Selain Diabetes, SGLT-2 Inhibitor Obati Penyakit Jantung dan Ginjal

ANP • Friday, 13 Nov 2020 - 23:04 WIB

JAKARTA - Diabetes merupakan salah satu penyakit dengan jumlah pasien yang meningkat dengan cepat di seluruh dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation, sekitar 463 juta penduduk dunia menderita diabetes dan angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 700 juta pada tahun 2045.

Diabetes adalah sebuah penyakit dimana kadar gula darah melebihi ambang tertentu karena glukosa dalam darah (gula darah) tidak dapat terkontrol dengan baik. Tubuh kita mengatur gula darah melalui hormon insulin yang dikeluarkan oleh pankreas dan dalam proses tersebut, insulin berperan membantu penyerapan glukosa oleh tubuh. Diabetes selanjutnya dapat dibagi menjadi diabetes tipe 1, di mana pankreas tidak mampu mengeluarkan insulin dengan benar, dan diabetes tipe 2, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk menyerap glukosa secara efektif pada saat pankreas memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 merupakan jenis penyakit yang diderita oleh sebagian besar pasien dan disebabkan oleh faktor gaya hidup seperti pola makan kurang sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan stres, dan biasa terjadi setelah usia 40-an. Pasien dengan diabetes tipe 2 berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan komplikasi lain serta memerlukan perawatan dan manajemen yang berkelanjutan.

Pasar untuk pengobatan diabetes tipe 2 menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi sebesar 7%. Ukuran pasar dengan nilai sekitar USD40,1 miliar (KRW45 triliun) pada tahun 2016 ini diprediksi akan meningkat hingga USD57,6 miliar (KRW 65 triliun) pada tahun 2021. Secara khusus, tingkat pertumbuhan SGLT-2 inhibitor sangat luar biasa. Ukuran pasar SGLT-2 inhibitor diharapkan akan meningkat sebesar rata-rata 24% secara tahunan dari USD3,7 miliar (KRW4 triliun) pada tahun 2017 menjadi USD11,1 miliar (KRW12 triliun) pada tahun 2022.

SGLT-2 berperan dalam reabsorpsi gula yang keluar dari darah selama produksi urin di ginjal. Oleh karena itu, ketika SGLT-2 dihambat, glukosa dapat dikeluarkan ke dalam urin dengan menghalangi reabsorpsi glukosa di dalam tubulus. Karena pasien diabetes memiliki kadar glukosa dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, SGLT-2 inhibitor dapat membantu mengontrol gula darah melalui tindakan penghambatan reabsorpsi glukosa ini. Obat SGLT-2 inhibitor dikenal efektif tidak hanya untuk pengobatan diabetes, tetapi juga untuk pengobatan gagal jantung kronis dan gagal ginjal.

SGLT-2 inhibitor yang tersedia di pasar Korea Selatan saat ini adalah Farxiga (AstraZeneca), Jardiance (Boehringer Ingelheim), dan Suglat (Astellas). SGLT-2 inhibitor dari Farxiga cukup menarik perhatian karena obat tersebut terus diperluas penggunaannya untuk perawatan penyakit selain diabetes. Studi klinis berskala besar mampu membuktikan bahwa bahwa obat tersebut memiliki efek yang manjur untuk perawatan penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal. Hasilnya, beberapa negara seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China mulai memperluas penggunaan obat ini untuk perawatan penyakit kardiovaskular dan ginjal. Baru-baru ini, indikasi gagal jantung telah disetujui oleh Komite Uni Eropa setelah Food and Drug Administration (FDA) AS, dan obat ini telah ditetapkan oleh FDA sebagai 'perawatan inovatif' untuk menyembuhkan pasien dengan penyakit ginjal kronis terlepas dari apakah mereka juga mengidap diabetes tipe 2.

Dengan demikian, pasar SGLT-2 inhibitor semakin berkembang pesat, namun belum ada obat SGLT-2 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Korea Selatan. Akhirnya, pasar dalam negeri Korea Selatan dengan dengan nilai sekitar KRW 100 miliar masih didominasi oleh perusahaan farmasi multinasional. Mengingat situasi saat ini, minat industri terhadap 'Enavogliflozin,' yang merupakan kandidat obat SGLT-2 inhibitor yang sedang dikembangkan oleh Daewoong Pharmaceutical, semakin meningkat setiap harinya.

Enavogliflozin telah terbukti memiliki efek penurunan gula darah dan tingkat keamanan yang luar biasa dibandingkan dengan obat lain yang ada di pasaran. Dalam uji klinis fase 2 yang dilakukan pada lebih dari 200 pasien Korea, telah terbukti bahwa hemoglobin terglikasi yang merupakan indikator utama kontrol gula darah dapat menurun lebih dari 30% dibandingkan dengan menggunakan obat SGLT-2 inhibtor lainnya. Selain itu, terdapat maksimal 61% pasien dengan tingkat hemoglobin terglikasi yang menurun pada level '7,0% atau lebih rendah (tingkat 7% merupakan target pengendalian diabetes internasional), sedangkan terdapat 72% pasien yang mengalami penurunan tingkat hemoglobin terglikasi lebih dari 0,5% dibandingkan dengan sebelum menerima pengobatan.

Pada bulan September, Kementerian Keamanan Pangan dan Obat Korea Selatan telah memberikan izin untuk pelaksanaan uji klinis fase 3 terapi kombinasi monoterapi dan metformin. Saat ini, uji klinis fase 3 dilakukan di 30 rumah sakit besar di seluruh negeri. Bulan lalu, Kementerian Keamanan Makanan dan Obat juga telah menunjuk obat ini untuk dilakukan peninjauan jalur cepat pertama di Korea, dan baru-baru ini, uji klinis fase 3 terapi kombinasi 3 obat dengan metformin dan DPP-4 telah disetujui. Peluncuran produk di Korea ditargetkan pada tahun 2023.

Berdasarkan kemanjuran enavogliflozin yang luar biasa, Daewoong Pharmaceutical berencana untuk memperluas penggunaan obat tidak hanya untuk diabetes, tetapi juga penyakit yang berkaitan dengan obesitas, jantung, ginjal, dan lainnya, memposisikan obat tersebut sebagai pengobatan terbaik di kelasnya. Daewoong Pharmaceutical menjadi perusahaan pertama di Korea yang mengembangkan obat diabetes baru dengan mekanisme SGLT-2 inhibtor sambil menyelesaikan uji klinis fase 3 dan meluncurkan enavogliflozin di pasar.

“Melalui keberhasilan pengembangan SGLT-2 inhibitor pertama Korea Selatan, Daewoong akan melakukan segala upaya untuk tak hanya meningkatkan status industri farmasi Korea Selatan, tetapi juga memberikan pilihan pengobatan yang sangat baik untuk banyak pasien diabetes di seluruh dunia," tegas CEO Daewoong Pharmaceutical, Seung-ho Jeon. (ANP)