WW84: Hiburan Superhero Klasik saat Pandemi

MUS • Wednesday, 16 Dec 2020 - 10:06 WIB

Genre: Action, superhero

Sutradara: Patty Jenkins

Pemeran: Gal Gadot, Chris Pine, Kristen Wiig, Pedro Pascal

Distributor: Warner Bros. Indonesia

Durasi: 2 jam 30 menit

Mulai tayang di bioskop Indonesia: 16 Desember 2020

Sepanjang tahun menghadapi pandemi, penggemar film tentu tak sabar kembali ke bioskop. Adegan-adegan menegangkan, suara menggelegar, dan mengikuti cerita seru superhero, menjadi pengalaman yang sudah berbulan-bulan, tak dapat dinikmati sebagian besar penonton tanah air. Kerinduan itu perlahan mulai terobati seiring dibukanya gedung-gedung bioskop. Salah satu kisah yang siap menyambut momen kembali duduk di depan layar lebar adalah "Wonder Woman 1984", yang mulai tayang Rabu (16/12/2020).

Masih disutradarai Patty Jenkins dan dibintangi oleh Gal Gadot, "WW84" melaju cepat ke tahun 1980-an, dari setting Perang Dunia pertama dalam edisi perdana. Wonder Woman menemukan kemampuannya menunggangi petir melintasi langit, mengenakan sayap emas, serta mengejar mimpi sambil mengejar dua musuh baru yang tangguh: Max Lord dan Cheetah.

Kali ini, tokoh Diana Prince hidup dengan tenang di antara manusia di era 1980-an yang dinamis dan bersemangat, sebuah era di mana semua orang didorong untuk memiliki segalanya.

Saat itu tahun 1984 dan Amerika Serikat berada di puncak kekuasaan dan kebanggaan, melakukan semua terbaik — dan terburuk — dalam diri kita. Komersialisme, kekayaan, seni, teknologi, gaya hidup glamour… semuanya mudah dijangkau, dengan mentalitas "bisa miliki semuanya", sehingga mengarah pada keinginan yang lebih dan lebih lagi.

Suasana yang sama sekali berbeda dari periode Perang Dunia I, yang memperkenalkan Wonder Woman kepada penonton bioskop pada tahun 2017. Kali ini, terbentuk dekade yang ideal, atas nama American dream, untuk kembali menantang belas kasih dan rasa keadilan, kejujuran, dan sikap tidak mementingkan diri sendiri, bersama dengan cintanya yang tak tergoyahkan kepada manusia.

Sosok Diana bekerja sebagai arkeolog di Museum Smithsonian, Washington DC. Sebagai Wonder Woman, dia menyelamatkan berbagai marabahaya termasuk menggagalkan percobaan pencurian artefak misterius. Berbentuk batu kecubung, benda sakti tersebut bisa mengabulkan semua keinginan manusia.

Pemahaman tentang pentingnya berharap, bermimpi, menginginkan sesuatu, yang sering ditanamkan di kisah superhero lainnya, coba didobrak oleh Diana Prince. Dia menunjukkan betapa mengerikannya ketika seluruh keinginan manusia terwujud, termasuk keinginan besar Diana sendiri. Segala resiko harus dibayar karena tidak ada keinginan cuma-cuma.

Pesan moral klasik disampaikan dalam adegan-adegan khas epik Wonder Woman yang disebut sineas Patty Jenkins sebagai elemen penting superhero, yaitu fantasi dan pemenuhan keinginan.

"Sebagai pembuat film, kami mengambil karakter yang dicintai secara universal: melakukan hal-hal luar biasa dan menghadapi peluang luar biasa, untuk menjawab pertanyaan, apa yang akan dilakukan jika mempunyai kekuatan super," jelas Jenkins.

Dengan cara yang dapat dinikmati dan dihubungkan dengan penonton, itulah yang dimaksud superhero. "Bagi saya, Wonder Woman adalah yang terbaik dari yang terbaik, lambang dari semua yang mereka wakili," tutup Jenkins. (MAR)