Menko Luhut: Indonesia akan Antisipasi Trend Low Carbon Emission dan Green Product

ANP • Tuesday, 27 Oct 2020 - 23:02 WIB

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan saat ini green product menjadi _trend di dunia atau global. Karena itu, Indonesia harus cermat memanfaatkan peluang ini 
dengan mengelola sumber dayanya secara efektif. Sebagai negara yang kaya dengan bahan mineral dan sumber energi tidak terbarukan (batubara) dan terbarukan(Hydropower, Geothermal), Indonesia harus bisa mengoptimalkan penggunaan SDA tersebut dengan memperoleh nilai tambah yang sebesar-besarnya.

"Sebagai negara kaya dengan mineral dan sumber daya alam, Indonesia harus mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam dengan nilai tambah sebesar-besarnya," ujar Menko Marves Luhut dalam rapat virtual yang antara lain dihadiri oleh perwakilan ITB, UGM, PT INKA, PLN, dan BMKG untuk mendiskusikan berbagai elemen terkait penyusunan strategi hilirisasi SDA Indonesia serta pengembangan green product ini.

Selama 120 tahun terakhir, trend supercycle dari komoditas seperti base metals serta minyak bumi dan batubara disebabkan oleh industrialisasi dari Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan dan Cina. Oleh karena itu, penting untuk mendorong hilirisasi SDA mineral di Indonesia untuk memanfaatkan next supercycle yang diperkirakan akan muncul dari trend perubahan kebijakan yang mengutamakan low carbon emission energy dan green product, global economic recovery, serta proses urbanisasi dari negara-negara berkembang.

Indonesia akan mengoptimalkan sumber daya energi terbarukan dan rendah emisi seperti hydropower yang dikombinasikan dengan Kawasan industri untuk dapat mendorong proses industrialisasi yang menghasilkan produk-produk rendah emisi.

Pemerintah juga akan membentuk tim terpadu lintas K/L untuk menyusun strategi hilirisasi SDA Indonesia serta pengembangan green product ini, terutama menyiapkan skema insentif dan disinsentif agar mempercepat eksekusi serta keterlibatan sektor swasta.

"Selama ini Indonesia memiliki semua bahan-bahan baku, kita yang tidak pernah memperhatikan ini, hanya gali-gali dan ekspor. Berbagai jenis base metal memiliki peran tersendiri dalam aktivitas konstruksi dan industri. Ini peluang kita untuk menggerakkan ekonomi dalam negeri," ujar Menko Luhut. 

Menko Luhut menjelaskan dengan adanya inventarisasi dan strategi hilirisasi sumber daya mineral yang dimiliki Indonesia, maka akan sangat mudah mengelola dan memanfaatkannya untuk kepentingan dan kemajuan bagi Tanah Air, terutama di sektor industri dan energi. 

Dia menjabarkan bahwa perubahan transisi ke low carbon saat ini dan masa mendatang tidak akan terelakkan serta semakin nyata. Hal ini terlihat dari permintaan pasar yang sudah semakin mementingkan aspek lingkungan dari sebuah produk.  Oleh karena itu minat dan keinginan investor untuk mengembangakan green product ini sangat tinggi.

"Saya melihat di market ini, mereka juga pengen supaya lingkungannya bagus, jadi low carbon energy itu mereka lihat. Sehingga China, Austalia, Jepang melihat peluang investasi dengan membuat hydropower di Kalimantan Utara dan Papua," ujar Menko Luhut. Menurutnya, kini potensi hydropower yang melahirkan green product akan dibutuhkan negara maju sehingga Indonesia bergerak kearah sana. 

"Sakarang begaimana kita membuat itu supaya efisien makanya saya minta ibu bapak dalam kesempatan ini dengan keahlian dimiliki, kita desain semuanya untuk bangsa kita," sambung Menko Luhut. 

"Saya minta ITB, UGM betul-betul melakukan studi ini, nanti pemerintah akan dorong membiayai ini. Presiden memberikan green light untuk ini. Jadi kita mapping hilirisasi mineral di Indonesia dalam pengembangan energi baru, kita lihat dari timah, biji besi, katoda, alumunium, tembaga, bayangkan kita ada semuanya, selama ini kita ekspor-ekspor saja. Saya lapor presiden kalau enggak sekarang, kapan lagi," sebutnya. 

Menko Luhut menambahkan, Kemenko Marves kini sudah membuat dan menyusun strategi hilirisasi sumber daya alam Indonesia guna mengantisipasi trend low carbon dan akan disempurnakan secara berkala dengan melibatkan berbaga pihak, terutama akademisi. Selain itu,  lokasi pengembangan hilirisasi diarahkan di lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk mengoptimalkan insentif dan integrasi hilirisasi produk turunan. 

"Ini mulai pengurangan pph, pajak, impor, dan seterusnya," tandas Menko Luhut. 

Pada rapat virtual ini sejumlah peneliti dan pihak kampus dilibatkan guna menyampaikan saran dan perspektifnya. (ANP)