Stem Cell Jadi Teknologi Perawatan Sel Generasi Baru

ANP • Tuesday, 20 Oct 2020 - 10:33 WIB
Daewoong Infion, sebuah perusahaan joint venture dari perusahaan farmasi asal Korea Selatan Daewoong Group di Indonesia, mengadakan kick of meetingdengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk memulai studi DW-MSC untuk pengobatan COVID-19.

JAKARTA - Perawatan Stem Cell diharapkan akan menjadi sebuah teknologi perawatan sel generasi baru yang mampu mengatasi berbagai penyakit yang tak dapat disembuhkan. Saat ini, 'Perawatan Stem Cell' merupakan istilah yang sedang naik daun di dalam industri bio-regeneratif. Seiring dengan berlanjutnya pandemi COVID-19, penelitian di bidang perawatan regeneratif sel punca diprediksi akan terus berkembang secara signifikan.

Menurut laporan 'Global Stem Cell Market Forecast 2017-2025' yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh perusahaan riset InkWood, pasar sel punca global diperkirakan akan tumbuh pesatdari $62,8 miliar hingga $394,4 miliar pada tahun 2017-2025. Seiring dengan semakin banyaknya uji klinis perawatan sel punca, pengembangan obat baru berbasis sel punca, dan inovasi teknologi lainnya, pasar sel punca global diprediksi akan terus berkembang dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 25,8% (2017 - 2025).

Sudah ada tujuh produk perawatan sel punca yang telah diluncurkan di pasar global, namun perawatan sel punca di pasaran cenderung memiliki tingkat kepuasan yang rendah dan biaya yang mahal. Saat ini, banyak perusahaan farmasi yang terus mengembangkan pengobatan regeneratif dengan biaya yang terjangkau melalui sistem produksi massal serta meningkatkan efek pengobatan.

Daewoong Pharmaceutical, perusahaan pelayanan kesehatan global di Korea, memperkenalkan platform sel punca bernama 'DW-MSC' dalam rangka mengembangkan perawatan baru untuk memulihkan fungsi jaringan tubuh, seperti untuk memulihkan kerusakan organ yang tidak dapat diatasi hanya dengan menggunankan obat saja dan untuk perawatan penyakit neurodegeneratif. DW-MSC memiliki daya saing yang unggul dan diprediksi akan semakin digunakan di masa mendatangkarena DW-MSC mengandung sel punca denganpengembangan teknologi dan gabungan teknologi lainnya. Sejak 2018, DW-MSC telah terbukti aman bagi tubuh manusia dan telas lulus uji toksisitas dan tumorigenisitas dari lembaga sertifikasi GLP (Good Laboratory Practice).

Keuntungan lainnya, DW-MSC memungkinkan produksi massal perawatan sel punca dengan kualitas yang sangat baik karena mampu menghasilkan sel punca yang berasal dari sel satu donor yang lulus uji kualitas yang ketat. Ini adalah teknologi yang pertama kali diperkenalkan di dalam negeri oleh Daewoong Pharmaceutical dan diharapkan dapat meningkatkan komersialisasi dan distribusi sel punca.

Daewoong Pharmaceutical mendirikan fasilitas produksi tingkat cGMP untuk memproduksi dan pengembangan perawatan sel serta menerapkan teknologi platform sel induk pada paruh kedua tahun 2020dan diharapkan memasuki tahap produksi mulai tahun 2021. Selain itu, perusahaan telah menerima respon positif dalam hal komersialisasi dan terus mempertahankan daya saing perawatan sel punca karena diproduksi dalam bentuk yang dapat dibekukan dan disimpan untuk segera digunakan untuk pasien di rumah sakit.

Teknologi platform sel punca dari Daewoong Pharmaceutical telah diakui oleh para ahli karena mutunya dan perusahaan senantiasa membuka kesempatan untuk berkolaborasi secara terbukadi dalam negeri maupun internasional. Kolaborasi terbuka mengacu pada strategi inovasi terbuka untuk menggabungkan ide dan teknologi melalui kerja sama dengan para ahli di bidang tertentu, mitra bisnis, dan pemerintah.

“Kerja sama penelitian klinis merupakan faktor penentu keberhasilan dalam pengembangan perawatan sel punca. Kami bercita-cita untuk memimpin pengembangan obat baru di bidang perawatan sel/genetik untuk meningkatkan kualitas hidup melalui penelitian bersama dengan para peneliti sel punca dari berbagai bidang dengan mempertahankan produk growth factors, teknologi budidaya sel punca, dan peralatan GMP yang memiliki permintaan tinggi, ”kata Jeon Seung-ho, CEO Daewoong Pharmaceutical.

Daewoong Infion memimpin industri farmasi dengan DWP710

'Daewoong Infion (CEO: Chang-woo Suh),' usaha joint venture Daewoong Group di Indonesia, mengumumkan dimulainya uji klinis 'DWP710,' sebuah perawatan untuk gejala dispnea COVID-19 menggunakan 'DW-MSC,' sebuah teknologi independen terkait sel induk.

"Perawatan COVID-19berbasis sel induk bernama 'DWP710' ini telah memasuki proses uji klinis melalui kick of meetingkami dengan Kementerian Kesehatan pada tanggal 13 Agustus 2020," ujar Nova Angginy, kepala peneliti di Daewoong Infion.

Daewoong Infion memberikan penjelaskan protokol klinis 'DWP710' dan teknologi sel induk Daewoong Group 'DW-MSC' serta memberikan alat pelindung untuk mendukung perawatan COVID-19 pada pertemuan tersebut. 'DW-MSC' adalah teknologi canggih dari Daewoong Group yang mampu memperkuat efek sel punca, memanfaatkan bahan bebas serum dan bebas xeno dalam proses budidaya sel punca mesenkim. Perawatan ini terlah terbukti mampu mengobati infeksi dan peradangan akibat virus, bakteri, dan luka melalui berbagai penilaian kemampuan inflamasi.

Daewoong Infion akan memasuki uji klinis fase 2 untuk 'DWP710' pada kuartal pertama tahun 2021. Di bawah otorisasi darurat berdasarkan kerja sama aktif bersama dengan Kementerian Kesehatan di Indonesia, Daewoong Infion berencana untuk segera mendistribusikan perawatan inisetelah menyelesaikan fase 2 uji klinis dalam rangka mengatasi COVID-19. Daewoong Infion telah diberikan izin untuk menjalankan uji klinis fase 1 untuk 'DWP710' bulan lalu, dan telah terpilih sebagai proyek kerjasama Kementerian Kesehatan pada tanggal 6.

Uji klinis dilakukan di rumah sakit 'RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo', yang merupakan rumah sakit spesialisasi perawatan COVID-19 dengan berbagai pengalaman uji klinis global di bidang farmasi, dan akan merekrut pasien mulai minggu ketiga bulan Agustus  2020 untuk menyelesaikan hasil uji klinis fase 1 pada bulan Oktober 2020. Perusahaan berencana untuk mengajukan proposal uji klinis fase 2 di Korea dan Indonesia.

Sementara itu, Daewoong Infion memutuskan untuk melakukan penelitian dan pengembangan perawatan COVID-19 lainnya selain 'DWP710', yaitu 'Niclosamide' dan 'Camostat' melalui kerja sama dengan rumah sakit 'RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo'. Kedua produk tersebut dilakukan untuk mengantisipasi efek pada pengobatan pasien COVID-19 ringan dan berat.

Antisipasi untuk pengobatan regeneratif pada kerusakan tulang dengan perangkat medis protein pembentuk tulang

Perangkat medis berupa protein pembentuk tulang milik Daewoong adalah cangkok tulang sintetis berbasis carrier yang menggabungkan protein perangsang tulang rhBMP-2 (recombinant human bone protein-2), yang dapat membantu memecah sel induk dalam tubuh manusia menjadi sel tulang untuk merawat rusakan tulang dan memungkinkan pembentukan tulang baru.

Produk ini  dikembangkan melalui penelitian selama 13 tahun untuk bersaing dengan perawatan regeneratif tulang berbasis protein pembentuk tulang bernama 'Infuse' yang dimonopoli oleh perusahaan perangkat medis global bernama Medtronic. Pasien yang menderita kerusakan tulang parah dapat menerima perawatan dengan harga yang terjangkau berkat perangkat medis bio integratif yang memiliki tingkat efektivitas dan keamanan lebih tinggi dengan menerapkan teknologi pembawa protein canggih CGBIO.

RhBMP-2 yang digunakan pada perangkat medis tersebut telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas inovasi teknologi dan teknologi aslinya. Contoh kasusnya adalah seorang pasien anakyang menderita osteoporosis dan memiliki kelainan bentuk tulang parah di kaki kirinya pada usia 8. Pengelasan ekstensif pada tulang kaki diperlukan untuk merawat pasien ini dan hal ini akan berujung pada cacat permanen dan pasien tidak akan bisa berjalan lagi.

Namun, berkat operasi baru menggunakan terapi sel punca dan produk  Novosis yang mengandung protein pembentuk tulang milik Daewoong, pasien dapat kembali hidup sehat dan dapat berjalan dan aktif berolahraga. Dokter yang melakukan operasi tersebut menggunakan Novosis untuk merawat pasien osteomielitis yang tidak dapat disembuhkan dan pasien yang menderita pergeseran sendi, di mana dua penyakit ini sebelumnya sulit diobati karena belum ada teknologi yang mumpuni. (ANP)