Kemenparekraf Kaji Strategi Baru Pembangunan Kepariwisataan Nasional Pascapandemi

ANP • Wednesday, 21 Oct 2020 - 21:06 WIB

Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan kajian strategi sekaligus arah baru pembangunan kepariwisataan nasional dalam mengantisipasi berbagai perubahan dan persaingan antarnegara pascapandemi COVID-19. 

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo saat memberikan _keynote speech_ di acara "Workshop Kajian Strategi dan Arah Baru Pengembangan Kepariwisataan Nasional Pasca COVID-19" di Hotel Aryaduta, Rabu (21/10/2020), mengatakan, pascapandemi COVID-19, negara-negara yang bertumpu pada pariwisata akan berlomba untuk menjaring kedatangan turis dengan berbagai insentif dan program. 

Selain itu di saat yang bersamaan, negara-negara tersebut akan menahan warganya untuk tetap mengkonsumsi produk wisata di dalam negerinya masing-masing. 

"Kemenparekraf/Baparekraf menyusun sebuah kajian strategi dan arah baru pengembangan kepariwisataan nasional pascapandemi COVID-19 sehingga harapannya Indonesia dapat memaksimalkan beragam potensi yang ada sebagai tujuan wisata utama kelas dunia dan juga manfaat ekonomi serta manfaat penciptaan lapangan kerja yang didapatkan dari sektor pariwisata dapat turut membantu pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi COVID-19," kata Angela Tanoesoedibjo dalam sambutannya secara daring. 

Angela mengatakan, pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting dalam gambaran ekonomi Indonesia. Pada 2019 sektor pariwisata menyumbang devisa sekitar Rp280 triliun dengan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 16,11 juta dan tercatat ada 282,93 juta perjalanan wisatawan nusantara. Total pariwisata Indonesia berkontribusi sebesar 63,6 miliar dolar AS atau 6 persen dari total PDB nasional. Selain itu, sektor pariwisata tercatat telah menyerap lebih dari 12,6 juta tenaga kerja atau setara 10 persen dari jumlah tenaga kerja di Indonesia. 

Akan tetapi pencapaian tersebut belum mencerminkan potensi pariwisata Indonesia yang sesungguhnya. Pada 2019, negara-negara di ASEAN secara total mencatat sekitar 133,1 juta turis. Dari jumlah tersebut, Indonesia berada di posisi kelima setelah Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.  

Padahal jika melihat aset pariwisata Indonesia sangatlah beragam. Mulai dari kekayaan alam, flora fauna, budaya, serta keramahan masyarakat, semua menjadi modal besar bagi pembangunan pariwisata. Berulang kali destinasi di Indonesia juga meraih berbagai penghargaan dunia sebagai destinasi pariwisata terbaik terfavorit bahkan terindah lebih unggul dari negara yang jumlah kedatangan turis dan pendapatannya lebih tinggi dari Indonesia. 

"Oleh karena itu pemerintah sangat serius dan berkomitmen tinggi dalam pembangunan pariwisata selain Indonesia memang mempunyai potensi pariwisata yang besar _market_ pariwisata secara global secara umum juga sangatlah besar dan masih berkembang," kata Angela. 

Menurut Angela, tantangan pariwisata di Indonesia dari sebelum pandemi adalah masih banyaknya potensi _market_ yang belum tergarap. Dengan terjadinya pandemi, tantangan pariwisata adalah perubahan tren pasar dan _market demand_ yang harus bisa diantisipasi dan hadapi. Termasuk memaksimalkan pergerakan wisatawan nusantara serta mendorong wisatawan _outbound_ untuk tetap berwisata di Indonesia. 

Tercatat wisatawan Indonesia yang ke luar negeri pada 2018 sebesar 9,5 juta orang dengan pengeluaran sebesar 1.090 dolar AS perkeberangkatan perpax. Sehingga jika ditotal, sebesar 10,355 miliar dolar AS atau kurang lebih Rp150 triliun potensi yang bisa dimaksimalkan. 

"Ketika kita sudah bisa mencocokkan antara potensi destinasi dengan potensi _market_, pengembangan destinasi, produk, pengalaman dan lain sebagainya, tentunya bisa disesuaikan dengan profil market yang akhirnya bisa menghasilkan _spending_ yang besar, _length of stay_ yang panjang, dan terutama menciptakan loyalitas atau _repeat travellers_. Sehingga pada akhirnya Indonesia menjadi top of mind atau pilihan terutama dalam wisata," kata Angela Tanoesoedibjo. 

Maka dari itu sekali lagi sangatlah penting bagi Kemenparekraf/Baparekraf untuk menyiapkan dasar kebijakan dan upaya-upaya strategis dalam meningkatkan ketahanan dan kemampuan sektor pariwisata serta mendorong akselerasi pengembangan sektor pariwisata nasional dan daerah pascapandemi COVID-19. 

"Ini semua dilakukan dengan harapan dapat memberikan semangat baru bagi seluruh stakeholder pariwisata dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkualitas dan meningkatkan devisa negara dengan signifikan, menciptakan lapangan pekerjaan baru, menciptakan _value chain_ baru, serta menciptakan pariwisata Indonesia yang lebih berkualitas dan berkelanjutan," kata Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo. 

Sementara Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, R. Kurleni Ukar di kesempatan yang sama mengatakan, kajian strategi dan arah baru pembangunan kepariwisataan nasional pascapandemi COVID-19 didasarkan pada empat arahan Presiden Joko Widodo soal tatanan normal baru pada sektor pariwisata. 

Namun secara khusus, strategi dan arah baru pembangunan kepariwisataan nasional akan fokus pada identifikasi pasar, aksesibilitas, dan konektivitas. (ANP)