkan pemerintah untuk memperkuat ekonomi nasional. “Kami berharap bank syariah yang lahir dari proses ini bisa menjadi salah satu mesin utama dalam menggerakkan roda ekonomi umat di Indonesia. Kami mohon doa dan dukungan seluruh masyarakat agar proses ini dapat dituntaskan dengan baik,” papar Ngatari.

Jika digabungkan aset tiga bank syariah dan unit usaha syariah Bank BTN hingga Juni 2020 tercatat sebesar Rp245,87 triliun. Dari jumlah tersebut, Bank Syariah Mandiri memiliki aset sebesar Rp114,4 triliun. Kemudian disusul dengan BNI Syariah dengan aset Rp50,78 triliun. Sementara aset BRI Syariah sebesar Rp49,6 triliun. Adapun aset UUS BTN Rp31,09 triliun. (SINDOnews)