'Village Talk' Ajang Promosi Pelaku Ekonomi Kreatif di Jawa Barat

FAZ • Thursday, 12 Nov 2020 - 14:58 WIB

Bandung Barat - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat melalui bidang Industri Pariwisata menggelar Village Talk, sebuah kegiatan ekraf masuk desa dengan kegiatan pelatihan branding, packaging dan digital marketing bagi para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) yang bertempat di lapangan Kantor Desa Wisata Cibodas, Lembang Kabupaten Bandung Barat Kamis (12/11/2020).

KBB dipilih sebagai tempat penyelenggaraan Village Talk ke-3 pada tahun ini karena banyaknya terobosan, inovasi ekonomi kreatif di sektor pariwisata, salah satunya di Desa Wisata Cibodas yang pernah meraih penghargaan Indonesia Suistanability Tourism Award 2018 (ISTA) dari Kementerian Pariwisata RI.

Untuk itu program Village Talk Disparbud Jabar hadir guna mengembangkan ekonomi kreatif Desa Wisata Cibodas.

Disampaikan Kepala Industri Pariwisata Disparbud Jabar yang membidangi sektor Ekonomi kreatif, Azis Zulficar Aly Yusca, Village Talks atau ekraf masuk desa merupakan salah satu terobosan Pemprov Jabar dalam hal mengembangkan ekonomi kreatif yang biasanya selalu diselenggarakan diperkotaan kini diangkat di pedesaan.

“Ada 5.312 desa di Jawa Barat dengan 251 Desa Wisata, nah inilah potensi ekonomi kreatif yang perlu diangkat.
Mudah-mudahan Gastronomi atau ilmu pangan bisa mengembangkan produk turunan dari susu yang menjadi salah satu unggulan di KBB. Secara potensi sudah bagus namun ketika masuk ke branding dan packaging masih perlu bantuan, dengan desain-desain yang bagus” tambah Azis.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB, Sri Dustirawati, dalam sambutannya menyampakan hampir disetiap kecamatan di KBB memiliki potensi pariwisata.

“Ini adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada KBB, baik hutannya, air terjunnya, kemudian situ (danau, red) dan produk kreatif di KBB”, sambut Sri.

Salah satu produk kreatif berbasis hasil alam seperti bambu ada di KBB. Adang Muhidin misalnya, lulusan perguruan tinggi Jerman ini berhasil mengembangkan inovasi kerajinan tangan dari bambu mulai dari gagang sikat gigi dari bambu, jam tangan bambu, gitar bambu dan lainnya. Bahkan hasil kreatifnya diminati oleh 14 negara antara lain Rumania, Malaysia, Taiwan, Jerman, Inggris, Jepang, Belgia, hingga Amerika.

“kebanyakan konsumen luar negeri sebagian besar memesan dibuatkan alat music dari bamboo, mereka justru para pemain seperti di sebuah group musik di Filipina yang memainkan alat musik yang semuanya dipesan dari kita”, tegas Adang.

Ekonomi kreatif yang identik di perkotaan sudah saatnya masuk desa karena potensi yang dimiliki desa sangat luar biasa. Anggota Komisi 2 DPRD Jabar, Tobias Ginanjar Sayidina, yang turut hadir menyaksikan langsung kegiatan Village Talk Disparbud Jabar mengatakan, dari 5.312 desa yang ada di Jawa Barat memiliki karakteristik yang berbeda.

“Ini sesuatu peluang untuk kita karena banyak daerah lain yang datang ke Jawa Barat untuk belajar ekonomi kreatif. Kami di DPRD Jabar beberapa kali menerima kunjungan dari DPRD Provinsi lain seperti dari DPRD Provinsi Jateng dan DPRD Provinsi Sumatera Utara ingin belajar ekonomi kreatif”, ujar Tobias.

Lanjutnya, ekraf di Jawa Barat sangat diperhitungkan akan tetapi jangan langsung berpuas diri sehingga tidak ingin mengembangkan diri dan akhirnya malah belajar ke provinsi lain.

Pelatihan yang menjadi inti dari kegiatan Village Talk Disparbud Jabar diisi pemateri antara lain pendiri Indonesia Bamboo Community, Adang Muhidin, sementara pelatihan desain dan digital marketing diberikan oleh desainer lulusan ITB, Raditya Ardianto Tapoer. Village Talk juga menampilkan mini expo produk ekraf unggulan desa yang ada di Kabupaten Bandung Barat.